Only petting saja, tak lebih - 2

Bookmark and Share
S. sudah mulai horny berat, dia mulai melepaskan kaosnya, dan meminta saya menciumi tubuh dan payudaranya. Tanpa melepaskan kesempatan emas ini, saya mulai beraksi.
"Aku cium ya", pintaku.
S. menjawab sayu, "Puasin aku sayang..."

Puting yang merekah merah terus saya kulum, saya gigit saya jilati hingga membesar. S. pun sepertinya ingin melepaskan dahaganya. Selang kemudian dia mulai melepas g-stringnya. Oh Tuhan, wanita ini akan telanjang di depan saya. Alangkah berkat sekali. S. pun akhirnya telanjang, dia minta saya untuk menjilati memeknya yang merah merekah. Menarik untuk segera dijilat dengan lidah saya.
"Ayo sayang, jilati aku sayang, aku pengen sekali, aku pengen sekali. Aku ingin kamu masukin kontolmu ke memekku", pintanya.

Saya belum bereaksi, saya masih ingin menikmati memek yang ada di depan mata saya, saya jilat pelan-pelan klitoris yang seperti biji kacang itu dengan penuh kelembutan. Asin sepertinya cairan S., tapi saya tidak peduli. Saya jilat terus hingga akhirnyaS. melenguh pelan, "Sayang, terus, terus jilatin, gigit itilnya sayang", kata S. nanar.

"Kamu suka? Kamu mau merasakan jilatanku terus", tanyaku. Tanpa menjawab S. langsung membenamkan wajah saya ke memeknya. Sayapun terus bekerja, seperti ketika saya menyelesaikan deadline. Kejar terus memek itu! Kata hati saya. S. meregang terus sesekali tangannya meraba junior saya yang memang belum saya lepaskan dari sangkarnya. Saya ingin membuat S. minta ampun. Serampangan S. terus mencari kontol saya. "Buka sayang, aku ingin pijat, jilat ujung kontolmu, aku pengen telan spermamu sayang", ujar S. merangsak masuk tangannya ke celana dalamku. Akupun berhenti mengekploitasi memeknya. Jembutnya sungguh indah untuk dipandang!

Karena kasihan akhirnya aku loloskan celana dalamku dan akhirnya menyembulkan junior dengan gagahnya, "Damn this is my pride!", ujarku dalam hati. Ujung kontolku yang sudah mulai basah mengkilat karena cairan mahdiku pun langsung disapu lidah S. "Ochhh nikmat sekali sayang, terus jangan berhenti. Och Shit!!!", teriakku. Tapi aku tersadar jika ada teman S. yang tertidur pulang, maklum pintu kamar utama tidak ditutup.

S. tertawa kecil, dia kelihatan senang membuat ujung kontolnya ngilu dan geli sewaktu disapu dengan lidahnya. Lidahnya mulai turun ke bawah pas di batang kontolku, lalu perlahan, jilatan-jilatan kecil mulai ditujukan ke arah buah pelerku.
"Enak sayang?, mau diapain lagi?", tanya S..

Tanpa menjawab aku sengaja menyodorkan buah pelerku ke arah mulutnya yang belepotan dengan cairanku. S. seperti kesetanan. Mungkin dalam hati dia berpikir, kapan lagi aku bisa mendapatkan kontol muda seperti ini. Ya, pembaca, kontolku memang menarik. Belum berkerut seperti kontol-kontol laki-laki yang sering keluar masuk lubang buaya perempuan. Kontolku masih original karena memang hanya beberapa kali saja dimasukkan ke memek perempuan.

S. terus menjilat, menjilat dan merancau dengan liarnya. "Puas, puas nggak", tanya S. Sambil tertawa dia terus menjilat dan akhirnya dia mengarahkan kontol saya yang sudah tegak berdiri ke lubang memeknya yang basah dengan cairannya sendiri.

Oh no, this gonna happen!. Stop it ! aku berteriak! "Jangan sayang, aku tidak ingin!" kataku. S. kebingungan, "Kenapa, kamu tidak ingin? Atau kamu tidak puas dengan jilatanku?", tukasnya.
"Aku tidak mau sekarang, tidak tahu untuk nanti", kataku pelan.
S. terus keheranan karena penasaran aku kembali mengecup putingnya. "Kamu jahat, aku sudah pengen sekali, aku masukin ya ke memekku", pintanya.
"Tidak! Aku tidak ingin melakukannya", kataku.
Sebenarnya aku ingin sekali. Tapi meski kami saling phone sex, tapi dalam hati aku menganggap S. sebagai jiejie (kakak perempuan dalam keluarga China). Saya tidak tega melakukannya dengan jiejie sendiri. Tapi ah, entahlah, kami sudah terbuai. S. pun akhirnya mengerti dengan keputusanku. Kamipun berbenah, dia mulai mengenakan sarung baru tanpa mengenakan g-stringnya. Saya juga demikian, pakaianku aku kenakan lengkap.

Kami minum dan akhirnya ngobrol lagi. Karena sudah mulai mengantuk aku minta ijin pulang, tapi S. tidak mau.
S. meminta saya tidur di kamar bersama temannya. S. tidur di samping temennya sedangkan saya dipinggir, tapi sesekali saya masih bisa menyentuh memeknya yang masih basah. Kamipun sesekali tersenyum sambil saling mengecup mesra...

Tamat