Cerita tante Girang- sebenarnya ini cerita agak kacau, dan mungkin membingungkan bagi sebagian pembaca, namun akan ada cerita lanjutan yang akan membuat mengerti perjalanan cerita tante asih ini.
Mau nggak mau, kata-kata itu mengganggu pikiran saya saat sedang membuatkan kopi untuk ibu Asih. “Beneran atau becanda..ya?? Masa wanita berumur itu masih berpikiran begitu..??” Tau-tau saya sudah tenggelam dalam khayalan tentang ibu Asih. Kalo dilihat dari kulit wajahnya, sepertinya kulit tubuhnya berwarna putih, ukuran dadanya pasti minimal 38C, trus pantatnya pasti besar, trusss... “Hayooo...mas Rais lagi mikrin saya..ya..??” tau-tau suara ibu Asih terdengar di belakang saya. Saya terkejut dan menoleh ke arah suara itu. Terlihat dia sudah berdiri di depan pintu dapur saya sambil tersenyum-senyum menggoda dan...baju atau jaket lengan panjangnya sudah tidak dipakai lagi. Ternyata baju kaos yang digunakan, sangat ketat. Payudaranya yang besar itu, tercetak jelas di lekuk-lekuk kaos yang dipakainya. Yang sempat membuat saya kagum, walaupun berbadan agak besar, tetapi perutnya tidak terlihat buncit/besar untuk ukuran wanita seusia dia. Melihat sosok seperti itu, mau nggak mau Mr.P saya langsung berdenyut-denyut. “Buat kopinya lamaa banget, mas.??? Makanya kalo buat kopi, jangan mikirin yang nggak-nggak..!! Ntar kopinya keburu dingin...mas!!. Sini saya bantuin..!!” tanpa menunggu persetujuan saya dia berjalan mendekati saya dan saya sempat menyaksikan, dada wanita ini teguncang-guncang setiap kali dia melangkah. Karena terkejut, saya hanya bisa terdiam dan membiarkan dia mengerjakan pekerjaan saya itu.
Ibu Asih hanya menggeser gelas kopi yang berada di depan saya, dan mulai membuat kopi sambil berdiri di samping saya. Tinggi tubuhnya kira-kira sebahu saya. Pada posisi itu, saya dapat melihat dengan jelas tonjolan dada ibu Asih. . Saya berusaha kuat untuk menahan gejolak birahi saya, tapi Mr.P saya yang sudah tidak bisa saya kendalikan. Dengan gagah perkasanya, Mr.P saya mulai bangun dan mengeras sehingga celana boxer saya terlihat maju di bagian depan. Dan saya yakin 100%, ibu Asih pasti melihat perubahan itu, tetapi dia tetap saja mengaduk gelas kopi di depannya. Bahkan kayaknya, dia sengaja memperlambat adukan kopinya. Dan tiba-tiba dia berhenti mengaduk dan berpaling pada saya dan tersenyum “Mas Rais.. mau pegang tetek saya..ya?? Ayo..mas, nggak usah malu-malu..” katanya sambil mengambil tangan saya dan diletakkan di dadanya. Saya sangat kaget dan tidak melakukan apa-apa terhadap daging empuk yang sudah berada di dalam gengaman saya. “Ayo..massss, tetek ku..diremas-remas...doong..!!” suara ibu Asih menyadarkan saya dari keterkejutan. Dan saya mulai meremas.
“Aaahhhh...terus massss... Enaaaakkk...mas..!!” ibu Asih mulai mendesah. Dan seluruh kesadaran saya telah kembali. Segera saya serbu bibirnya dengan ciuman penuh nafsu. Ibu Asih juga tidak mau ketinggalan menyambut bibir saya dengan penuh nafsu juga. Sambil berciuman, tangan saya sibuk meremas-remas tonjolan bukit kembarnya. Tidak hanya puas meremas-remas, tangan saya dengan lincahnya menarik kaos ketatnya ke atas dan berusaha melepaskannya. Ketika tangannya terangkat dan kepala Ibu Asih sudah terlepas dari lubang kaosnya sudah keluar dari, terpampanglah dua bukit kembarnya yang masih tertutupi BH yang sudah agak kusam. BH tersebut sepertinya kekecilan untuk menampung payudara Ibu Asih, sehingga payudaranya seperti mau tumpah. Dan yang membuat saya nyaris melompat kegirangan...kedua ketiaknya ditumbuhi bulu-bulu hitam yang panjang-panjang dan sangat lebat. Mungkin hanya bulu-bulu ketiak Iyem yang mampu menandingi kelebatan bulu ketiak ibu Asih ini. Sengaja saya biarkan, kaos tersebut tetap pada tempatnya dan tidak saya lepas, agar supaya posisi lengan ibu Asih tetap terangkat sehingga saya dengan leluasa bisa menciumi kedua ketiaknya yang sangat mengundang birahi saya itu.
Saya lalu mencium dan menjilati ketiaknya. Aroma dan rasa kegemaran saya, kembali saya cium dan rasakan. Sambil mencium dan menjilati berulang mulai dari ketiak kiri, kemudian bibir, terus ke ketiak kanan, kembali ke bibir dan diteruskan ke ketiak kiri lagi, rok panjang yang di gunakan ibu Asih saya pelorotkan ke bawah. Ternyata dia menggunakan semacam pants ketat selutut seperti celana senam di dalamnya. “Ahhh...geliiii..sayang..!! Jangan keteknya aja dong...masss!! Tetek aku juga dong di isep...!!! Hmmmmmppp..” Bibirnya kembali saya lumat dan kaos yang belum terlepas itu, akhirnya saya lepas. Begitu tangannya terbebas dari kaos, ibu Asih segera meraih Mr.P saya. Mr.P saya yang sudah mengeras di remas-remas dari luar celana boxer. Sayapun tidak mau tinggal diam, sambil mulut saya tidak melepaskan bibir dan lidahnya, tangan saya bergerak kebelakang untuk melepaskan BH yang masih terpasang. Dengan sekali tarikan, BH kusam itu terlepas dan jatuh ke lantai dapur saya. Dan kedua bukit kembarnya seperti melompat keluar. Walaupun sudah agak kendor, tapi saya yakin, bentuknya sangat mengundang birahi setiap laki-laki yang melihatnya, Putingnya berwarna kecoklatan dan sangat besar. Sangat kontras dengan kulit tubuhnya, yang sesuai dengan khayalan saya berwarna putih.
Ciuman dan jilatan saya arahkan ke dua bukit kembar itu. Puting kecokatan itu saya isap dengan kasar. “Ahhhh....enak,,mas...!! Di isep yang kuat..massss..!!!” ibu Asih mendesah sambil menekan kepala saya dengan kuatnya. “Aaaahhhh....naaahhh....begitu..mas,,,, ahhh..enaaaakkk...masss...!!! di gigit..masss..!! Dua-dua...nyaaaa.... Ahhhh.... ahhh...shhh..!! Naaahhh... begituu...masss..!!! Di merahin..aja masss...!! Ayo...masss..!!” tidak berhenti mulut wanita ini mengeluarkan suara. Tekanan pada kepala saya semakin menguat, sehingga saya nyaris tidak bisa bernapas karena hidung saya tertutupi daging empuk payudara milik ibu Asih. Tangan ibu Asih sangat lincah. Bergantian kedua tangan itu, sibuk menekan kepala saya dan kemudian meremas Mr.P saya, bahkan sekarang sudah menyelusup ke dalam celana boxer saya dan sibuk meremas dan mengocok dengan kasar Mr.P saya. Dan sepertinya ibu Asih juga tidak puas hanya menyelusup saja, akhirnya celana boxer saya di pelorotkan juga ke bawah dan Mr.P saya segera melompat keluar dan di sambut dengan remasan-remasan dan kocokan-kocokan cepat. Tiba-tiba dia mendorong kepala saya dan kepalanya bergerak ke bawah.
Dengan posisi menunduk, dia mulai mengerjai Mr.P saya. Mulut dan lidahnya bermain dengan lincah di seluruh bagian Mr. P saya. “Ahhh...ahhh...enak..bu..!!! Yaaaaa....terusss...bu..!!” gantian saya yang mendesah menikmati ciuman, jilatan, isapan ibu Asih di Mr.P saya. Mungkin karena kecapekan menunduk, ibu Asih kemudian berjongkok di depan saya. Sambil tetap menjilati dan mengulum Mr.P saya, dia berkata “Hmmmp...k****l mas Rais...enak banget...!!! Pantesan mbak Ida..tergila-gila...!! Hmmmppp...!! Pasti baru gituan sama mbak Ida..yaa mass” masih cerewet juga wanita ini, walaupun Mr.P saya sudah berada dalam mulutnya dia tetap becoleteh. “Shhhh...ahhh..Kok...tau..bu..? hhhhh...!! Ngisapnya..enak banget...bu.!!” saya masih sempat bertanya. “Hmmmp...enak banget...nih.. k****l mu mass..!! Aku...nafsu banget..!!” dia tidak menjawab pertanyaaan saya karena sedang asik sendiri dengan Mr.P saya. Terlihat pemandangan yang sangat menggairahkan saat dia mengerjai Mr.P saya. matanya terpejam, kepalanya maju mundur dan lidahnya terlihat menyelip keluar di antara sela-sela bibir yang sedang mengulum Mr.P saya.
Kemudian dia mengganti posisi jongkoknya dengan posisi berlutut dan mulai menggarap Mr.P saya menggunakan kedua payudaranya yang besar dan empuk itu. Putingnya di gesek-gesekkan ke kepala Mr.P saya sambil dia terus mendesah-desah dengan suara yang keras “Hhhhh.... enaaak..mas..?? Ayooo....massss... k****lmu aku tetek in,,,nih....!! Ayo...sayang...!! ibu nenenin..ya..?? shhhhhh.....” Rasanya geli banget, lubang pipis saya digesek-gesek sama putingnya yang besar dan sudah keras itu. Mungkin dia lagi mengkhayal, kalo lubang pipis itu adalah mulut seorang bayi yang sedang disusui. Puas dengan menggesek-gesekkan puttingnya ke lubang pipis saya, Mr.P saya kemudian dijepit di antara dua payudaranya yang besar itu sambil kedua tangannya menekan kedua bukit itu. Terlihat dari atas, kepala Mr.P saya timbul tengelam di antara belahan dada wanita ini, seirama goyangan tubuh ibu Asih yang turun naik. Daging empuk itu juga menggesek-gesek pangkal paha dan daerah selangkangan saya. Rasanya sangat nikmat. “Shhh...aku tauuu..mas Rais pasti abis gituan sama mbak Idaaa...hhhhh, soalnya...jembut mas Rais abis di potong..kan..?? ssshhhh..aduh enaaak..bangggetttt...masss..geiiiiii..!!!” Oooo...itu rupanya, kenapa dia tau saya habis bercinta dengan isteri saya, Wah...isteri saya pasti cerita-cerita ke ibu Asih tentang kebiasaan kami. Dan rupanya tidak hanya saya menikmati, gesekan payudara ibu Asih di pangkal paha dan selangkangan saya, dia juga sangat menikmatinya setiap sentuhan daerah selangkangan saya yang baru saja ditumbuhi bulu-bulu pendek dengan kulit payudaranya yang mulus itu.
Ibu Asih, ternyata sangat lihai melakukan permainan birahi seperti ini. Mungkin dia sering menonton blue film. Masih mengeluarkan desahan-desahan membangkitkan birahi dan masih bergerak turun naik, tau-tau dia menundukkan kepalanya. Dan...wow..setiap kali kepala Mr.P saya muncul dipermukaan, langsung disambut dengan lidahnya yang dengan lincah menjilati kepala Mr.P saya. Rasanya sangat-sangat nikmat, sampai akhirnya saya merasa sudah akan memuntahkan sperma birahi saya. “Aaaah...enaaakk..banget..bu!! Terusss...buuu..!!! Aku sudah mau keluuuuaaaarrrr...!!!” saya memberitahukan kepada ibu Asih, kalo saya sudah mau orgasme. Tau-tau...dia berhenti bergerak dan meremas Mr.P saya. “Eiiit...nanti dulu...sayang..!! Permainan...baru aja mau di mulai..!! Tidak boleh..keluar dulu...ya..sayang!! Di tahaaaan...dong!! Sabaaaarrrr....!!!” katanya sambil meremas batang kemaluan saya untuk mencegah aliran sperma yang sedang begerak keluar. “Gimanaaa..sayang..?? Sudah masuk lagi..pejunya..??” dia bertanya tanpa mengendurkan cengkramannya. Saya hanya bisa mengangguk dan baru setelah melihat anggukan saya, dia melepaskan tangannya dari Mr.P saya. Kemudian dia mengumpulkan pakaian-pakaian yang berserakan di lantai dapur, berdiri dan berjalan ke dalam sambil berkata “Pindah ke dalam aja..yuk..mas.??” Bagaikan kerbau dicocok hidungnya, saya mengikuti ibu Asih dari belakang menuju ke ruang tengah, sambil memperhatikan dari belakang, tubuh subur di depan saya yang hanya mengenakan short selutut ketat , berjalan lenggak lenggok.
Sesampainya di ruang tengah, ibu Asih langsung menuju sofa single dan langsung melepaskan short pants selututnya sehingga sekarang tubuhnya telah bugil. Kemudian dia duduk, dan meletakkan kedua kakinya di kedua sandaran tangan sofa tersebut. Maka terpampanglah dengan jelas apa yang berada di tengah-tengah selangkangannya. Wow...vaginanya sangat besar dan montok. Warna bibir dan klitorisnya yang besar itu, agak kehitaman dan mengkilap karena sudah basah oleh cairan kenikmatan. Kemudian tangan kanannya mulai mengosok-gosok daerah kewanitaannya itu dan tangan kirinya memanggil-manggil saya “Ayooo...masss...siniii. Aku udah nggak tahaaan...lagiii,!! Puasin... aku...yaaa...sayangg...! Aku sudah pasraaaahhh....!! Terserah....mas mau ngapain..aja!!... Ayoooooo...masss..!!” dia mengundang saya untuk segera melakukan sesuatu memenuhi nafsu birahinya yang mungkin sudah sampai ke ubun-ubun. Segera saya lepaskan kaos saya, sehingga saya juga sudah bertelanjang bulat dan berlutut di depan tubuh wanita itu.
Bersambung pada cerita selanjutnya, tentu dengan tante girang, yang pasti bukan tante girang kaya dong. yang membayar brondong.