Cairan surgawi kepunyaan gadis itu telah merembes sampai membasahi lubang anusnya yang begitu kecil tak berdaya nan berwarna merah muda sungguh menawan hati ini beserta bercak-bercak darah keperawanannya yang telah direnggut serta dicicipi lendir madunya itu. Ranjang mahligai indah kamar pelaminan yang menjadi tempat tumpuan adegan persetubuhan mereka itupun mulai berderit-derit seiring dengan suara decakan peret pada lubang kemaluan dara yang digagahi oleh kepala bajingan zina ini.
"Ough... ohh.. ohh.. ternyata enak sekali memekmu ini sayang.. Ohh.. ohh.. sempit sekali sihh..? masih peret nihh Uhh.. Ohh... Ouh", seloroh bangsat itu diantara tarian maksiatnya menikmati kehangatan daging belia korbannya ini.
"Ahh...! ahh..! aduhh..! perih Mas.. Oh.. oh.. jangan keras-keras.. uhh.. ahh", pinta dara itu akhirnya.
"Enak sayang?! Hah?! Bagaimana sekarang?! Masih sakit yach?! aduh kasihan.. tahan sebentar yahh manisku? Ohh.. ohh.. Ouh..", balas lelaki itu yang asyik mengentoti memeknya di hadapanku.
"Sshh.. ahh... sshh.. ohh.. pelan-pelan mas.. ahh.. ahh.. ahh", pintanya di sela-sela tubuhnya yang terhentak-hentak tanpa perlawanan lagi. Senang sekali sang bajingan itu mendapati korbannya kini telah pasrah melayani keinginannya.
"Jangan ditahan terus dong kontolku ini sayang.. terima saja apa adanya.. lebarkan kakimu supaya tidak terlalu sakit lagi manisku.. ohh.. ohh.. legit sekali kepunyaanmu ini.. ohh", perintah bangsat itu yang kiranya langsung dipatuhi oleh gadis cantik yang semakin membuka rentangan kakinya hingga semakin jelas bibir memeknya yang melesak ke dalam dan memonyong ke depan mengikuti hunjaman pelir besar yang tertanam didalam isi belahan daging surganya menghadapku.
Liang anus gadis itu juga turut mengembang dan menguncup terkena pukulan-pukulan kedua biji pelir lelaki jantan itu yang terbanting-banting di bongkahan pantat dara itu yang mungil mengangkang seakan sengaja ia mempertontonkan miliknya yang indah namun terlarang itu kepada diriku.
Kedua tubuh itu terus bergumul seakan tak peduli lagi akan keadaan malam yang semakin larut dalam keheningannya, seakan tak terpisahkan lagi dalam gelora nafsu membara yang menyala-nyala dikamar yang telah pengap dan sesak oleh permainan asmara nista berbirahi hina ini. Meskipun telah lewat masa seperempat jam berlalu, namun tak membuat lelaki perkasa itu mengendorkan goyangan pinggulnya dan terus melesak-lesakkan pelirnya mengaduk-aduk isi dalam lubang kemaluan dara itu yang telah sembab membengkak dan semakin memerah warnanya.
Bahkan ketika aku mendekatkan hidungku pada lubang dinding kamarku, ternyata lewat endusan nafasku aku dapat pula membaui aroma rasa dari memek gadis itu yang telah sembab membasah dan ini pengalaman pertamaku dapat mencium bau pesing memikat nikmat yang khas dari celah memek seorang wanita nan masih begitu muda belia ini setelah berhasil membedakannya dari aroma pekat batang pelir lelaki itu. Bau-bau itu menyatu menghasilkan sensasi aroma persetubuhan yang melenakan aku untuk terus membuka mata pada malam yang telah larut itu.
Tak lama kulihat tubuh telanjang gadis itu yang berada dibawahnya terlejang-lejang kencang seiring dengan luapan puncak orgasmenya yang kedua. Perut rampingnya yang dihiasi pusarnya nan begitu indah tampak berkedut-kedut mengikuti gelinjangan tubuh bugilnya tanpa sehelaipun kain menutupi kulitnya lagi. Kedua kakinya kini menendang-nendang di udara menahan luapan puncak kenikmatannya yang melanda sekujur tubuh polosnya itu dan belum lagi kelojotan dara itu terhenti, lelaki itu segera mencabut pelirnya dari dalam lubang memeknya yang tengah bergetar didera arus birahi sanggamanya.
"Wess hewess.. poof!!", begitulah suara yang dihasilkan saat pelir kejantanan lelaki itu dicabut dari jepitan lubang kemaluan sang dara yang telah kehilangan keperawanannya ini.
Sekujur kulit luar dari kontol nan demikian perkasanya penuh dengan lelehan lendir memek yang bercampur dengan lumuran darah segar kesucian sang dara cantik itu yang belepotan melumuri tonggak daging kejantanannya yang masih mengacung tegak mengangguk-angguk. Kedua tungkai kaki gadis itu di angkat keatas tinggi-tinggi dari ranjang pelaminannya sehingga ujung jari kaki yang dihiasi kutek bening transparant itu terjuntai indah menggantung tanpa daya. Kedua otot dari jari-jari kaki indahnya mengatup dan membuka sangat cepat sekali bergantian membendung gelora birahinya yang kembali telah berhasil dibangkitkan oleh lelaki itu. Bongkahan pantatnya terhidang jelas tepat berada pada wajah lelaki itu yang menadahkan lidahnya pada perbatasan antara belahan bibir memek gadis tersebut dengan daerah duburnya dan ia tempelkan disitu.
Berikutnya dari mulut vaginanya yang kini sudah tak berbentuk garis vertikal yang sempit seperti tadi itu, malah kini telah terpecah menjadi dua garis bergelombang dengan kelentitnya yang bengap dan basah itu terkuak sejelas-jelasnya disertai oleh lelehan lendir memeknya keluar dari lubang senggamanya nan semakin merekah menjadi sebesar ukuran sebutir telur burung puyuh. Cairan yang keluar dari memek itu langsung ditelan oleh lelaki itu dengan rakusnya bak orang yang tengah kehausan nan amat sangat. Dengan lahapnya jilatan lidah lelaki itu sampai menyeruak-ruak kedalam isi belahan memek korbannya, menyapu segenap dinding bagian dalam vagina gadis malang itu sampai licin tandas tanpa tersisa sedikitpun.
Tubuh telanjang dara itu kini terjerembab pada hamparan kain sprei putih ranjangnya yang terbentang awut-awutan disana sini dan ditengahnya telah terdapat noda darah dari kesuciannya pula selain dibasahi oleh keringat keduanya dan juga lendir-lendir yang berasal dari kedua kelamin yang berbeda jenisnya tersebut. Keletihan yang amat sangat mendera tubuhnya kini yang telah lusuh tanpa tenaga lagi, seakan tulang-tulangnya telah terlolosi semuanya. Belum lagi usai mengatur helaan nafasnya yang masih menderu-deru, tetapi kini tubuh telanjang gadis itu yang rmaping itu dibalikkan secara paksa oleh lelaki itu sehingga tertelungkup.
Tangan-tangan kurang ajarnya menyusupi bagian bawah perutnya yang telah menempel pada kasur ranjangnya, setelah itu ditariknya keatas, dan bongkahan pantat gadis yang telah lemas itu terjungkit keatas kini. Bajingan itu menekuk kedua lutut korbannya sampai pantatnya tampak dalam posisi menungging menghadap penglihatanku. Agaknya ia akan menyetubuhi dara itu dengan mengambil gaya dari anjing yang tengah kawin. Namun sebelum itu tangannya berpindah lagi membuka pantat itu dan menemukan posisi lubang anusnya berada, lalu lidah lelaki itu menyusupi kekedalaman belahan duburnya itu tanpa rasa jijik sama sekali mengingat lubang itu biasa digunakan untuk buang hajat. Tetapi apalah artinya batasan itu jika dibandingkan dengan nilai kenikmatan yang dapat ia peroleh dari kelezatan anusnya sang gadis muda dengan mengabaikan aroma tak sedap yang terpacar dari dalamnya.
Setelah puas menjilati dubur dari sang pengantin perempuan yang begitu sangat lezat baginya ini, kini tubuh lelaki itu berlutut dihadapan tunggingan pantat korbannya, setelah itu batang pelirnya kembali ia selusupkan ke dalam memek gadis itu yang telah kehabisan suaranya karena kecapaian melayani birahi lelaki perkasa ini. Bajingan itu memperkosa memeknya dari arah belakang tanpa peduli sama sekali terhadap perasaan korbannya, yang ada hanyalah nafsu yang harus ia tuntaskan walaupun harus mempertaruhkan dirinya yang sewaktu-waktu dapat tertangkap oleh aparat hukum.
Kembali kedua tubuh itu menyatu dan jembut yang menghiasi bawah perut lelaki itu seakan terjepit pula ke lubang anus dara bidadari cantik ini tatkala penisnya terus menyodok-nyodok isi dalam liang kemaluannya. Kedua insan yang sedang kawin ini tak henti-hentinya mengajariku bagaimana cara melakukan hubungan intim suami istri dalam posisi yang lain dari biasanya.
Menjelang tengah malam, kusaksikan lagi tubuh telanjang dari itu meraih orgasmenya untuk yang ketiga kalinya dalam posisi menungging, namun baru kedua kali jikalau dihitung dari saat mula ia disetubuhi lelaki jahanam tersebut. Mataku telah agak berkunang-kunang menyaksikan pemandangan tersebut, padahal aku selalu berganti-ganti mata kala mengintip adegan dewasa antara keduanya yang terus berlangsung. Malangnya aku melihat dara itu tak sadarkan diri lagi usai mencapai puncak surga duniawinya dari lelaki itu yang staminanya begitu sangat luar biasa.
Kalau diamat-amati rasanya jarang sekali lelaki yang mempunyai daya tahan tubuh seperti kepala garong yang sadis ini namun dapat memberi kebahagiaan badani pada wanita korbannya itu. Setelah puas mereguk cairan lendir madu surgawi yang telah dihasilkan kembali oleh memek gadis itu pada puncak kenikmatannya tadi. Ia menelentangkan kembali tubuh gadis itu yang telah pingsan dan menaruh kedua tumit dari kaki dara itu yang telanjang ke kanan kiri bahunya lagi untuk kemudian menggenjot kembali tubuh si gadis belia ini dengan brutal.
Tampak di penglihatanku sekarang pompaan pelir lelaki ini pada memek korbannya terus bertambah kecepatannya, sementara hamparan sprei dibawahnya itu telah benar-benar basah oleh keringat keduanya yang semakin memanas. Andai saja dara itu tidak sadarkan diri seperti sekarang ini, mungkin ia akan meminta ampun karena pasti memeknya akan terasa nyeri diperlakukan sedemikian brutalnya oleh perampok bajingan tersebut.
Bersambung . . .