Asep, begitu panggilannya, anak Bogor katanya. Sekolah STM Mesin di Manggarai. Wuu.. Muda banget. Lihat jari-jari tangannya masih licin. Rasanya paling 18 tahun. Kakinya, betisnya, tangannya, bibirnya, masih serba licin. Dia bilang pamannya yang ngajari 'bercinta'. Sampai ketagihan, sementara pamannya sudah pindah kerja di luar Jawa.
Aku berusaha banget untuk menyenangkan dia. Akhirnya aku yang ajak makan di restoran Aston. Dia baru merasakan makan di hotel ini. Kami ngobrol macam-macam. Aku berusaha menyelami dunianya. Tentang idola, tentang musik, bola atau panjat tebing. Ternyata dia sangat cerdas. Dia bilang suka macam aku yang lebih tua. "Sabar," katanya.
Memang benar. Aku pengin berpuas-puas dengannya. Jarang dapat anak segar macam dia. Dia mau pulang pagi. Besok minggu lIbur. Dia telpon ke rumahnya bilang tidur di rumah temannya. Ah, lelaki, biar masih mudapun sudah pinter bohong.
Aku suka ketiaknya yang sangat seksi. Malam itu berkali-kali aku kembali melumat dan menciumi ketiak itu. Dalam kamar aku merasa sangat nyaman. Leluasa, aman tanpa khawatir diintip Satpam. Kami mulai dengan berpagutan mesra. Dia macam anak gadis. Mendesah, merintih manja silih beganti.
Dia pengin mandi kucing. Dijilati seluruh detail tubuhnya.
"Pamanku paling senang," katanya.
Ah.. Tentu aku juga "paling" senang donk. Dia menggeliat-geliat saat lidahku menelusuri betisnya, pahanya dan kemudian lubang pantatnya. Ah, dasar "anak gadis". Baunya masih terasa alami. Selangkangannya yang licin mulus menjadi terminal jilatan, kecupan dan sedotan bibirku. Rambut kemaluannya masih tipis. Segar banget rasanya.
Saat mendekati klimaksnya dia bangun mendorong aku agar telentang. Dia duduki wajahku, menyapu-nyapukan anusnya ke bibirku sambil mengerang dan terus mendesah-desah.
Tangannya mengocoki penisnya hingga klimaksnya datang. Dia berteriak setengah histeris sambil menunjukkan puncratan spermanya yang sebagiannya terlempar jauh mengenai cermin kamar tidurku dan sebagian lainnya melumuri wajahku.
"Ahh.. Oom.. Oom.. Oomm.. Enak Oom.." racaunya.
Aku yang juga sudah demikian menahan birahiku langsung menubruk dan menindih tubuhnya. Aku 'entot' dia. Aku peluk dan ciumi bibir, leher dan dadanya sambil penisku terus berusaha menembusi analnya. Saat mau keluar dia mendorong bangkit aku. Dia raih penisku.
"Keluarin di mulut Asep, Oom.. Keluarin di mulut Asep, Oom.."
Sambil dia kocoki penisku yang memang sudah siap menyemprotkan spermanya. Edan anak ini. Dia minum dan jilati seluruh cipratan spermaku. Semalaman kami nyaris tidak tidur. Aku terbangun saat tiba-tiba kurasakan dia tengah menciumi dadaku atau selangkanganku. Sebaliknya kalau dia tidur aku tak mampu menahan diri untuk menggumuli ketiaknya, bokongnya, ngisepin penisnya atau apa saja yang bisa kuraih.
Pagi harinya kami makan di kamar. Aku pesan American breakfast. Nampak kami sangat kelaparan. Sebelum pulang saat dia mau kencing kuikuti. Kutadahi dalam gelas air seninya yang bening dan wangi itu. Aku bilang untuk minumanku hari ini. Dia melihatku dengan heran. Wajahnya yang bengong demikian tampan dan sekaligus cantik. Tak puas-puasnya aku memandangi dan mengagumi wajahnya 'cantik'nya itu. Ah.. Kapan kita ketemu lagi, Sep??
Sepagian itu aku banyak laporan ke bossku. Semua informasi yang diperlukan telah aku dapatkan. Dan sesuai dengan rencana aku akan pulang Minggu malam. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan sebelum pulang.
Gun Wijaya, China tambun pedagang komputer dari Dusit Mangga Dua itu telpon. Nanti malam dia pengin ngajak ke kafe LM di Jakarta Pusat. Sesaat aku mengingat-ingat. Rasanya aku pernah denger itu kafé para gay Jakarta ngumpul. Ah.. Kenapa tidak. Kusanggupi ajakan Koh Gun. Jam 8 malam dia mau jemput aku.
Bukan main mewahnya kafe LM ini. Di bawah lampu yang sangat eksotis, dua orang resepsionis yang ganteng dan ayu menerima kami. Koh Gun rupanya sudah pesan meja dengan 4 kursi.
"Loh.., kok kursinya 4?"
"Sabar Pak Koco, lihat saja.."
Belum selesai dia ngomong, ada 2 pria setengah baya mendekat dan memperkenalkan sebagai teman Koh Gun. Aku langsung tahu. Koh Gun rupanya buat acara khusus. Orgi bersama mereka ini. Ha.. Ha.. Ha.. Ahh, ramahnya Jakarta..
Memang benar cerita temanku. Kafe LM hanya dikunjungi pria. Mereka semua ini bisa dipastikan kaum gay. Ada yang bule, China, Jawa, hitam, Ambon, Arab atau turunan. Wuiihh.. Asyikk banget jadi gay di Jakarta. Serba ada. Selama 2 jam di kafe itu banyak orang-orang yang menengok ke kami juga. Barangkali mereka ini berharap bisa gabung bersama kami.
Dua orang teman Koh Gun adalah Wawan yang berprofesi" marketing eksekutip" untuk perusahaan garmen terbesar di Indonesia dan yang satunya Doddy peragawan dan anggota Dance Group terkenal, kelompok tari dan nyanyi pimpinan artis yang akhir-akhir ini juga politikus dari partai pemenang pemilu.
Mereka ini simpatik banget. Koh Guan pinter mencari teman. Lihat saja, Wawan ini, walaupun nampak badannya kerempeng, tetapi dengan dadanya yang bidang macam itu aku bisa membayangkan pasti ketiaknya lebar dan leluasa banget untuk jadi sasaran ciuman ataupun jilatan. Dan Doddy, dengan postur yang jangkung sangat menjanjikan bahwa permukaan pahanya sangat nyaman untuk jelajah lidah dan bibir lawan mainnya. Ahh.. Itu mah pandangan subyektipku.. Aku ngaceng..
Kami sepakat untuk menghabiskan malam bersama di Puncak, Bogor. Koh Gun bilang sekitar 1,5 jam perjalanan. Disana hawanya segar. Itu villa temannya.
"Aku boleh pakai kapan saja," sambil menunjukkan serentetan kunci villa tersebut.
Kita bisa main-main di dalam maupun di luar rumah, lanjutnya. Bukan main. Ini sangat surprise bagi aku yang 'bocah Semarang' ini. Ah.. Ramahnya Jakarta..
Jadinya aku tidak tidur di hotel malam ini. Sesudah melewati jalan berliku di antara pokok-pokok cemara, sekitar jam 1 malam kami baru memasuki halaman villa. Hawa dingin langsung menerpa begitu kami turun dari mobil. Terasa embun sudah turun membasahi rerumputan. Villa ini benar-benar kosong, oh.., bukan. Ternyata Koh Gun yang mengatur. Sore tadi dia telepon ke penjaganya. Dia boleh lIbur untuk pulang ke rumahnya, karena malamnya rombongannya mau datang.
Koh Gun membuka pintu dan menyalakan lampu. Woo.., bukan main. Lengkap. Dari ruang tamu, dapur dan kamar tidurnya cukup mewah. Lihat, sofanya dari kulit asli. Pasti mahal sekali.
Koh Gun langsung membuka lemari es mengeluarkan beberapa botol bier. Rupanya Wawan maupun Doddy bukan yang pertama kali ke tempat ini. Dan yang surprise lagi bagiku, mereka berdua ini langsung ber-asyik masyuk. Saling rangkul dan berpagutan. Koh Gun tertawa saja menyaksikan mereka sambil melirik padaku. Aku pengin duduk dulu sejenak. Kubuka botol bier dan kutuang ke gelasku. Sambil menyaksikan kedua anak itu. Edan. Tangan Wawan sudah merogohi gundukkan celana Doddy. Aku ngaceng.
Rupanya mereka, teman-teman baruku ini orang-orangnya pragmatis banget. Koh Gun keluar dari kamar tidur hanya bercelana kolor. Dia langsung duduk disampingku. Tangannya tak menunggu ijinku lagi langsung meraba dan meremasi gundukkan celanaku yang semakin menggunung, hangat dan keras ini. Aku tersenyum asyik. Koh Gun sangat bernafsu padaku.
Adegan Wawan dan Doddy mempercepat aliran syahwatku. Mungkin itu juga yang membuat Koh Gun begitu bernafsu. Dia sudah menarik resliting dan menarik celanaku hingga jatuh ke lantai. Dan lihat, dia nyungsep langsung ke selangkanganku. Rupanya dia akan berpuas diri dengan membuka CD alias celana dalamku dengan bibirnya.
Aku bersandar ke sofa dan mulai merem-melek menikmati rasanya dikerjain sama Koh Gun ini. Giginya menggigit pinggiran CD-ku kemudian menariknya kebawah. Tak bisa sekaligus, beberapa kali dia memindahkan giginya pada tepian berikutnya hingga berhasil menariknya ke pahaku. Penisku sudah macam Tugu Monas, ngaceng kaku dan berkilatan kepalanya menahan ledakkan birahiku. Koh Gun mulai menjilati kepalanya yang sudah basah oleh 'precum'.
Ah, asyiknyaa.. Ku-elus-elus rambutnya agar birahinya semakin terbakar. Kemudian lidahnya menjalar ke batang, ke pangkal dan sebagai selingan terkadang dia nyungsep ke belantara jembutku untuk menghirup aroma selangkangan yang pasti nikmat bagi Koh Gun ini. Aku jadi blingsatan tak terkendali. Sulit untuk tidak mengerang dan merintih. Elusan tanganku berubah menjadi remasan menahan syahwat.
Koh Gun melepasi seluruh busana bawahku agar leluasa beroperasi. Kakiku diangkat hingga rapat dengan dadaku. Hasilnya adalah wilayah analku terbuka. Dia pusatkan jilatan selanjutnya di tempat itu. Kurasakan lidah dan bibirnya yang tak henti-henti menjilat dan menyedoti. Ah, kenikmatan yang tak kurencanakan sendiri ini demikian hebatnya. Aku hanyut dalam gairah birahi yang luar biasa. Koh Gun benar-benar tahu titik-titik sensitive seorang pria macam aku.
Saat lidahnya menyapu pinggiran analku, jangan tanya lagi, aku menjerit kecil. Kegatalan yang menyergapku membuat aku bertekuk pasrah pada nafsu Koh Gun.
Untuk bisa lebih meraih duburku dia berbisik,
"Kamu nungging pegangan sofa ya, Mas," aku ikuti.
Saat aku bergerak bangun kulihat Doddy dan Wawan ternyata sedang saling mengocok-ocok penis pasangannya sambil menyaksikan tingkah kami berdua yang rupanya sangat atraktip bagi erotik mereka. Aku nungging menghadap ke jok sofa. Koh Gun langsung menerkam bokongku. Analku dia jilat dan sedoti kembali. Sesekali jari-jarinya menyodok masuk dan mengutik-utik dinding anusku. Nikmatnya membuat serasa jantungku mau copot.
Kurasakan Koh Gun berdiri, kemudian dia meludahi analku. Aku merasa bahwa Koh Gun ingin 'menembak' pantatku. Dan sesaat kemudian kurasakan tonjolan bulat hangat mendorong lubang pantatku.
"Ampunn.. Pedih banget siihh.. Dan pelan-pelan.."
Bless..
"Uuuhh.. Ampunn.. Sakiitt.."
Kog Gun tak terpengaruh oleh rintihan-rintihanku. Malahan semakin semangat untuk terus menembusi lubang yang sangat sempit ini. Dia mulai memompa pelan-pelan. Dia rubuh memelukku dari belakang sambil mencium kudukku. Pompaan penisnya men-cepat. Bles.. Bles.. Bles.. Nikmatnyaa.. Hawa dingin pegunungan yang meniup ke villa ini tak mampu menahan keringatku yang mengalir deras.
Tiba-tiba Koh Gun mencopot penisnya. Kudengar suara Wawan bergumam. Ah, rupanya mereka menggilir aku. Kurasai penis Wawan di pantatku. Sambil berpegang pada pinggulku di tusukkannya ke anusku. Bless.. Wawan mendesah. Sementara dari arah depan Doddy mendekati aku dan menyodorkan kemaluannya ke mulutku. Duh, gedenyaa..
Aku tak mampu menunda, langsung kulumat-lumat. Mulutku mengulum merasakan kerasnya otot-otot penis Doddy. Eeehh.. Rupanya Koh Gun mendekati Doddy dan mulai menciumi punggungnya kemudian meluncur turun ke bokongnya. Nampak Doddy menggeliat menahan gelinjangnya.
Aku mengocoki penisku menyalurkan kegatalan birahi. Wawan menggenjot cepat penisnya menembusi anusku. Duh, pedihnya.. Panass..
Enak benar si Doddy. Dari depan aku melumati penisnya, dari belakang Koh Gun menjilati analnya. Dia mengerang dan mendesah-desah sambil tangan kanannya meremasi rambutku dan tangan kirinya rambut Koh Gun. Terdengar paduan desahan, erangan dan rintihan kami ber-empat. Seperti orkestra Jakarta yang telah tiada itu. Sesekali bunyi kecupan keras dari segala arah. Stereo dan surround, ha.. Ha..
Rupanya ini merupakan acara perdana keberadaan kami di villa sejuk ini. Beberapa saat kemudian penis Doddy menyemprotkan spermanya ke mulutku. Panas dan guriihh.. Banget. Aku agak tersedak saat lidahku meraupi semprotan-semprotannya. Kurasakan penis manis ini menganguk-angguk 6 atau 7 kali memompa keluar air maninya. Doddy langsung rubuh bertumpu pada tepian sofa, sementara Koh Gun belum melepaskan jilatan pada anusnya sambil sIbuk mengocok penisnya sendiri.
"Ooohh.." rupanya Koh Gun juga mau memuntahkan spermanya, Lihat kocokkannya semakin cepat. Dan benar. Dia seketika berdiri sambil berteriak nyaring tetapi tertahan. Diasongkannya penisnya ke wajahku.
"Minum ini. Minum Pak Koco.., ayoo minum.., telan..," pintanya histeris.
Dan dengan sigap kuraih dan ku-emut penisnya yang langsung memuncratkan air maninya membasahi wajahku, bibirku dan masuk ke mulutku juga. Aku tegak dan jilati semua yang tercecer. Ah, tidak sampai 3 menit sudah 2 penis memuntahkan air maninya ke mulutku. Aku berkecap-kecap merasai gurihnya air mani mereka.
Bersambung...