Once upon a time, in the heart of San Francisco there was a famous strip club called The Stage. Every night men would come to watch lustfully beautiful naked women dancing erotically on the stage. The scent of cigarette smokes, beer and cheap perfume fills the air of the club. The club was the center of night life in San Francisco. Somewhere in 1995, The Stage had to shut down its operation and declared bankcrupty due to mismanagement. My name is Arthur. This is my story.
The Birthday Invitation
Saya sudah dua tahun bergabung dalam rowing club di kampus saya. Rowing club adalah tim mendayung perahu yang terdiri dari dua ukuran, yaitu untuk diisi 4 orang atau 8 orang. Saya senang dengan olah raga ini karena sangat berguna dalam pembentukan tubuh. Latihan mendayung ini selalu diadakan pagi hari jam 5 di sekitar San Francisco Bay.
Suatu pagi selesai latihan, saya diberi tahu akan ada perayaan ulang tahun Bob akhir minggu ini. Bob adalah salah satu tim mendayung. Bob mengundang semua teman-teman pria dalam tim ini. Pesta ulang tahun diadakan di The Stage hari Sabtu jam 8 malam.
The Party
Saya tiba di The Stage jam 19:50 bersamaan dengan Rick dan Harry. Saya belum pernah ke The Stage karena tempatnya tergolong mewah. Di pintu masuk, seorang bouncer (penjaga pintu) bertubuh besar memeriksa ID kami. Sebelum diminta untuk membayar tiket masuk, kami ditanya apakah kami datang untuk private party. Kami bilang iya. Kami ditanya nama masing-masing kemudian diperiksa di daftar nama yang sudah ia pegang. Setelah melihat nama-nama kami memang ada, kami boleh masuk tanpa membayar dan tangan kami diberi cap bertuliskan “Private Party”. Kami melewati gang yang agak remang-remang, sayup-sayup terdengar bunyi musik yang berdentum-dentum. Diujung gang ada pintu yang dijaga oleh bouncer. Kami menunjukkan cap di tangan lalu pintu dibuka.
Saya melihat ruangan besar yang dipenuhi orang-orang. Ruangan agak remang-remang karena hanya disinari oleh beberapa cahaya dari lampu spot light panggung serta beberapa lampu spot light yang ditempatkan di beberapa tempat. Diruangan itu terdapat 3 panggung yang diletakkan secara terpisah. Disetiap panggung ada seorang wanita yang sedang menari tanpa mengenakan baju sehelaipun dan dipinggir panggung diatur kursi-kursi dan meja yang terisi penuh oleh kaum pria yang sedang menonton para penari. Penari-penari yang sedang tidak menari di panggung berjalan hilir mudik diantara para pria untuk menawarkan lap dance (dansa di pangkuan).
Ada juga beberapa penari yang tampak sedang ngobrol sambil tertawa-tawa dengan para tamu. Kami diantar oleh bouncer ke tangga yang menuju ke lantai dua. Di lantai dua sepanjang kiri dan kanan gang terdapat kamar-kamar kecil ukuran 1,5 m x 1,5 m, yang disekat-sekat. Di kamar itulah tempat para penari menari bugil secara pribadi ke tamu yang menginginkannya. Di gang terdapat beberapa penari yang sedang berbisik-bisik. Kami melewati penari tersebut dan ada yang menyapa kami
“Hi gentlement, want a lap dance?”
“No thank you honey” sahut Rick dengan senyum
“No thank you honey” sahut Rick dengan senyum
Bouncer mengantar kami ke ujung gang dan mempersilakan kami masuk ke ruangan yang cukup besar. Di ruangan tersebut sudah banyak teman-teman yang datang. Bob si empunya pesta juga sudah ada. Ruangan ini memiliki balkon sehingga kita bisa melihat aktivitas di lantai satu dengan leluasa. Kami menyalami Bob dan mengucapkan selamat ulang tahun.
Beberapa menit kemudian, masuklah seorang pria berdadan rapih diikuti oleh kurang lebih 10 wanita-wanita yang hanya mengenakan celana dalam g-string, BH ataupun baju-baju lingerie yang sexy dan minim. Dengan serempak mereka berteriak
“HAPPY BIRTHDAY BOB!!”
Bob kemudian didudukkan di kursi lalu diikat dengan tali. Dua wanita bule duduk dipangkuan Bob lalu menyodorkan payudaranya ke Bob. Bob tertawa-tawa sambil berusaha menjilat payudara wanita tersebut. Kalau dilihat dari bentuknya, saya yakin payudara para wanita striptis itu adalah payudara implantasi. Kemeja Bob dibuka lalu dibuang ke lantai dan celana panjang Bob juga dibuka tetapi tidak sampai ditarik kebawah. Dua wanita tersebut mulai perlahan-lahan menari dihadapan Bob dan teman-teman lainnya sambil membuka BH dan celana dalamnya. Teman-teman bersorak-sorai melihat atraksi kedua wanita tersebut. Secara bergantian, kontol Bob diremas dari balik celana dalam.
Putting Bob juga dihisap dan dipelintir. Muka Bob terlihat merah menahan geli. Salah seorang wanita mengangkat satu kakinya dan mendekatkan selangkangannya ke muka Bob, Bob berusaha menjilat vaginanya tetapi tidak bisa. Memang ada peraturan bahwa tamu tidak boleh sama sekali menjamah tubuh si penari telanjang. Setelah mendapatkan tarian telanjang tersebut, sebuah kue Ulang tahun dibawa masuk keruangan. Kue tersebut berbentuk dua buah paha wanita yang sedang ngangkang dan digambar secara detail vagina seorang wanita. Diatas kue ditulis “Happy Birthday Bob”.
Kami menyanyikan selamat ulang tahun lalu Bob meniup kue dan memotongnya. Setelah pemotongan kue, si MC Acara mempersilakan Bob untuk memilih salah seorang penari yang ada diruangan tersebut untuk memberikannya lap dance. Bob memilih seorang penari bule berpayudara besar. Setelah itu, para teman-teman bebas untuk memilih penari telanjang. Suasana agak kisruh karena teman-teman agak sedikit berebutan dalam memilih penari. Saya agak kesulitan dalam memilih karena pada dasarnya semuanya cantik dan sexy. Baru sekali ini saya ke strip club yang semua penarinya cantik dan sexy. Karena saya bingung memilih, teman-teman yang lain sudah mendapatkan penarinya.
Teman-teman duduk disebuah sofa berbentuk huruf L. Para penari mulai memberikan lap dance. Dengan penuh erotis dan menggoda, para penari membuka satu per satu penutup tubuhnya. Ekspresi wajah teman-teman ada yang terbelalak, ada yang sok cuek, ada yang tertawa-tawa. Seru melihatnya. Saya dan beberapa teman yang belum kebagian jatah berdiri di balkon sambil menikmati kue ulang tahun dan minum bir. Saya melihat para penari yang sedang menari dipanggung. Saya amat-amati satu per satu penari yang sedang hilir mudik diantara kursi-kursi penonton. Tiba-tiba saya melihat ada satu penari yang sedang berdiri dekat tempat DJ.
“Wah, boleh juga tuh orang” gumam saya dalam hati. Saya memanggil bouncer yang sedang berdiri dekat balkon.
“Yang itu siapa namanya?” saya bertanya sembari menunjuk penari yang dimaksud.
“Oh, itu Scarlet” kata si bouncer sambil memicingkan matanya.
“Panggil dong kesini” kata saya.
“Yang itu siapa namanya?” saya bertanya sembari menunjuk penari yang dimaksud.
“Oh, itu Scarlet” kata si bouncer sambil memicingkan matanya.
“Panggil dong kesini” kata saya.
Si bouncer lalu mengambil HT dan berbicara dengan seseorang, beberapa detik kemudian terdengar panggilan lewat pengeras suara
“Scarlet, please come to the private room”
Saya melihat si wanita incaran saya merapihkan sedikit rambutnya lalu beranjak ke lantai dua. Tidak lama kemudian ia muncul di pintu lalu si bouncer mengenalkannya pada saya.
“Sir, this is Scarlet” kata bouncer.
“Hi, my name is Arthur” kata saya.
“Hi, my name is Arthur” kata saya.
Si Scarlet sungguh cantik. Ia mengenakan celana dalam g-string berwarna putih dan gaun malam yang tipis berwarna pink muda. Payudaranya tidak ditutup BH sehingga bisa terlihat samara-samar payudaranya yang bulat dan indah. Scarlet berwajah asia dan berambut panjang. Wajahnya mirip sekali dengan aktris Kelly Hu yang main di flm seri Marshall Law yang biasa di putar di Indonesia di channel Star World. Scarlet tersenyum padaku.
“Wah sedang pesta pora nih”
“Iya, ada pesta ulang tahun”
“Mau lap dance dimana?” tanya Scarlet.
“Iya, ada pesta ulang tahun”
“Mau lap dance dimana?” tanya Scarlet.
“Disitu boleh” saya menunjuk ke ujung sofa yang kosong.
Scarlet menuntun saya ke sofa lalu meminta saya duduk. Teman-teman yang lain ada yang masih asyik menikmati lap dance, ada juga yang mulai mencari-cari penari baru dari balkon. Scarlet memulai tariannya dengan meremas-remas payudaranya lalu memilin putingnya. Ia membalikkan badannya lalu memutar-mutar pantatnya. Alunan musik jazz yang diputar DJ dilantai satu mengiringi gerakan tubuh Scarlet. Scarlet kemudian duduk dipangkuan saya. Pantatnya diputar-putar diatas kontolku, kadang gerakannya cepat kadang lambat. Lalu Scarlet menyandarkan punggungnya didadaku lalu membusungkan dadanya. Payudaranya yang besar terlihat begitu dekat di mata saya.
Scarlet menghembuskan nafasnya dekat kuping saya sambil mendesah dengan nikmat. Kemudian Scarlet berdiri. Ia mulai melepaskan gaun malamnya. Payudaranya yang bulat dan besar terpampang dengan indah dihadapanku. Beberapa teman berdiri dekat saya dan ikut menonton Scarlet. Scarlet melanjutkan membuka celana dalamnya sehingga ia pratis telanjang bulat. Kontolku yang sudah tegak menjadi tambah tegak. Scarlet mencukur bulu kemaluannya dan meninggalkan sedikit diatas vaginanya. Sungguh sexy.
Scarlet kembali duduk di pangkuanku tetapi sekarang berhadapan dengan saya. Bibirnya yang merah merekah digosok sedikit dekat leher dan kupingku. Tak lupa pantatnya kembali ia putar-putar diatas kontolku. Payudaranya yang besar terasa bergerak-gerak mengenai dadaku. Kadang-kadang Scarlet menegakkan dadanya lalu ia ‘menampar’ mukaku dengan payudaranya. Teman-teman yang melihat adegan ini tertawa terbahak-bahak.
Selama lap dance, tangan saya harus tetap berada disamping karena sesuai dengan peraturan yang ada kita tidak boleh menyentuh si penari. Setelah selesai menari untuk saya, beberapa teman sudah mengantri ingin mendapat lap dance dari Scarlet. Saya menonton Scarlet menari untuk teman-teman saya. Sambil minum bir tak henti-hentinya saya menatap wajah Scarlet yang manis, payudaranya yang besar dan pantatnya yang kecil padat. Saya sempat juga mencoba penari lainnya yang cantik tapi entah kenapa saya jauh lebih tertarik dengan Scarlet. Setelah Scarlet selesai melayani teman-teman, kembali saya minta Scarlet lap dance untuk saya.
Jam 22:30, pesta ulang tahun selesai dan kita harus meninggalkan ruangan private party. Teman-teman banyak yang melanjutkan pesta dilantai satu. Tetapi saya lebih memilih pulang. Setiba dirumah, saya menceritakan pengalaman di strip club ke roommate saya. Ia kelihatannya antusias mendengarnya lalu ia mengajak saya untuk ke The Stage minggu depan.
We Meet Again
Seminggu setelah pesta itu, hari Sabtu, saya dan Diki (roommate) ke The Stage. Disana kami harus bayar untuk cover charge. Begitu masuk kedalam, saya mencari-cari si Scarlet. Tidak kelihatan. Si Diki juga dengan semangat melihat wanita-wanita cantik dan moleg yang menari dengan vulgar di panggung. Beberapa penari menghampiri kami untuk menawarkan lap dance. Tapi saya tolak walaupun penarinya cantik dan menarik. Setelah menonton selama 10 menit, akhirnya Diki meminta lap dance dari seorang penari bule. Sambil minum bir, saya kembali melanjutkan tontonan telanjang dipanggung. Tiba-tiba muncul si Scarlet. Ia memang cantik sekali. Ia menggunakan BH dan celana dalam g-string warna hitam serta stocking jaring-jaring. Saya memanggilnya dan ia menghampiri saya.
“Hi, want a lap dance?” tanya Scarlet.
Sebelum saya menjawab, Scarlet berkata,
“Hei, kamu kan yang minggu lalu datang di pesta diatas? Arthur kan namamu?”
“Iya, masih ingat aja” kata saya dengan senang.
“Saya memang mudah ingat wajah-wajah asia” kata Scarlet.
“Iya, masih ingat aja” kata saya dengan senang.
“Saya memang mudah ingat wajah-wajah asia” kata Scarlet.
Scarlet menuntun saya ke kamar yang di lantai dua lalu ia menari dengan erotis dihadapan saya. Kelihatannya si Scarlet agak berani. Sambil menari, ia menyelinapkan tangannya kedalam celana panjang saya lalu meremas sedikit kepala kontolku. Saya mencoba mengelus pahanya tetapi dengan halus tangan kirinya meraih tanganku dan meletakkannya di atas pahaku. Tetapi ada saat dimana Scarlet mendekatkan payudaranya ke muka saya. Saya mencoba menjilat putingnya dan ternyata didiamkan Scarlet. Akhirnya saya beranikan diri untuk menghisap seluruh putingnya. Tak terasa satu lagu selesai diputar DJ.
“Want to continue?” tanya Scarlet.
“Sure”
“Sure”
Kembali Scarlet memutar-mutar pantatnya diatas kontolku. Tangan kanannya diselinapkan diantara celanaku lalu ia mulai meremas batang kontolku. Saya memegang pinggulnya dan meremasnya. Saya mencoba meraih payudaranya tetapi kembali tangan kirinya memegang tanganku dan diletakkan diatas pahaku. Tetapi kini Scarlet mengijinkan saya untuk menghisap dan menjilat kedua putingnya. Sambil menjilat putingnya, kembali Scarlet meremas kontolku. Satu lagu kembali selesai diputar.
“Satisfied?” tanya Scarlet.
“You are great” puji saya.
“Thank you. You’re sweet” kata Scarlet.
“Scarlet, would it be OK for you if I ask you out?” tanya saya.
“Umm. Mau kemana?” tanya Scarlet.
“Pergi nonton atau makan” kata saya.
“Boleh saja” kata Scarlet.
“Ini nomor telephone saya” kata saya sambil menulis di kertas lalu memberikannya pada Scarlet.
“OK, I’ll call you” kata Scarlet.
“You are great” puji saya.
“Thank you. You’re sweet” kata Scarlet.
“Scarlet, would it be OK for you if I ask you out?” tanya saya.
“Umm. Mau kemana?” tanya Scarlet.
“Pergi nonton atau makan” kata saya.
“Boleh saja” kata Scarlet.
“Ini nomor telephone saya” kata saya sambil menulis di kertas lalu memberikannya pada Scarlet.
“OK, I’ll call you” kata Scarlet.
Kemudian saya memberikan tip $ 30 untuk lap dance itu. Sekitar jam 22:00, saya dan Diki pulang.