Tragedi malam pengantin - 7

Bookmark and Share
Bajingan itu terus menikmati jepitan dinding kemaluan gadis itu beserta selaput keperawanannya dan ia terus bertahan disitu tanpa melakukan satu gerakan apapun terlebih dahulu. Pertama, ia masih belum rela melepaskan kenikmatannya yang tak terlukiskan oleh kata-kata tatkala dinding keperawanan gadis korbannya itu sangat memberi kelembutan serta kehangatan yang tiada terkira untuknya, sebab ia tahu apabila begitu batang pelir yang telah terbenam seluruhnya kini ke dalam dasar kemaluan dara itu ia tarik ataupun dicabut, maka kesuciannya akan terenggut sudah.

Rasanya tak ada satu kenikmatan apapun di belahan bumi ini yang mampu menandingi ataupun menyamai dari nikmatnya kala bersetubuh dengan seorang wanita yang masih perawan. Dan yang kedua, ia memberi nafas kepada gadis belia yang ditidurinya itu agar memeknya dapat menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan ukuran kontolnya yang begitu sangat besar merangsang, sehingga terlihat bibir kemaluannya telah ikut melesak masuk kedalam pula tatkala dipaksa harus menelan batang penis lelaki itu yang kini sudah menancap pada vaginanya disela-sela kedua belah pahanya yang terbuka.

Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan oleh bajingan itu ternyata sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang dirasakan gadis muda belia itu kini. Ia yang baru kali ini di sebadani oleh seorang lelaki begitu merasakan kesakitan yang amat tak terperikan. Jeritannya yang teredam sumpalan kain celdamnya begitu terdengar berulang kali seakan tiada henti mengiringi kemenangan lelaki perkasa itu yang berhasil menaklukkannya dan membuat gadis itu dengan terpaksa merelakan keperawanannya tanpa ampun dibawah dekapan lelaki bajingan yang memperkosanya secara brutal ini.

Sementara rambut hitam panjang sebahu milik gadis itu seakan terlecut-lecut mengikuti arah kepalanya yang terus terbanting-banting di atas kasur putih ranjang pengantinnya ke kiri dan ke kanan seakan tak rela atas apa yang terjadi menimpa dirinya ini. Linangan air matanya turun berderai lagi membasahi kembali kedua pipi mulusnya serta mengisi alur bekas air mata lalunya yang telah mengering dan kini telah tergantikan.

Didekapnya tubuh telanjang dari gadis belia yang kini berada dibawahnya dan dada bidang perkasa nan sarat dengan bulu-bule lebatnya itu menekan kedua belah payudara korbannya. Wajah lelaki itu menelusuri leher jenjang kanan yang begitu halusnya dari si wanita sehingga membuat kepala wanita tak lagi dapat bergolek kesana kemari.

Dijilatinya leher jenjang sang perawan itu dengan rakusnya dari pangkal telinga sampai pundak kanannya, melumuri area itu dengan air liur kemenangannya. Puting susu sebelah kiri gadis itu yang semakin mekar ranum memerah dipilin oleh pertemuan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang kasar, dengan gencar diremas-remasnya bongkahan daging susu yang masih mencuat indah keatas dan sama sekali belum kelihatan turun sama sekali serta masih berbentuk bulat kenyal dan memadat indah mempesona nan menghiasi bagian dadanya yang jatuh dalam dekapan sang pria jahanam itu.

Celana dalam yang tersumpal di belahan mulut mungilnya ditarik lepas dan langsung tergantikan oleh ciuman ganas penuh birahi yang luar biasa buas dari sang durjana kepada korbannya sebelum gadis itu sempat mengeluarkan erangan dan rintihannya kembali. Kedua bibir dari insan berlainan jenis ini bertemu seketika dalam peraduan adegan indah persetubuhan nan terlarang itu. Lidah lelaki itu telah memasukki rongga mulut mungil sang dara yang terpejam erat dan menari-nari di dalamnya berusaha mengait-ngait lidah wanita yang masih belia tersebut nan telah dicicipi kehangatan dan kelembutannya saat tadi mengulum batang zakarnya.

Terus didera bertubi-tubi ciuman sang lelaki, kini sang dara hanya bisa pasrah merelakan lidahnya yang telah dikaitkan oleh tarian lidah lelaki tersebut yang elastis, kadang bisa dibuat tegang kaku saat waktu lalu digunakan menyodok-nyodok celah lubang duburnya, kadang pula lemas seperti tali yang meliuk-liuk maupun mengait lidah mungilnya kini. Setelah dirasanya telah puas mencicipi keperawanan sang dara, kini kontol yang cukup lama terbenam di dasar memek itu kini ditariknya perlahan dan kedua jembut mereka yang tadinya melekat erat seakan telah menjadi satu itu mulai terpisah ruah.

"Psshh...! sleph.. wes hewess..!", suara yang ditimbulkan dari pelepasan batang pelir yang tertancap pada kemaluan sang perawan itu begitu sangat khas sekali di telinga dan proses terenggutnya kesucian gadis itu dimulailah.

Kini seiring dengan pergerakan urat intim lelaki jahanam itu yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari dalam belahan intim kemaluan gadis itu yang merekah membuat bibir-bibir vagina korbannya menjadi ikut tertarik sampai monyong kedepan. Bersamaan itu pula dari sela-sela lubang memeknya dimana kulit-kulit kontol bajingan itu bersarang didalamnya, kini tampak berkilat-kilat basah oleh lendir vaginanya yang melumasi jajaran tonggak daging pelirnya mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada akhirnya berhasil direnggut paksa jua dari tubuhnya.

"Mmpphff! Ugh! Ughff!!", itulah suara rintihan dari seorang dara yang terdengar saat keperawannya telah terenggut seutuhnya oleh sang lelaki maniak durjana pemetik bunga nan penuh nista ini, sementara sela-sela vaginanya yang telah diluluh lantakkan itu masih berdesis-desis tatkala melepaskan batang pelir lelaki tersebut dari dasar peranakkannya diiringi senyum kemenangan kepala rampok itu.

Betapa hancur hati sang dara itu kini, tangisan pilunya mewarnai tragedi di malam pengantinnya ini mengiringi kepergian sang suami tercinta yang telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, sedangkan dirinya kini telah jatuh dalam pelukan lelaki lain yang sama sekali tak dikenal apalagi dicintainya, namun tubuhnya telah menjadi satu dengan jahanam itu dan semua yang ada diketelanjangannya berbaur sudah. Tak ubahnya tubuh gadis itu adalah tubuh lelaki itu, demikian pula sebaliknya, tubuh lelaki itu adalah merupakan bagian dari tubuhnya kini. Ya! Mereka telah menjadi satu tubuh sekarang dalam adegan yang hanya pantas dilakukan oleh seorang lelaki dan seorang perempuan nan telah dewasa dalam ikatan benang merah perkawinan.

Mulut lelaki itu melahap belahan payudara kanan gadis itu dan menelan puting susunya sekaligus, lalu disedot-sedot dengan buas penuh dengan nafsu hewaniah. Tubuh telanjang gadis itu sampai menggeliat-liat dibuatnya seiring dengan dimulainya hentakkan pinggul lelaki itu diantara kedua kaki indah nan mengangkang menggetarkan hatiku itu. Aku berkhayal andaikata saja gadis ini menjadi istriku, maka aku akan meminta jatah ranjang padanya setiap malam, dan aku akan meningkatkan staminaku untuk membahagiakannya. Mungkin madu dan telor akan menjadi menuku sehari-hari dan aku akan mengenjot terus tubuh telanjang mudanya yang aduhai begitu sempurna keindahannya bagaikan seorang dewi yang turun dari langit saja layaknya sampai sang pagi datang menjelang.

Ikatan tambang yang mengikat erat kedua kakinya ini kini dilepaskan oleh lelaki durjana itu, karena ia telah yakin bahwa kini korbannya telah takluk pada kejantanannya. Derai-derai air mata di pipi mulusnya itu telah dibersihkan pula oleh telapak tangannya yang kekar. Sepasang betisnya yang masih mulus terbentang kencang itu kini dikepitnya diantara kedua ketiak dari lengan perkasanya kiri dan kanan. Kaki-kaki indah yang terjepit ketiak itu tampak bergerak-gerak seiring hujaman lelaki bajingan itu pada lubang memeknya dan tubuhnya yang sudah bermandikan oleh peluh persebadanannya itu terhempas-hempas dibuatnya.

Oh seperti inikah yang dinamakan kenikmatan dari surga dunia? Saat kontol lelaki itu keluar masuk di lubang kenikmatan si wanita? Tapi yang pasti aku sangat yakin sekali kenikmatannya tak sebanding dengan diriku yang hanya bisa beronani saja, padahal aku yang hanya menonton saja adegan nikmat itu berlangsung sudah sedemikian nikmatnya, apalagi bila aku yang melakukannya terhadap gadis itu?

Dengan posisi setengah jongkok lelaki jahanam itu terus menggenjot tubuh belia yang masih begitu kencang dan padat diusia mudanya. Kedua tungkai paha gadis itu kini ditekan oleh kedua tangannya sehingga kangkangannya semakin jelas dan lebar dimataku dengan kedua tumit kaki indahnya bertumpu pada kedua belah pundak berkulit gelap sang pemimpin perampok tersebut. Wajah cantiknya yang tergerai rambut hitam panjangnya semakin tengadah membelakangiku hingga aku hanya dapat melihat dagu lancipnya saja nan cantik mempesona itu. Kedua kakinya semakin tertarik keatas bertopang pada pundak kiri dan kanan sang lelaki jahanam yang telah leluasa menikmati kehangatan tubuh mudanya itu.

Dalam posisi yang sebegitu rupa ini membuat bongkahan dari pantat gadis yang berkulit putih mulus licin itu semakin mencuat keatas mempertontonkan lonjakan-lonjakan kejantanan lelaki itu yang masih terlihat seret keluar masuk pada memeknya. Kedua biji pelir lelaki itu yang terpontang-panting menabrak-nabrak jalan masuk lobang pantatnya semakin nyata mengiringi lelehan lendir kewanitaannya yang telah bercampur aduk dengan darah kesuciannya nan terus menggenangi mulut vaginanya dan dijadikan bulan-bulanan olehnya.

Bersambung . . .