Oohh.. Saya sungguh tak sabar bercinta dengan Aan. Saya mau dipenetrasi oleh batangnya. Saya ingin sekali digagahi oleh Aan. Tak tahan lagi, kuhentikan hisapanku dan saya berkata terus terang pada Aan bahwa saya ingin sekali difuck olehnya.
"Fuck me donk.. Udah gak tahan lagi nih.." mohonku, memelas.
Aan memang baik dan pengertian. Dia pun segera merogoh kantung celana panjangnya dan mengeluarkan dua bungkus kondom. Temannya langsung meminta satu. Dalam sekejab, kedua penis itu sudah 'berpakaian', diselubungi oleh karet kondom. Saya memang lebih suka seks secara aman, lebih bersih dan sehat, meskipun saya sering berfantasi tentang nikmatnya disodomi tanpa kondom. Tapi nyawa lebih penting daripada kenikmatan sesaat! Dan untungnya Aan mempunyai pikiran yang sama.
Dengan antusias, saya berbaring di atas lantai yang dingin tapi bersih itu. Kedua kakiku kuangkat tinggi dan lebar, mempertontonkan anusku yang berkedut-kedut. Di bawah punggungku diselipkan tumpukan pakaian kami agar anusku lebih terekspos. Aan pun bersiap-siap; duduk berhadapan dengan pantatku. Penisku masih saja tegang dan basah. Precumku turun menuruni batang kemaluanku.
"Hhoohh.." desahku membayangkan betapa nikmatnya disodomi oleh Aan.
"Ayo, Aan.. Oohh.. Cepetan.. Fuck me.."
"Sabar sayang. Saya juga gak sabar mau nyodomi kamu. Siap-siap, yach," kata Aan, membelai-belai rambutku.
Kedua kakiku dilebarkan lagi dan kemudian dilingkarkan di pinggangnya sementara Aan memposisikan batangnya tepat di depan bibir anusku.
"Uugghh.." Kepala penis itu pun mulai pelan-pelan memasuki tubuhku.
"Aarrgghh.." Aan mengerang akibat nikmatnya sensasi pergesekkan antara penisnya dengan anusku.
Berkat lotion yang terlebih dahulu sudah dilumuri pada kondom, Aan hampir tak menemui kesulitan yang berarti saat mempenetrasiku. Bleess.. Kepala batang kemaluan Aan dengan mudah masuk, disusul batangnya.
"Oohh.." desahnya, beristirahat sebentar untuk menikmati kehangatan duburku.
"Oohh.." Saya juga tak dapat menahan eranganku.
Sudah lama sejak saya terakhir disodomi. Tapi sodomi kali ini terasa beda sekali, karena saya benar-benar menyukai orang yang menyodomiku. Tak ada yang lebih nikmat daripada disodomi orang yang kita cintai. Air mataku hampir menetes keluar. Bukan karena rasa perih, tapi melainkan karena kebahagiaan. Merasakan perkakas kejantanannya berkedut-kedut hangat di dalam tubuhku membuatku sangat bahagia. Akhirnya Aan dan saya bersatu. Tubuh kami berdua disatukan oleh batang kejantanannya itu.
"Aahh.. Fuck me.. Oohh.." Aan hanya tersenyum saja menanggapi permintaanku itu.
"Udah horny yach?" Lubang anusku mulai digempur dengan rudalnya.
"Aarrgghh.. Oohh.. Aahh.." desahnya saat penisnya mulai digesek-gesekkan mengenai dinding anusku.
Meski sudah pernah disodomi beberapa kali oleh pria lain, anusku masih ketat dan sempit. Penis Aan terus saja membor anusku, membuatnya semakin longgar. Bibir anusku dengan rakus mencoba menghisap batang penis Aan yang meluncur keluar masuk.
"Uugghh.." desah Aan saat dia merasakan lubangku mengetat.
"Aarrgghh.. Enak.. Oohh.."
Saya sendiri mulai dimabukkan kenikmatan disodomi. Kepala penis Aan mendesak-desak organ dalamku. Sesekali prostatku menajdi sasarannya, melambungkanku ke langit ketujuh.
"Aarrgghh.. Fuck me.. Oohh.. Enak banget.. Oohh.. Ayo, Aan.. Fuck me.. Aarrgghh.."
Semakin saya sering mengatakan 'fuck me', Aan makin bernafsu. Itu yang kutunggu-tunggu. Saya memang lebih suka seks romantis yang lebih banyak melibatkan ciuman dan penetrasi lembut. Tapi jika sedang terbakar nafsu, saya lebih suka dianal yang dalam dan kuat, dan Aan sedang melakukannya.
"Aargghh.. Aahh.. Aarrgghh.." erangku, tak berdaya.
Dengan pasrah, kuterima semua sensasi nikmat yang diberikan oleh penis Aan. Rasanya bagian dalam perutku sudah dirombak ulang berkat hajaran batang kejantanannya itu.
"Oohh.. Hhoohh.. Aarrgghh.."
Saat sedang terbaring tak berdaya, sebuah penis berkondom disodorkan ke mulutku. Mulanya saya ogah dan ingin menolaknya, namun teman Aan itu memaksakan kontolnya masuk. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, saya merasakan bagaimana menyedot kontol berkondom. Rasanya kurang enak karena rasa karet begitu menyengat. Saya merasa seakan-akan sedang menyedot dot bayi. Tanpa daya, penis teman Aan itu menyerbu masuk dan menyodomi mulutku. Kucoba untuk menghisapnya sebagai tanda terima kasih. Berkat dia, Aan dan saya punya tempat untuk bercinta.
"Mmpphh.. Mmpphh.." Suaraku bergetar dan getarannya merambat ke batang kemaluan pria itu.
Maka dia pun mendesah-desah keenakkan seraya tetap menyodomi mulutku. Sebenarnya ini bukan 3some (seks bertiga) pertamaku. Dulu saya juga pernah melakukannya. Hanya bedanya, dulu saya sebagai pemain pendukung, dan sekarang saya menjadi pemain utama. Bagaimana tidak? Dua orang pria memfokuskan penisnya padaku. Saya menjadi bintang utama! Lubang anusku harus melayani batang kejantanan Aan, sedangkan mulutku harus meghisap kontol temannya.
Aahh.. Sungguh seru dan merangsang! Bosan dengan posisi itu, saya mengambil posisi doggy style. Penis Aan tetap menggempur anusku sementara temannya menghajar mulutku dengan batang kemaluannya. Oohh.. Saya merasa seperti bintang porno gay saja. Di tengah permainan, teman Aan tiba-tiba cabut. Katanya, dia ada janji dengan seseorang. Maka sementara dia mandi, Aan dan saya tetap memadu kasih. Aan tak henti-henti menyodomiku, napasnya mendengus-dengus. Sesekali, Aan meremas-remas dadaku. Oh, sungguh erotis. Kepalaku berputar-putar karena nafsu, hanya ingin disodomi lagi dan lagi.
"Uugghh.. Sempit.. Aahh.. Endy.. Aahh.. I love you.. Oohh.." desah Aan, membungkukkan badannya.
"I love you, too.. Aahh.." balasku, menerima ciumannya.
Kami saling berpelukkan sementara penisnya masih bersarang di dalam tubuhku. Meskipun kipas angin menyala, Aan kegerahan. Tubuhnya yang seksi basah bersimbah keringat. Sebagian menempel di tubuhku saat kami tadi berpelukan.
"Oohh.." desahku, agak kecewa, saat kurasakan penisnya menyelinap keluar dari pantatku.
Kulihat Aan kepayahan, udara panas telah menurunkan libidonya. Batang yang atdinya sekeras baja, kini sudah melemas. Meskipun agak kecewa, tapi saya berusaha mengerti dan tidak mengeluh. Yang terakhir kuinginkan adalah dicap sebagai tukang pengeluh dan bawel. Lagipula Aan memang terlihat letih dan lemas, membuatku cemas. Tapi harus kuakui, penampilan penis Aan saat lemas nampak imut sekali. Duduk bersandar pada tembok, Aan mengocok-ngocok penisnya dengan frustrasi. Untuk memudahkan masturbasi, untuk sementara, kondomnya dilepas dulu. Nampak kepala kemaluannya mengkilap karena precum. Lelehan precum segera mengalir menuruni batangnya begitu kondom terlepas.
"Oh, tidak.. Aahh.."
Nampak sedikit kecewa pada dirinya sendiri, Aan mengocok-ngocok penisnya dengan putus asa. Saya tak bisa hanya berbaring saja, saya harus melakukan sesuatu. Maka saya pun bangkit duduk dan memeluknya. Kucium bibirnya dan kuremas dadanya. Saya terus menghiburnya dan menyemangatinya. Kucoba segala cara untuk mebangkitkan nafsu birahinya kembali.
"Oohh.. Hhoohh.." desahnya saat kubantu meremas-remas penisnya yang setengah tegang.
Pelan namun pasti, Aan mendapatkan kembali ereksinya. Keringat memang masih terus mengucur, membasahi sekujur tubuhnya, namun Aan sudah siap tempur kembali.
"Ayo sayang, kita ML lagi, yuk," ajaknya, tersenyum mesum padaku.
Mana mungkin kutolak? Kembali berbaring pasrah di atas lantai, saya membuka kakiku lebar-lebar dan menaruhnya di atas pundaknya yang lebar. Sisanya diurus oleh Aan. PLOP! Kepala kemaluannya kembali memasuki anusku.
"Oohh.." desahku. Kehangatan penisnya datang kembali, membawa kenikmatan.
"Oohh.. Fuck me, Aan.. Aahh.. Fuck.." Kata 'fuck' seolah merupakan kata ajaib untuk setiap pria 'top'.
Sebab begitu mendnegar kata itu, mereka akan langsung menyodomi lebih kuat dan lebih dalam. Aan pun demikian. Permainannya menjadi brutal dan penuh nafsu, tapi saya suka. Tubuhku terguncang-guncang, mengikuti irama penetrasinya. Isi perutku seakan-akan berantakan, akibat dari amukan penisnya. Namun kenikmatan menjalari tubuhku, membuatku lupa diri..
"Aarrgghh.. Yyeeaahh.. Fuck.. Oohh.. Aahh.." erangku, memeras-meras dadanya.
"Uugghh.. Oohh.."
Aan juga keblingsatan dan lupa diri. Kenikmatan akibat menyodomiku membuatnya semakin keras menyodomiku. Keringatnya bertetesan, membasahi tubuhku. Sesekali Aan menyuarakan erangannya.
"Oohh.. Aarrgghh.. Aahh.. Hhoohh.." Aan memang tidak banyak bicara jika sedang ML.
Dia tipe pria yang lebih suka 'no talking, action only'-sedikit bicara, banyak bertindak.
"Hhoohh.. Oohh.."
Matanya merem-melek, merasakan nikmatnya bersetubuh denganku. Napasnya mulai terdengar agak keras. Nampaknya dia akan ngecret sebentar lagi.
"Aarrgghh!!"
Benar saja, Aan ngecret! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Tubuhnya bergetar dan mengejang, otot-ototnya bermunculan karena kontraksi.
"Oohh!! Hhoohh!! Oohh!! Hhoosshh!!"
Bersambung...