Satu jam kemudian, Ronny dan Frans sedang berada di dalam mobil polisi yang sedang menuju ke salah satu stasiun kereta api.
"Hei Ron, kita kan sudah menempatkan beberapa orang polisi di setiap stasiun kereta api yang diperkirakan akan dituju Rico dan Tono. Untuk apa lagi kita menuju ke stasiun kereta api yang terakhir?" Tanya Frans.
"Yang saya takutkan adalah, mereka akan kabur dengan kapal laut di pelabuhan yang berdekatan dengan stasiun kereta api terakhir." Kata Ronny.
"Kapal laut? Kalau begitu mereka bisa saja.."
"Benar.. mereka bisa saja kabur ke luar negeri. Kalau mereka sempat kabur keluar negeri, maka kita akan semakin sulit menangkap mereka."
Sementara itu, di dalam kereta api yang sedang ditumpangi oleh Rico dan Tono.
Mereka sedang duduk di dalam salah satu gerbong yang hanya terdapat enam orang penumpang, termasuk Rico dan Tono. Saat-saat ini bukanlah masa liburan sehingga kereta api tersebut tidak banyak penumpangnya.
Tiba-tiba Rico berkata kepada Tono. "Hei, coba kamu lihat. Cewek yang duduk di seberang sana cakep juga loh."
"Yang mana." Kata Tono.
"Yang itu." Kata Rico sambil menunjuk ke arah cewek tersebut.
"Wah, OK juga. Bodynya juga mantap." Kata Tono.
"Hei Ton, bagaimana kalau kita memperkosa dia." Sebuah senyuman bengis terukir di bibir Rico.
"Tapi.. kejadian di gubuk tua waktu itu sudah ketahuan oleh polisi, dan mungkin polisi saat ini sedang mengejar kita. Apa tidak sebaiknya kita diam dulu untuk sementara." Kata Tono.
"Tenang saja. Begitu kita tiba di stasiun, kita langsung menuju ke pelabuhan dan kabur ke luar negeri. Polisi pasti akan sulit melacak kita."
Tono merenungkan perkataan Rico sejenak, kemudian dia berkata. "Baiklah kalau begitu. Tapi, bagaimana caranya kita membujuk cewek itu ke tempat kosong."
"Begini saja, kamu.." Rico lalu membisikkan rencana mereka di telinga Tono.
---//---
"Halo nona." Sapa Rico kepada gadis cantik yang tadi ditunjukkannya kepada Tono.
"Halo.." Kata cewek itu dengan ragu-ragu. "Apakah sebelumnya kita pernah berjumpa?"
"Oh tidak.. saya hanya lagi bosen, jadi saya sekalian mengajak nona untuk berbincang-bincang. Bolehkah saya duduk disini?" Kata Rico sambil tersenyum manis.
"Silahkan.. silahkan.." Kata cewek itu.
"Nama saya Rico. Bolehkah saya tahu nama anda?" Kata Rico.
"Saya Fitri." Balas cewek itu.
Rico lalu berusaha untuk bersikap ramah dan terus mengajak Fitri berbual-bual, sambil mencari kesempatan untuk mengajaknya ke gerbong paling belakang (gerbong yang kebetulan sedang tidak ada penumpang, dan Tono sedang menunggu disana.)
Setelah beberapa menit, Rico pun tidak punya bahan pembicaraan lagi. Saat dia sedang sibuk memikirkan cara untuk mengajak Fitri, Rico tidak sengaja melihat ke dada Fitri.
Saat itu Fitri sedang mengenakan pakaian serba hitam yang seksi. Kaos hitam ketat, rok mini hitam, serta stocking yang juga berwarna hitam.
Kaos Fitri yang ketat itu membuat payudaranya kelihatan sangat besar dan montok.
Melihat payudara yang sangat menggairahkan itu, Rico jadi lupa kepada rencana semula. Tanpa disadarinya, tangannya mulai meraba-raba paha Fitri yang halus itu.
Melihat hal ini, Fitri sangat terkejut. Dia spontan menepis tangan Rico sambil berkata dengan kasar. "Anda mau apa!"
Rico menjadi panik. "Celaka, rencana gagal!" Pikirnya. Namun pada saat ini, dia teringat kepada pisau belatinya yang selalu dibawanya itu. Dia lalu mengeluarkan pisau belatinya dan mengarahkan pisau itu ke pinggang Fitri sambil berkata dengan nada mengancam. "Kamu lihat belati ini. Kalau kamu berani menjerit, saya akan menusuk kamu."
Fitri terkejut setengah mati. Dia lalu memohon kepada Rico. "Jangan bang.. saya.. saya punya sedikit uang, ambil saja semuanya bang." Kata Fitri sambil mengeluarkan dompetnya dengan tangan yang gemetaran.
"Diam! Uang saja tidak cukup!" Kata Rico.
"Ka.. kalau begitu bang, saya juga punya beberapa perhiasan, ambil saja semuanya bang, tapi jangan lukai saya." Kata Fitri dengan suara gemetaran.
"Kamu belum mengerti juga ya non, yang saya inginkan adalah tubuh kamu." Kata Rico sambil meraba-raba paha Fitri dengan tangannya yang satu lagi yang tidak memegang belati.
Mendengar perkataan Rico, Fitri semakin takut dan panik. Keringat dingin pun mulai mengalir.
"Jangan.. jangan bang.. semua uang saya akan saya berikan.. tapi jangan perkosa saya bang.." Kata Fitri dengan nada memohon.
"Tubuhmu seksi juga non." Kata Rico sambil memasukkan tangannya ke dalam rok mini Fitri.
"Ah.. jangan disitu bang.. jangan.." Kata Fitri sambil menahan tangan Rico dengan kedua tangannya supaya Rico tidak dapat meraba lebih dalam lagi.
Rico lalu menusukkan belatinya lebih kuat sedikit, sehingga Fitri mulai merasakan rasa sakit di pinggangnya. "Ah.. sakit bang.. pisaunya jangan ditekan kuat-kuat bang."
"Lepaskan kedua tanganmu dulu, dan biarkan saya meraba pahamu." Kata Rico.
Fitri tidak punya pilihan lain. Dia pun tidak berani lagi menahan tangan Rico, sehingga sekarang tangan Rico bebas bergerak di dalam rok mini Fitri.
Gerakan tangan Rico di dalam rok mini Fitri membuatnya sesekali mendesah. "Ahh.. uuhh.. ahh.."
Sementara tangan Rico meraba-raba paha Fitri, mulutnya juga tidak tinggal diam. Rico mulai menciumi dan menjilati leher dan telinga Fitri.
Pada saat ini kereta api sedang berjalan pada kecepatan tinggi, sehingga erangan dan desahan Fitri tidak akan terdengar oleh penumpang lain karena tertutup oleh suara mesin kereta api yang cukup berisik.
Setelah puas meraba paha Fitri, Rico lalu memasukkan tangannya ke dalam kaos Fitri dari bawah dan mulai meremas-remas payudara Fitri, sedangkan mulutnya tetap menciumi dan menjilati telinga serta leher Fitri.
Mula-mula tangan Rico hanya meremas-remas BH Fitri, namun beberapa saat kemudian, Rico pun memaksakan jari-jarinya untuk masuk ke dalam BH Fitri yang lumayan ketat itu, dan mulai mempermainkan puting susu Fitri.
Beberapa saat kemudian, Rico lalu menyuruh Fitri untuk berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke gerbong belakang sambil diikuti oleh Rico. Belati Rico juga masih diarahkan ke punggung Fitri, untuk mencegahnya berbuat macam-macam. Rico juga berjalan berdekatan dengan Fitri, supaya penumpang lain tidak melihat belati yang sedang dipegang oleh Rico.
Melihat pantat Fitri yang bergoyang-goyang saat berjalan, Rico menjadi semakin bergairah, sehingga sesekali dia mengelus dan meremas pantat Fitri. Namun Fitri hanya diam saja, karena dia takut Rico akan menusukkan belatinya kalau dia berani macam-macam.
Tidak lama kemudian, mereka pun tiba di gerbong terakhir, dimana Tono sedang menunggu.
"Lama sekali kamu. Saya pikir rencana kita gagal." Kata Tono.
"Mana mungkin kita gagal." Kata Rico sambil tersenyum bengis.
"Baiklah, kalau begitu saya akan berjaga-jaga di pintu. Kalau ada orang yang ingin masuk, saya akan menghalanginya." Kata Tono. "Tapi ingat, waktumu cuma sepuluh menit, setelah sepuluh menit, gantian kamu yang jaga."
"Baiklah, baiklah." Kata Rico dengan tidak sabar.
Tono lalu berjalan ke pintu gerbong, dan saat dia melewati Fitri, dia meremas kedua dada Fitri cukup keras, sehingga Fitri mengerang kesakitan.
Setelah Tono keluar dari gerbong, Rico lalu mendorong Fitri hingga terjatuh di atas lantai, kemudian Rico pun langsung menghimpit tubuh Fitri sambil menciumi bibirnya dengan paksa.
Fitri tidak berani bertindak macam-macam. Dia hanya menurut saja saat bibirnya diciumi dan dadanya diraba-raba oleh Rico. Walaupun sebenarnya dia merasa jijik dan ingin muntah.
Setelah menciumi bibir Fitri, Rico lalu menciumi dagu Fitri, leher Fitri, dan kemudian payudara Fitri. Sementara tangannya dimasukkan ke dalam rok mini Fitri sambil meraba-raba pangkal pahanya.
Rico lalu menarik kaos Fitri serta BH nya ke atas, sehingga mencuatlah payudara Fitri yang besar itu. Mula-mula Rico meremas-remas kedua dada Fitri terlebih dahulu, kemudian dia memutar-mutar kedua puting susu Fitri dan menghisap keduanya secara bergantian.
Sebenarnya Fitri tidak ingin mengeluarkan suara desahan dan erangan, karena dia tahu hal itu akan membuat Rico semakin bergairah. Namun mulut Rico yang terus memain-mainkan puting susunya, serta jari-jari Rico yang mengelus-elus pangkal pahanya dengan gencar itu membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Fitri pun akhirnya menjerit. "AHH.. OOhh.. aahh.."
Pada saat ini, vagina Fitri juga sudah mulai mengeluarkan cairan. Rico lalu melepaskan rok mini dan celana dalam Fitri, sehingga terlihatlah vagina Fitri yang penuh dengan bulu-bulu halus yang sudah mulai basah itu.
Melihat pemandangan yang menggairahkan itu, tanpa pikir panjang lagi, Rico langsung melepaskan celana jeans serta celana dalamnya. Ini adalah pertama kalinya Fitri berhubungan seks dengan seorang laki-laki, sehingga lubang vagina Fitri masih sempit. Maka saat Rico menusukkan penisnya yang terhitung besar itu ke dalam vagina Fitri, Fitri langsung menjerit kesakitan.
Tanpa mempedulikan jeritan Fitri, Rico terus memompa vagina Fitri dengan keras, hingga kedua payudara Fitri juga ikut bergerak naik turun.
Beberapa menit kemudian, Rico pun menembakkan cairan panas ke dalam vagina Fitri, membuat Fitri menjerit untuk yang kedua kalinya, kemudian Fitri pun terkulai lemas pada lantai kereta api tersebut. Air mata pun mengalir turun membasahi pipinya.
Sebenarnya Rico masih punya tenaga untuk 'bermain' lagi, namun pada saat ini Tono memasuki gerbong tersebut karena waktu sepuluh menit sudah berlalu. Maka dengan agak kesal, Rico pun terpaksa mengenakan pakaiannya kembali, dan keluar dari gerbong tersebut untuk menghalangi orang lain memasuki gerbong itu.
Melihat Fitri yang hampir telanjang bulat itu sedang terkulai lemas di atas lantai, penis Tono langsung menegang. Tono lalu melepaskan celananya, dan berdiri di hadapan Fitri dengan penisnya yang sangat besar itu diacungkan ke wajah Fitri sambil berkata. "Jilat lalu hisap!"
Fitri merasa jijik dan takut, karena penis Tono sangat bau. Dan karena Fitri masih saja enggan menjilati penis Tono, Tono lalu menjambak rambut Fitri dan memaksanya untuk menjilatinya.
Akhirnya Fitri pun terpaksa menjilati penis Tono, walaupun sebenarnya dia ingin muntah karena saking baunya. Setelah dijilati untuk beberapa saat, Tono lalu berkata kepada Fitri. "Sekarang hisap!"
Sambil mencoba untuk tidak membayangkan bau yang berasal dari penis Tono itu, Fitri pun mulai menghisap penis Tono.
Beberapa saat kemudian, penis Tono akhirnya mulai bergetar. Fitri juga merasakan bahwa Tono sudah akan berejakulasi, maka dia bermaksud untuk menyingkirkan penis Tono dari mulutnya. Namun Tono justru menekan kepala Fitri dan memasukkan penisnya makin dalam ke mulut Fitri, dan beberapa detik kemudian, Tono pun berejakulasi di mulut Fitri.
Waktu itu posisi penis Tono di dalam mulut Fitri cukup dalam, sehingga spermanya langsung ditembakkan ke dalam tenggorokan Fitri. Fitri yang tidak pernah menelan sperma laki-laki itu kontan terbatuk-batuk dan muntah di lantai kereta api itu. Karena merasa jijik dan terhina, Fitri pun menangis tersedu-sedu di gerbong kereta api itu.
Namun Tono tidak mempedulikan tangisan Fitri. Dia lalu melebarkan kedua kaki Fitri ke samping dan bermaksud untuk mengentotinya.
Melihat hal ini, Fitri langsung menutupi vaginanya dengan kedua tangannya, dan mencoba untuk merapatkan kedua kakinya sambil berkata. "Jangan bang.. tolonglah bang.. jangan.. sakit bang.."
Akan tetapi Tono tidak mempedulikan ratap tangis Fitri. Tono menampar Fitri dengan keras, dan menyingkirkan kedua tangan Fitri yang sedang menutupi vaginanya itu. Lalu Tono mulai memompa vagina Fitri sambil sesekali meremas kedua payudara Fitri yang juga ikut bergerak naik turun itu, dan gerakan Tono semakin lama semakin cepat. Tidak lama kemudian, Tono pun berejakulasi untuk kedua kalinya, dan kali ini di dalam vagina Fitri.
---//---
Beberapa jam kemudian, Ronny dan Frans pun tiba di stasiun kereta api terakhir yang juga dituju oleh Rico dan Tono itu. Namun sayang sekali, mereka datang terlambat. Rico dan Tono sudah melesat ke pelabuhan, dan kemudian menaiki salah satu feri yang ada disana.
"Kita terlambat Ron, misi kita gagal.." Kata Frans dengan nada sedih.
Ronny tidak berkata apa-apa. Dia kelihatan sedang merenung.
"Sekarang kita kehilangan jejak mereka. Disini terdapat feri yang menuju ke Pulau Batam, Singapore dan Malaysia. Kita tidak mungkin tahu mereka menaiki feri yang mana." Kata Frans lagi.
"Belum tentu." Kata Ronny. "Coba lihat ini. Benda yang mereka tinggalkan di kereta api. Mungkin gara-gara terburu-buru pergi."
Ronny lalu menyodorkan sebuah karcis bus kepada Frans.
"Bukankah ini.. karcis bus Johor Bahru?" Kata Frans.
"Benar sekali." Balas Ronny.
"Kalau begitu sasaran mereka adalah Malaysia." Kata Frans.
"Seratus untuk kamu." Kata Ronny lagi.
"Yang serius dong Ron, ini berarti kita harus meminta kepada polisi Malaysia untuk menangkap kedua bajingan itu dan mengirim mereka kemari."
"Tidak, tidak perlu. Kita kirim bukti-bukti kejahatan mereka kesana saja, dan suruh polisi-polisi Malaysia untuk menghukum mereka sesuai dengan hukum yang berlaku disana."
"Tapi Ron.."
"Sudahlah, turuti saja perintahku, tidak akan salah lagi." Kata Ronny sambil tersenyum penuh kemenangan.
Empat hari kemudian, di sebuah kantor kepolisian yang terletak di Sumatera Barat
Frans memasuki kantor Ronny sambil membawa sepucuk koran di tangannya. "Coba lihat Ron, kedua bajiangan itu sudah tertangkap."
Ronny mengambil koran tersebut dari tangan Frans dan membacanya sejenak, kemudian dia berkata. "Bagus sekali! Persis seperti yang kuinginkan!"
"Apanya yang persis seperti kamu inginkan?" Tanya Frans.
"Menurut koran, kedua bajingan itu masing-masing dihukum cambuk enam kali lalu dipenjarakan selama sepuluh tahun."
"Hukuman cambuk? Jadi hanya gara-gara itu kamu tidak mau mereka dikirim kembali ke Indonesia?"
"Kamu belum mengerti rupanya Frans. Coba pikirkan, apa efek dari hukuman cambuk?" Tanya Ronny.
"Efek dari hukuman cambuk? Em.. paling-paling cuman rasa sakit di pantat doang."
"Rasa sakit dari hukuman cambuk bukan rasa sakit biasa, karena cambuk yang dipakai adalah cambuk khusus. Selain itu efek dari hukuman cambuk juga bisa sampai membuat orang mandul."
"Ah, saya mengerti sekarang. Kamu ingin mereka mendapatkan hukuman yang setimpal bukan?"
"Kalau cuman dipenjara sih, belum tentu mereka akan jera. Tapi kalau sudah sampai mandul, lain lagi ceritanya."
"Ha.. ha.. ha.. tidak kusangka, ternyata kamu sadis juga." Kata Frans sambil tertawa kecil.
"Eh, sekarang kan waktunya makan siang, bagaimana kalau kamu kutraktir di warung seberang jalan yang baru dibuka itu."
"Wah, kalau ditraktir sih tidak mungkin aku menolak." Kata Frans.
Kemudian sambil tertawa kecil, kedua polisi itu pun menuju ke warung yang baru dibuka itu.
TAMAT