Arthur Scarlet The Stripper - 2

Bookmark and Share

It’s A Date

Kembali seminggu kemudian hari Jum’at malam, saya baru pulang dan dianswering machine ada pesan.
“Hey Arthur, this is Scarlet. Tomorrow I’m not working. I’d love to go out with you. Call me at 415-xx”
Saya langsung menelepon Scarlet. Kita janjian untuk pergi nonton dan saya menawarkan untuk menjemput Scarlet dirumahnya. Ternyata rumahnya masih satu daerah dengan saya, hanya sekitar 10 menit naik mobil.
Hari Sabtu siang jam 11, saya menjemput Scarlet di apartemennya. Tempatnya tidak begitu besar. Ia tinggal dengan roommatenya. Saya tak berlama-lama di apartemennya karena si Scarlet sudah siap dan kita langsung berangkat ke downtown untuk nonton film. Sambil menunggu film dimulai, Scarlet dan saya saling bertukar cerita. Scarlet menjelaskan bahwa nama aslinya adalah Amber (tapi untuk lebih enak dalam jalan cerita, saya akan tetap menggunakan nama Scarlet). Ia berasal dari Hawaii tapi masih berdarah Jepang. Kakeknya dulu adalah salah satu tentara Jepang yang ditawan saat penyerangan di Pearl Harbor.
Ceritanya cukup menarik dan seru. Di usia 18 tahun, ia pindah ke SF dan berusaha melanjutkan pendidikan kuliahnya. Saat ini ia kuliah di sebuah universitas kecil di kota Oakland dan ia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mencari penari striptis. Kami kembali menlanjutkan obrolan setelah selesai nonton flm. Kami makan malam di sebuah restaurant di down town SF.
Selesai makan malam, kami kembali ke apartemen Scarlet. Rupanya hari ini ia tidak bekerja karena sedang datang bulan.
“Kamu tidak mau kan melihat darah di panggung atau di pangkuan kamu?” kata Scarlet sambil tertawa.
Saya pamitan dengan Scarlet lalu pulang kerumah.
Love Is In The Air
Hari Kamis siang sekitar jam 2, saya baru pulang kuliah. Saya tidak membawa mobil ke kampus tetapi naik kereta subway. Di subway tiba-tiba saya dicolek, begitu nengok ternyata si Scarlet. Scarlet mengenakan jeans biru dan kaos putih dan membawa tas ransel. Dari penampilannya, susah dibayangkan ia adalah seorang mahasiswi yang berprofesi sebagai striper.
“Hi, darimana?” tanya Scarlet dengan ramah.
“Hey, what a surprise, saya baru pulang kuliah. Kamu dari mana?” tanya saya.
“Saya juga baru pulang kuliah” kata Scarlet.
Di dalam kereta, kami ngobrol sambil tertawa-tawa. Saya harus turun di stasiun *** avenue sedangkan Scarlet di stasiun berikutnya. Saya mengajak Scarlet untuk mampir ke apartemenku. Tawaranku langsung diterima Scarlet. Dari stasiun ke apartemen hanya perlu jalan kaki 5 menit. Setiba di apartemen, saya persilakan Scarlet masuk.
“Tempat kamu bagus ya” kata Scarlet.
“Biasalah” jawab saya.
Saya menuangkan minuman dingin untuk Scarlet. Scarlet melihat-lihat foto-foto karya saya yang dipajang didinding.
“Ini hasil jepretan kamu semua? Bagus sekali” puji Scarlet.
Saya menerangkan lokasi tempat pengambilan foto-foto yang dipajang. Saya juga memperlihatkan buku-buku tentang Indonesia terutama Bali. Scarlet mendengarkan dengan penuh minat. Banyak sekali pertanyaan yang ia ajukan tentang Bali. Saya rasa ada sekitar 1,5 jam saya memberikan ‘kuliah’ tentang Bali dan Indonesia. Selesai ‘mengajar’, saya menyandarkan diri disofa dan Scarlet duduk disebelah saya.
“You’re so smart, you all those things. Saya sendiri kurang tau tentang budaya orang Hawaii” kata Scarlet.
Scarlet mendekatkan dirinya padaku lalu mengecup pipiku.
“Why did you kiss me?” tanya saya.
“I just feel comfortable with you. Kamu tidak pernah menunjukkan sikap atau pandangan harassment kepada saya”
Saya melingkarkan tangan saya ke pundak Scarlet dan Scarlet semakin merapatkan dirinya ke tubuhku.
“I feel like I wanna dance. Let me give you a private dance. Tapi sebelumnya, kamar mandi dimana?” kata Scarlet
Saya menunjukkan kamar mandi lalu Scarlet masuk kedalam. Saya langsung buru-buru menelepon Diki dan bilang untuk tidak pulang kerumah sampai jam 10 malam. Diki langsung tertawa.
“Wahh.. Hahahaha.. Jangan pakai kamar gue ya. Yang bersih ya!”
“Hehehe, beres deh. Terakhir kali elo ML kan gue juga harus nunggu ditempat lain” kata saya.
Beberapa menit kemudian, Scarlet keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan night gown warna biru muda, celana dalam g-string dan BH. Saya terheran-heran melihatnya memakai itu.
“Kamu kuliah bawa night gown?” tanya saya penuh heran.
“Of course not. Tadi saya baru beli pulang kuliah. Bagus ya” kata Scarlet.
Scarlet jongkok melihat koleksi CD lalu memutar CD kumpulan lagu jazz. Saya disuruh duduk disofa lalu Scarlet mulai beraksi.
Scarlet berdiri dihadapanku kemudian dia mulai menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan mengikuti irama lagu jazz. Tangannya menjalar ke payudara terus ke perut sampai ke selangkangan. Scarlet membelakangi saya lalu membungkukkan badannya hingga tangannya menyentuh lantai. Night gownnya otomatis terangkat hingga kepinggul dan menampakkan celana dalam g-stringnya. Tangan Scarlet mengarah ke vaginanya lalu diusap vaginanya dari balik celana dalamnya.
“Take it off” kata saya.
Scarlet tersenyum tetapi ia kembali melanjutkan tariannya. Kadang-kadang tangannya meremas-remas payudaranya sambil melirik saya. Scarlet lalu mulai mendekati saya. Ia berlutut dihadapanku lalu jari jemarinya membuka kancing kemejaku. Kemejaku yang terbuka langsung dilempar ke karpet. Kembali jarinya membuka risleting celana jeansku dan ditarik sampai kebawah. Scarlet meremas kontolku dari balik celana dalamku setelah itu ia membuka celana dalamku. Saya mencoba meraih payudaranya tetapi tangan Scarlet dengan pelan menepis tanganku. Dalam keadaan telanjang, saya menonton Scarlet yang kembali menari. Ia mulai membuka night gownnya. Scarlet mendekatkan dirinya ke tubuhku. Ia masih menggoyangkan tubuhnya dan tangan saya mulai meraih ke pantatnya. Kali ini tangan Scarlet tidak menepis tanganku.
Saya remas pantatnya dengan perlahan. Terasa kenyal dan padat. Tubuh Scarlet yang wangi oleh parfum White Musk tercium karena dadanya hanya sekitar 20 cm dari hidungku. Saya mulai meraih ke payudaranya. Saya remas payudaranya dari balik BHnya kemudian BHnya saya tarik cup-nya ke bawah. Payudara Scarlet yang besar langsung seperti terloncat dihadapanku. Perlahan saya remas payudaranya. Scarlet mendesah dengan penuh nikmat. Matanya terpejam dan bibirnya setengah terbuka. Saya lanjutkan dengan mulai mengulum putingnya yang berwarna merah muda. Nikmat sekali. Dengan penuh nafsu, saya mengulum kedua putingnya secara bergantian. Desah nafas Scarlet mulai memburu. Tangan kiri Scarlet meraih kontolku dania mulai mengocok-ngocoknya.
Scarlet mencium bibirku dan saya langsung memagut bibirnya. Lidah Scarlet terasa seperti menyapu rongga mulutku. Kami ber-frenchkiss kira-kira 5 menit sambil meremas payudaranya. Kemudian Scarlet meminta saya merebahkan tubuhku di karpet lalu ia mengambil posisi 69. Kontolku langsung ia kulum dan hisap. Saya memandang pantat Scarlet yang bulat dan indah, kemudian saya jilat pantat dan selangkangannya. G-stringnya tidak saya lepas tetapi ikut saya jilat sampai basah. Lalu saya tarik g-stringnya saya tarik kebawah sehingga menggantung dibawah selangkangannya. Saya jilat dengan penuh nikmat vagina Scarlet yang bersih dari bulu kemaluan. Scarlet langsung menggumam dengan nikmat sambil mengulum kontolku. Vagina Scarlet berwarna merah muda. Lidah saya terus menjilat seluruh vagina Scarlet, kadang saya naik melewati vaginanya lalu menjilat anusnya kemudian turun lagi ke vaginanya.
Puas ber-69, saya mengubah posisi. Saya telentangkan Scarlet lalu menindih tubuhnya. Scarlet membuka lebar kakinya sehingga kontol saya dapat masuk ke vaginanya. Nafas Scarlet tersentak saat kontol saya memasuki vaginanya. Saya mulai menggenjot vaginanya.
“Oh yes, fuck me Arthur. I want your dick” rintih Scarlet.
Sambil menyetubuhi Scarlet, saya remas kedua payudaranya yang besar. Rasanya tak puas meremas kedua payudaranya yang menggemaskan. Tak henti-hentinya Scarlet berceracau. Kata-kata seperti ‘fuck me’ atau ‘faster’ tak henti-hentinya ia ucapkan. Saat sedang bersetubuh, Scarlet bisa tiba-tiba mengejang sambil memejamkan matanya dengan rapat pertanda ia sedang orgasme. Tapi saya terus menggenjot vaginanya. Bosan dengan posisi missionary, saya balikkan tubuh Scarlet dan mulai dengan doggy style. Scarlet merapatkan kedua belah pahanya sehingga kontol saya terasa seperti dijepit didalam vaginanya.
Dalam posisi seperti ini, Scarlet dapat dengan bebas memutar-mutar pantatnya dan menggoyang tubuhnya mengikuti irama gerakan tubuhku. Kontolku seperti diremas-remas dalam vaginanya yang terasa seperti berdenyut-denyut. Beberapa menit kemudian, saya ejakulasi dan pejuku tumpah kedalam vaginanya. Bersamaan Scarlet juga kembali orgasme. Scarlet memekik dengan keras dan tubuhnya mengejang sehingga otomatis pahanya semakin dirapatkan. Wah kontolku rasanya seperti dipencet diantara dua daging yang hangat.
Saya menarik kontolku keluar. Biasanya kontolku akan langsung lemas begitu ejakulasi tetapi anehnya kontol saya masih berdiri tegak. Saya sendiri agak heran melihatnya. Mungkin stamina saya sedang bagus saat itu. Karena saya belum capai dan kontol masih bisa diajak bekerja sama, saya duduk disofa lalu saya tarik si Scarlet kepangkuanku. Scarlet kelihatannya masih agak lemas tetapi saya tidak peduli. Nafsu saya sudah kembali naik dan saya ingin dipuaskan.
Scarlet duduk dipangkuanku tetapi membelakangiku. Ia mengangkang sedikit supaya kontolku bisa masuk ke vaginanya. Setelah masuk, pahanya kembali dirapatkan. Scarlet mengocok kontolku dalam vaginanya. Kedua tanganku meremas payudaranya dari belakang. Kedua nafas kita saling memburu menahan gejolak nafsu. Dengan lihai, Scarlet memutar-mutar pantatnya sambil menggoyang tubuhnya naik turun. Kadang-kadang dengan gemas, Scarlet menghujamkan tubuhnya kebawah dengan disentak-sentak sehingga kontolku terasa melesak lebih dalam dan menyentuh ujung dinding vaginanya.
Scarlet lalu membalikkan tubuhnya tanpa melepaskan kontolku. Kini ia berhadapan dengan saya tapi masih dalam pangkuanku. Tanpa mengenal lelalh, berkali-kali Scarlet menghentak-hentakkan tubuhnya dan kontolku seperti dikocok-kocok dengan keras dalam vaginanya. Scarlet melekukkan tubuhnya kebelakang dan saya menyambut payudaranya yang tercondong didepan mukanya. Saya kulum putingnya sedangkan tangan kiriku meremas payudaranya. Keringat membasahi tubuh kita berdua. Nafas kita yang mendesah terasa saling memburu. Tangan Scarlet melingkar dileherku untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.
Saya merasakan akan ejakulasi. Langsung buru-buru saya menurunkan Scarlet lalu Scarlet saya dudukkan ditepi sofa. Saya buka lebar kaki Scarlet dan kembali saya masukkan kontolku ke vaginanya. Dengan cepat saya kocok kontolku dalam vaginanya. Kedua kaki Scarlet terjuntak dipundakku dan saya menahan kakinya dengan tanganku. Scarlet memejamkan matanya sambil meremas-remas payudaranya. Sebuah pemandangan yang sangat indah. Beberapa menit kemudian, peju saya muntah di vagina Scarlet. Saya tarik keluar kontolku kemudian saya sodorkan kemulut Scarlet. Scarlet langsung cepat-cepat duduk tegak kemudian mengulum kontolku. Semua peju yang keluar ia telah habis. Wah semua pengalaman sex yang sangat nikmat.
Setelah bersetubuh, kami berdua langsung rebahan di karpet. Scarlet menindih tubuhku. Kita berciuman sebentar kemudian kita tertidur. Jam 7 malam, saya terbangun. Scarlet tertidur disebelah saya dan tangan kanannya memeluk dadaku. Saya kaget karena Diki ternyata mengintip dari balik pintu hendak keluar.
“Sorry, gue perlu ambil lap-top. Sekarang mau ke library. What a pretty girl, Arthur” kata Diki tersenyum nakal.
Saya mengacungkan jempol lalu Diki keluar. Begitu Scarlet terbangun, kembali kami bersetubuh sekali lagi. Selesai bersetubuh, kita mandi berdua lalu saya mengantar Scarlet pulang kerumah naik mobilku. Setelah pengalaman ini, saya sering bersetubuh dengan Scarlet dan kadang-kadang saya datang ke The Stage dengan teman-teman.
Sekitar tahun 1994, Scarlet meninggalkan pesan di answering machine saya. Ia bilang tidak lagi bekerja di The Stage dan sekarang ia bekerja di perusahaan konsultasi keuangan di Oakland. Ia merasa sudah cukup bekerja sebagai penari striptis dan sekarang mau mulai bekerja sebagai wanita karir.
And now The Stage no longer exist. Some strippers moved to another club. Some decided to quit and find a better life. Scarlet did the right thing. She completed her Bachelor’s degree and worked as an assistant manager for a consulting company.