Montir-montir nakal - 2

Bookmark and Share
Adi menciumiku dan meremas-remas kontolku. Saya sedikit frustrasi, kenapa dia tak membiarkanku melepas celana dalamku saja? Sambil menepuk pantatku yang padat, Adi berkata, "Tunggingin pantatmu."

Saya bingung tapi menurut saja. Saya yakin mereka takkan menyakitiku. Mereka itu hanya ingin ngentot denganku saja. Lalu saya merasakan benda tajam menggores celana dalamku, tepat di bagian pantat. SRET! Angin dingin berhembus masuk, menggeletik anusku. Rupanya, Adi sengaja melubangi celana dalamku agar dia bisa ngentotin saya tanpa melepas celana dalamku. Saya kecewa sekali karena saya masih juga tak diizinkan untuk bertelanjang bulat.

"Kamu akan menjadi piala bergilir kami, sayang," bisiknya sambil mencubit putingku. AARGGH!! Tumben, Adi tidak lagi mmemanggilku 'Anda'.

Rudi cepat-cepat merentangkan sehelai selimut usang di atas lantai yang kotor dan buru-buru berbaring dia atasnya. Kontolnya yang ngaceng sengaja dikocok-kocoknya agar ereksinya terjaga. Saya kemudian didorong ke arahnya. Saya mengerti bagaimana Rudi ingin mengentotinku. Maka saya merayap ke arahnya dan memposisikan lubang duburku tepat di atas kontolnya, wajahku menghadap wajahnya. Lalu pelan-pelan kontol itu pun amblas masuk.

"AARRGGHH!!" eran Rudi saat kepala kontolnya dicekik oleh otot anusku. Saya sendiri juga mengerang kesakitan saat kontol Rudi memaksa masuk.
"UUGGHH!!" Adi dan Parjo mengelilingi kami dan menyaksikan pertunjukkan kami sambil mengocok batang kontol mereka. Suara becek kocokan kontol mereka bergema dalam ruangan itu.
"AARRGGHH!!" erangku ketika kontol Rudi akhirnya PLOP! masuk. Baru kali ini anusku dientotin kontol. Tak pernah terpikir bahwa saya bakal merasakan nikmatnya dingentotin kontol.
"AARRGGHH.." erangku lagi, memutar-mutar kepalaku.

Rasa sakit mendera anusku, Rudi sementara itu mendorong-dorong kontolnya masuk, menginvasi anusku. Saya hanya meringis kesakitan sambil berusaha untuk mengangkat tubuhku sedikit. Namun terasa sulit sekali.

"AARRGGHH..!! UUGGHH!! Sakit, Mas.. AAHH..!!"
".. Hhhooh.. Hhohh.. Tahan saja.." Erang Rudi.
"Nanti juga.. Hhhoohh enak kok.. Aaahh.. Uuugghh.." Rudi meraih dadaku dan meremas-remasnya.
".. Hhhohh.. Saya paling suka.. Uuugghh.. Dada cowok.. Hhhososhh.. Putingnya kecil.. Hhhooh.. Merangsang sekali.. Hhhoosshh.."

Keringat mulai membasahi tubuh kami. Gaya negntot seperti itu sungguh menguras tenaga. Sambil sibuk mengentotin pantat perjakaku, Rudi menggenggam kontolku yang terbalut celana dalamku dan mulai mengocoknya dengan kasar. Berdua kami saling mengerang dan menggeliat-geliat.

"AARRGGHH..!!"

Saya membiarkan diriku dikuasai nafsu jahanam, nafsu antara sesama lelaki. Namun sungguh nikmat sekali rasanya, tenggelam dalam nafsu sejenis. Sayaa ingin Rudi menghabisi anusku, menghujamkan kontolnya sedalam mungkin.

".. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Aaahh.."
"AARRGGHH..!!" erangku ketika tiba-tiba kontolku berkedut-kedut dan mulai berkontraksi.

Nafsuku yang kutahan sejak tadi akan meledak sekarang! Kepala kontolku membesar dan memuntahkan pejuh. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROTT!! Saya mengejang-ngejang dan menyebabkan kontol Rudi di dalam pantatku ikut mengejang.

"AARRGGHH!! UUGGH!! OOHH!! AAHH..!!" erangku sat orgasme menguasai seluruh inderaku.

Saya hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa sementara kontol Rudi terus menyodomiku. Celana dalamku kontan basah semua dengan sperma. Terpicu orgasmeku, Rudi pun akhirnya keluar lagi, untuk yang kedua kalinya. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Tubuhnya terguncang-guncang dan sodokan kontolnya menghajar duburku tanpa ampun.

"AARRGGHH!! UUGGHH!! HHOOHH!! AAHH!!" Kami berdua benar-benar menikmati orgasme kami, sampai pada tetes terakhir.
"AARRGGhh.. "

Dengan lemas, saya mencoba untuk bangkit berdiri. Kontolku mulai melemas dan bergelantungan, mengeluarkan sisa pejuh. Rudi berguling ke samping lalu bangkit, masih terengah-engah. Kukira semuanya telah selesai, namun tiba-tiba Parjo memelukku dari belakang, kontolnya yang ngaceng terasa sekali bergesekkan dengan pantatku.

"Gantian gue ngentotin loe," serunya.

Tanpa membrikanku kesempatan untuk protes, Parjo langsung menancapkan kontolnya sedalam-dalamnya dalam lubang duburku. Saya hanya bisa berteriak, "AARRGGHH!!"

Bagaikan binatang buas, Parjo menguasai tubuhku. Gerakan ngentotnya mula-mula cepat, lalu lambat. Kemudian dia kembali mempercepat sodokannya, lalu melambat, begitu seterusnya. Saya hanya menjerit-jerit saat tiba pada ritme cepat, sedangkan ketika measuki ritme lambat, saya hanya mendesah saja. Parjo mmemang ahli mengendalikan ejakulasinya. Gaya ngentotnya yang unik terbukti ampuh untuk menahan laju orgasmenya. Dingentotin Parjo, membuat kontolku bangkit kembali.

".. Hhhoohh.. Aaahh.. Hhhoosshh.." desahku ketika Parjo melingkarkan tangannya di sekitar batang kontolku dan mengocok-ngocoknya. Benar-benar nikmat sekali dikocok sambil dientotin.
Kata-kata kasar keluar dari mulutnya, ".. Aaahh.. Ooohh.. Bangsat! Ooohh fuck you! Hhohh.. Ngentot loe! Hhhohh.. Kontol! Aahh.. Pejuh! Aaahh.. Enak banget.. Hhhoohh.. Gue suka ngentotin.. Aaahh.. Cowok Cina kayak loe.. Hhhoohh.. Sudah putih, mulus lagi.. Hhohh.. Homo lagi.. Aahh.."

Selama bermenit-menit, dia terus meracau seperti itu. Suara yang hampir mirip suara tamparan dihasilkan dari tertumbuknya pantatku dengan tubuhnya, tiap kali Parjo menyodokkan kontolnya.

"AARRGGHH!!" teriaknya, dan tiba-tiba CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhnya muncrat tak terkendali, membasahi anusku. Rasanya di bagian dalam tubuhku sudah terlalu becek dengan pejuh Rudi dan Parjo. Pejuh mereka saling bercampur di dalam sana.
"AARRGGHH..!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!" Parjo terus menggenjot pantatku hingga kontolnya berhenti muncrat.

Sementara itu, tangannya tak henti-hentinya mengocok dan meremas kontolku dari balik celana dalamku yang basah itu. Meskipun saya baru saja 'keluar', nampaknya pejuhku akan kembali dimuncratkan.

"AARRGGHH!!" erangku sambil mencengkeram pinggangnya.

CCRROOT!! CCRROOTT!! CRROOTT!! Saat pejuhku tertumpah, tubuhku kejang-kejang dan bertumpu pada tubuh Parjo di belakangku. Dialah yang dengan sabar memegangiku dan menahan gejolak orgasmeku.

"AAHH.. UUHH.. OOHH.. HHOOSSHH.. AAHH.." CRROTT! Dan usailah semuanya.

Celana dalamku berbau tajam dengan sperma, dan tentunya lebih basah lagi. Begitu Parjo mencabut kontolnya, pejuhnya mengalir keluar dan turun ke pahaku. Saya masih tersengal-sengal dan bahkan tak mampu berbicara.

Tiba-tiba Adi mendekatiku dan mulai menciumiku dari belakang. Saya tahu apa yang diinginkannya. Dia pun ingin menyodomiku. Meksipun agak ogah berhubung saya sudah dua kali ngecret, namun saya kasihan juga padanya sebab sorot matanya nampak memohon sekali. Mau tak mau, saya biarkan Adi menyisipkan kontolnya masuk ke dalam anusku yang becek. Mudah sekali baginya untuk masuk. Dan terus terang, saya hampir tak merasakan rasa sakit apa-apa. Mungkin karena anusku sudah terbiasa, dan mungkin juga karena banyaknya pejuh yang melumasi lubangku.

Kembali, saya mendaki sebuah perjalanan menuju puncak orgasme. Adi pun ingin mengocok kontolku. Dia memaksa kontolku yang lemas itu untuk bangun sekali lagi. Saya hanya memejamkan mataku sambil menggeliat-geliat. Rasanya nikmat sekali merasakan tangannya meremas-remas kontolku. Kembali saya memasrahkan diriku dan membiarkan Adi mempermainkan kontolku. Sementara itu, pinggulnya sibuk bergerak-gerak seperti piston kereta api, memompa kontol ke dalam tubuhku. Kontol Adi merupakan kontol yang terbesar di antara mereka semua. Berhubung pantatku sudah banjir pejuh, Adi merasa hangat dan basah sekali menusukkan kontolnya di dalam tubuhku.

".. Hhhoohh.. Aaahh.. Aaahh.. Hhhoosshh.."

Waktu terus berlalu sampai akhirnya saya merasakan gejala ejakulasi Adi. Tanpa dapat dicegah, Adi menggeram seperti hewan buas dan kepala kontolnya mengembang. Sedetik kemudian CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!

"AARRGGHH!! UUHH!! HHOOSSHH!! AARRGGHH..!!" Adi menumpahkan seluruh pejuh yang dimilikinya, napasnya berat dan terengah-engah. Kurasakan lubang anusku kaku dan menganga. Aliran pejuh masih terus saja mengalir keluar. Tiba-tiba, tiba giliranku untuk ngecret. Astaga, mereka benar-benar ingin menguras persediaan spermaku.

"AAGGHH!!"

Dan seperti biasa pejuh tersembur keluar dari lubang kontolku, meskipun tidak sebanyak yang tadi. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Namun orgasme yang kurasakan tetap nikmat.

"AAHH!! OOHH1!! UUHH!!" celana dalamku sudah tak sanggup lagi menampung spermaku. Sperma itu pun akhirnya menyerap keluar dan jatuh ke atas lantai, menciptakan genangan pejuh di sana-sini.

Setelah itu, tubuhku melemas dan Adi harus memapahku. Tak terkatakan betapa letihnya saya. Anusku menganga lebar, dan menumpahkan semua pejuh yang tersimpan di dalamnya. Tak ayal lagi, lantai bengkel itu hampir banjir dengan sperma. Bau seks begitu terasa dan menusuk. Kami semua berbaring di atas handuk saling berpelukkan. Saya menjadi pusat perhatian dan berbaring diapit di antara Adi dan Parjo.

Adi nampaknya suka sekali padaku. Tak henti-hentinya dia menciumiku dan meraba-raba sekujur tubuhku. Selama itu, celana dalamku masih juga belum dilepaskan padahal celana dalam itu sudah basah sekali berlumuran sperma. Tanpa perlu dijelaskan, kalian pasti sudah tahu bahwa tubuh kami semua masih dipenuhi keringat dan pejuh. Namun, kami tak peduli dna tetap saling berpelukkan. Adi menciumiku dan berbisik,

"Tahu enggak, sebenarnya Papamulah yang mengatur semua ini. "
"Apa?" tanyaku tak percaya. Namun saya masih lemas sekali.
"Benar. Papamu itu langganan setia kami dan kami sering berhomoseks bareng-bareng. Dia hanya ingin kamu pun merasakannya agar kalain berdua nanti bisa saling negntot," jelas Adi, tetap memelukku mesra.

Ternyata Papaku cabul sekali. Dia bahkan tega meminta 3montir seksi ini untuk mengambil keperjakaanku. Tapi tak apa. Saya sendiri kini sudah yakin akan homoseksualitasku. Nanti, setibanya saya di rumah, Papaku akan merasakan akibatnya. Saya akan mengentotin pantatnya sampai dia minta ampun. Aaahh.. Tunggu saja, Pa.

*****

Tamat