Aan valentinku - 3

Bookmark and Share

Lagi dan lagi, Aan menyemprotkan cairan kelaki-lakiannya itu. Semua cairan itu tertampung di dalam kondom. Dapat kurasakan, penisnya mengejang-ngejang saat ejakulasi berlangsung.


"Hhoohh.. Oohh.." 30 detik kemudian, keadaan menjadi tenang kembali.


"Aahh.." desahnya saat menarik penisnya keluar.


Kondomnya nampak penuh dengan cairan kental putih seperti susu. Namun wajah Aan nampak agak kecewa, membuatku penasaran. Tak dapat menahan rasa ingin tahuku, kutanya dia. Aan hanya menjawab.


"Saya kecewa karena belum puas aja."


"Apakah karena saya? Apa karena saya kurang seksi?" tanyaku panik, rasa bersalah menghantuiku.


Yang kuinginkan hanyalah untuk memberi kepuasan padanya. Jika Aan tidak puas setelah bersetubuh denganku, tentu saja saya merasa bersalah dan bertanggung-jawab.


"Bukan, sayang," jawab Aan, menciumku.


"Kamu hebat sekali. Kamu seksi, dan saya suka banget ama kamu. Masalahnya ada pada diriku. Saya gak bisa mengontrol ejakulasiku. Saya ngecret lebih cepat dari yang saya inginkan."


Mendengarnya, saya menjadi lega sekali. Segera kupeluk tubuhnya yang basah dengan keringat itu dan kucium pipinya. Rasa cintaku bertambah besar tiap kali kami berciuman. Aan-ku nampak jauh lebih ganteng. Saya tak dapat menyangkal perasaan cinta yang sedang bersemi di dalam hatiku. Saya telah benar-benar jatuh cinta pada Aan. Saat kami sedang seru-serunya berciuman, temannya menyeruak keluar dari kamar mandi. Tahu bahwa permainan kami sudah habis, dia menyarankan kami untuk segera mandi. Sambil berpelukan mesra, Aan dan saya pindah ke kamar mandi.


Kami memang benar-benar mesra. Bahkan di dalam kamar mandi pun, kami belum puas berciuman. Bibir kami kembali saling bertautan sementara lidah kami saling bergulat. Kedua tangan kami sibuk meraba, membelai, dan meremas. Mulutku terbuka dan menyambut lidah Aan yang tak puas-puas menyapu lidah, gusi, gigi, dan bibirku. Belum pernah mulutku dipuja seperti itu. Penisku yang masih tegang mendesak-desak belahan paha Aan. Dan kemudian saya baru ingat bahwa saya belum sempat ngecret. Ingin cepat berejakulasi, saya merangsang penisku dan bermasturbasi. Aan ingin membantu menambah rangsangan, menggesek-gesek penisnya yang sudah lemas ke belahan pantaku. Kututup mataku dan kubayangkan bahwa kami kembali bercinta. Rangsangan demi rangsangan membangun orgasmeku. Perlahan, saya mulai mendekati klimaks..


"Oohh!!" Sperma segar menyembur keluar dari penisku. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Badanku mengejang-ngejang namun Aan memelukku kuat-kuat. Bahkan ketika sedang berejakulasi, kurasakan betapa amannya saya dipeluk seperti itu olehnya.


"Aahh!! Uugghh!! Oohh!!" Cairan semenku tertumpah ke atas lantai, disaksikan oleh Aan.


Saat orgasmeku meninggalkan tubuhku, saya merasa lemas sekali. Masih menyangga tubuhku, Aan kemudian menciumku kembali dan saya membalasnya. Memori itu membuat kemaluanku tegang dan berdenyut-denyut. Kenangan itu begitu indah tapi juga menyedihkan. Indah karena Aan bersamaku pada waktu itu. Sedih karena saya tak tahu kapan saya dapat bercinta dengannya lagi. Aan pasti akan kembali lagi setelah masa kerjanya berakhir. Tapi mungkin dia akan didesak oleh orangtuanya untuk segera menikah.


Fakta bahwa Aan adalah seorang biseksual sangat mencemaskanku. Saya tahu bahwa suatu saat saya akan kehilangannya Aan. Andai saja Aan mau memperjuangkan cinta kami bersama.. Masalah itu pernah kusinggung saat kami bersama, tapi Aan hanya menghiburku bahwa suatu saat saya akan menemukan seorang pria lain. Hatiku agak tersayat saat mendengarnya karena saya tak menginginkan pria lain. Saya hanya ingin bersama Aan-ku sampai ajal memisahkan kami.


Dengan sedih, kulanjutkan membaca emailku.


Aan sayang, saya suka caramu bercinta denganku. Meskipun kamu sering mengeluhkan dirimu sendiri, tapi saya puas. Saya tak pernah mengeluh, kan? Bagiku, kamu tetap merupakan seorang pejantan yang tangguh. Dan saya sangat menikmati setiap detik dari percintaan kita. Masih ingat gak saat kita bercinta untuk yang kedua kali?


Kita bercinta selama satu jam lebih di rumahku. Sisanya, kita habiskan dengan berbaring di ranjangku sambil telanjang bulat. Harus kuakui, saya suka sekali saat kamu merengkuhku dan memelukku di dadamu. Saya merasa sangat aman dan dicintai. Ingin rasanya waktu berhenti saja di saat itu agar saya bisa selamanya berada dalam pelukanmu. Aan, terkadang saya bertanya-tanya pada diriku sendiri, tahukah kamu seberapa dalam saya mencintaimu?


Kenangan lain saat bersamanya kembali hadir di dalam pikiranku. Saya teringat kembali saat kami memadu kasih di rumahku. Kejadiannya agak heboh dan sempat membuatku kalang kabut karena Aan lupa membuang bungkus kondom. Dan bungkus itu ditemukan oleh mamaku! Tapi semuanya berakhir dengan baik meskipun sejak saat itu keluargaku jadi agak was-was tiap kali saya keluar rumah dengan pria lain. Mereka hanya takut kami akan pergi ke motel dan berubungan badan sejenis. Tapi bukan kejadian heboh itu yang ingin kuingat, melainkan persetubuhan romantis dan seru yang kami alami bersama.


Hari itu, beberapa hari setelah hari di mana kami bercinta untuk yang pertama kalinya, Aan kembali datang mengunjungiku. Kali ini kami memutuskan untuk bersantai di rumahku saja. Saya mengenalkannya pada keluargaku dan mereka berpikiran positif tentangnya. Kata mereka, Aan adalah pria tersopan dan teramah yang pernah saya bawa ke rumah. Aroma parfum Aan yang lembut tapi memabukkan memenuhi lubang hidungku. Wewangian parfum atau cologne pria memang dapat merangsangku, apalagi wewangian itu berasal dari tubuh Aan. Saat kami hanya berduaan saja, saya tak dapat menahan diri untuk meraba-raba tubuhnya. Aan hanya tersenyum mesum dan merabaku balik.


Kebetulan sekali, orangtuaku harus keluar dalam rangka bisnis MLM yang mereka geluti. Kesempatan emas bagi Aan dan saya! Aan memelukku dari belakang dan memutar tubuhku agar kami saling bertatapan. Dan kulihat wajah pria yang sangat kucintai itu. Matanya menyiratkan sejuta gairah. Jelas sekali bahwa Aan rindu untuk memelukku. Tanpa ragu, kubiarkan bibirnya menciumku. Kobaran api nafsu pun menyala-nyala dan membakar kami. Tubuh kami kegerahan, keringat mulai bercucuran. Tak kuasa menahan nafsu, kami buru-buru melepas pakaian kami. Sambil membugili diriku, kupandangi gerak-gerik Aan dengan penuh nafsu. Pria itu terlihat begitu dewasa, begitu maskulin, dan begitu penuh kasih sayang.


Langsung saja kupeluk dia. Kami pun terkunci dalam pelukan penuh birahi. Batang kejantanan kami menegang dan menjadi hidup, saling beradu pedang. Untung bagiku, Aan adalah tipe pria romantis. Dia suka sekali dengan aktifitas ciuman dan pelukan. Saya menjadi bulan-bulanan; hampir pingsan karena kebanyakan dicium dan dipeluk. Tapi saya suka, suka sekali, dan Aan membuatku sangat bahagia, sangat bahagia sampai saya ingin menangis terharu. Kutemukan kebahagianku di dalam dirinya.


"Aan," bisikku.


"Ada apa, sayang?" tanyanya, membelai-belai kepalaku.


"I love you," bisikku lagi. Kucium bibirnya selama beberapa detik.


"I love you, too," jawabnya, romantis.


"Suck me, please."


Dengan tangannya, Aan mendorong tubuhku ke bawah dengan pelan, memberi tanda bahwa dia ingin dihisap. Saya tentu saja sangat tidak keberatan. Berlutut di depannya, kukerahkan semua kemampuanku. Batangnya yang sudah mengencang langsung masuk ke alam mulutku yang lapar. Seperti bayi yang menyusu, saya menyedot-nyedot penisnya. Otot-otot mulutku bekerja sama untuk menciptakan sensasi nikmat pada perkakas kejantanan Aan. Desahan-desahan lembut terdengar pelan; Aan menikmatinya.


"Hhoohh.. Oohh.. Hhoosshh.."


Pinggul Aan mulai dipompakan ke mulutku agar penisnya dapat masuk lebih dalam lagi. Terus saja kusedot batangnya. SLURP! SLURP! Precum dialirkan keluar dari lubang kencing Aan sebagai hadiah atas usahaku. Penuh rasa terima kasih, kujilat habis semuanya. Rasa precum Aan sangat memabukkan, membuatku ingin menyedot lagi, lagi, dan lagi. Yang ada di dalam benakku hanyalah ingin membahagiakannya saja.


"Aahh.. Hhoohh.. Hhoosshh.." desah Aan menguat dan dia mulai bernafsu memperlakukan mulutku seperti pantat.


Alat kelaminnya dipompakan keluar masuk dengan semangat. Air liurku bercampur precum milik Aan mulai membusa di sekitar bibirku.


"Oohh.. Aahh.."


Atas inisiatifku, kutarik batangnya keluar. Napasu agak terengah-engah. Letih rasanya harus menyedot penis sebesar penis Aan. Dan saya puas dengan penisnya! Aan tak nampak kecewa karena setelah dioral dia akan segera menganalku. Pria ganteng itu kemudian membimbingku ke sofa dan duduk di sana. Seperti biasa, kami bermain secara aman. Berbekal kondom dan lotion, Aan siap menggempur lubang pertahananku dengan rudalnya.


Bersambung...