Rumah besar bertingkat dua di ujung jalan tersebut terlihat sangat lengang lewat tengah malam ini. Padahal beberapa jam lalu masih terdengar hingar bingar suara house musik dan ketawa cekikikan khas anak-anak ABG yang sedang berpesta di tempat itu. Satu persatu mereka meninggalkan rumah besar tersebut, hingga hanya terlihat meninggalkan seorang anak muda berambut agak pendek namun memiliki tubuh yang tegap berisi cenderung atletis, sangat sesuai dengan wajahnya yang tampan.
Mario, anak muda pemilik rumah besar tempat pesta itu dilaksanakan sedang membereskan ruangan yang sangat berantakan sepertinya habis diterjang gelombang tersebut. Samar-samar masih terdengar alunan lagunya Never Gonna Let You Go-nya Sergio Mendez itu, sangat kontras sekali suasana dengan beberapa jam lalu dengan hentakan house musik yang mungkin membuat suasana menjadi hingar bingar. "Hhh..! Berantakan sekali ruangan ini", desahnya sangat berat. Baru saja Rio berjalan melangkah, kakinya langsung terhenti begitu matanya menatap sesosok tubuh yang sedang tergolek di karpet beludru warna merah di ruangan itu. Dia melangkah lebih dekat lagi untuk mengetahui lebih jauh siapa gadis yang tertidur di karpet merah tersebut. "Kasihan.." desahnya lagi seraya berlutut untuk membetulkan pakaian yang tersingkap itu.
"Santi.. San.. bangun!" Rio mencoba untuk membangunkan gadis itu. "Hmm.." terdengar gumaman kecil dari gadis itu. Kelihatannya dia mencoba untuk bangkit berdiri, namun terasa kepalanya sangat berat sekali. "Ayo.. aku antar kamu ke kamar ya. Kamu pasti mabuk.." kata Rio sambil memapah, membawa pergi gadis itu untuk meninggalkan ruangan yang berantakan seperti kapal pecah itu. "Terima kasih Rio.. tapi yang lain ke mana, apakah pesta sudah selesai", cecar gadis itu kepadanya. "Sudah sejak tadi. Sudah lama mereka pulang", sahut pemuda bernama Rio itu. Kemudian Rio memapah gadis itu menuju ke kamarnya di lantai atas dan membawa gadis itu ke ke kamarnya yang cukup besar, dengan sebuah ranjang di tengah kamar tersebut. Rio membaringkan gadis bernama Santi itu di ranjangnya. Dia bermaksud meninggalkan ruangan tersebut, namun sepasang tangan halus mencekal tangannya dengan kuat. Dengan terpaksa Rio duduk di samping ranjang dan memandang wajah cantik milik gadis bernama Santi itu.
"Santi.. kamu tidur aja di sini. Besok pagi aku akan antar kamu, soalnya malam ini aku harus membereskan ruangan di bawah", kata Rio kepadanya.
"Biar saja, Rio. Besok aku bantu kamu untuk membereskannya. Sekarang ini kamu di sini aja. Temani aku, Hmm.." desahnya lembut di telinga Rio.
"Bolehkan Rio.." pintanya sambil mengembangkan senyum manisnya yang menggoda kepada Rio.
"Kamu mabuk Santi.."
"Siapa bilang aku mabuk? Ayolah Rio. Apakah kau tidak mau melewatkan malam ini denganku Rio?" sambil melingkarkan kedua tangannya di leher pemuda itu.
"Hhh.." Rio menghembuskan nafasnya dalam-dalam.
"Kenapa Rio? Kau tidak suka padaku Rio", kata gadis itu padanya.
"Kamu cantik sekali Santi.." ujar Rio.
"Lalu.. kenapa kamu mau meninggalkanku Rio?" kata gadis itu lagi kepadanya.
"Bukan itu Santi.. Aku cuma ingin membereskan rumah ini, sebelum orang tuaku pulang.." kata Rio kepada gadis itu.
"Khan mereka perginya seminggu Rio.. ayolah Rio, kamu nggak usah cemas, aku pasti bantuin kamu ngeberesin rumah ini", rajuk gadis itu padanya.
"Rio.. aku pengen banget berdua bersamamu malam ini", goda gadis bernama Santi itu lagi kepadanya, sambil kedua tangannya memeluk leher Rio lebih erat lagi.
Sambil mendesah, menghembuskan nafasnya yang agak panas ke wajah Rio, gadis itu langsung melumat bibir Rio. Sebagai pemuda normal, Rio yang cukup berdarah panas dengan gemas langsung membalas ciuman gadis itu dengan menekan kuat kepala gadis itu untuk menambah kuatnya gairah ciuman mereka. Kedua tangan Rio yang tadinya memeluk badan dan bahu gadis itu, salah satu turun ke bawah untuk meraba dan mengelus-elus pahanya yang putih mulus itu. Desahan Santi yang sudah sangat terbakar gairahnya semakin kuat saja. Tanpa malu-malu lagi Santi dengan tidak sabarnya membuka pakaiannya yang model longdress dengan kedua bahunya yang terbuka itu, secara aktraktif Santi membuka satu persatu pakaiannya seolah penari streptease sampai ia telanjang tidak berpakaian lagi saat ini.
Kemudian Santi memegang tangan Rio, untuk kemudian membimbingnya menuju bukit kemaluannya yang sudah sangat basah oleh cairan gairahnya itu. Sedangkan tangan Rio yang satunya lagi dibimbingnya menuju payudaranya yang semakin membusung indah itu. Dengan gairah yang sudah sangat terbakar itu, Rio meningkatkan aktifitas kedua tangannya yang bekerja di area yang berbeda itu. Sambil terus berciuman dengan nikmatnya. Tangan kiri yang berada di bukit kemaluan Santi yang semakin basah saja, terus melakukan tugasnya dengan intens. Dengan jari-jari yang agak kasar, Rio menekan-nekan jari tengahnya keluar masuk di bukit kemaluan Santi yang memang sangat indah itu. Sedangkan tangan Rio yang satu lagi dengan asyiknya memerah kedua bukit kembar yang sudah sangat tegang ke atas itu dengan tidak lupa untuk memberikan sentuhan-sentuhan yang memabukkan di kedua putingnya. Santi yang memang sudah sangat bernafsu, tanpa sungkan-sungkan lagi, mendesah-desah dengan sangat kuatnya.
"Rio.. please beri aku kepuasan malam ini Rio. Please, berikan aku kepuasan.. Rio.. Hhh.." desahnya semakin berat saja. Rio yang mendengar kata-kata vulgar yang diucapkan Santi, semakin terbakar saja nafsu birahinya. Tanpa melakukan pemanasan yang lama, Rio membuka reitsleting jeans-nya ke bawah dan kemudian mengeluarkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras dengan kepala kemaluannya yang besar yang sudah berkilat-kilat kemerah-merahan pertanda sudah semakin banyak saja darah terkumpul di sana. Tanpa basa-basi lagi Rio membuka bibir kemaluan dan secara perlahan-lahan untuk tidak menyakiti Santi nantinya, Rio menyeruakkan batang kemaluannya yang semakin tegang dan semakin besar itu ke dalam liang kemaluan Santi yang semakin basah saja dengan cairan gairahnya. Sedikit demi sedikit kepala batang kemaluan Rio yang cukup panjang dan besar itu menyeruak, membuka rambut kemaluan yang hitam dan cukup lebat itu dan bibir liang kemaluan Santi.
Sambil diiringi desahan nikmatnya Santi, akhirnya dengan tekanan yang agak kuat, batang kemaluan itu berhasil masuk seluruhnya. Cukup lama dia memendamnya di lorong gelap itu.
"Boleh aku meneruskannya.. San?" pinta Rio pada gadis itu.
"Yahh Rio.. lakukan sayang.. entot aku dengan kuat Rio.. Hhh.." desahnya lagi semakin kuat.
Tidak lama kemudian dengan kedua tangannya berada di kedua pantat Santi yang bahenol dan bagus itu sebagai tumpuan, Rio menghujam-hujamkan batang kemaluannya dalam-dalam, semakin lama semakin cepat. Akibatnya rintihan dan desahan Santi semakin kuat saja, sambil kedua tangannya semakin erat saja memeluk leher pemuda itu.
"Oh Rio.. tekan lebih dalam sayang.. Hhh.. Terus Rio.. terus.. Entot aku lebih dalam lagi sayang.. Iya.. iya gitu sayang.. ohh God.. ini enak banget Rio.. Hhh.." desahnya semakin keras sambil bibirnya menciumi wajah Rio dengan ganasnya.
Rio yang mendengar desahan Santi hanya tersenyum sambil kedua matanya menatap Santi yang matanya merem-melek sedang berkelojotan tidak tahan akibat hunjaman-hunjaman batang kemaluan pemuda itu. Mereka melakukan ini sambil berdiri, bisa dibayangkan bagaimana tubuh keduanya saling berpacu cepat dan semakin cepat untuk mengejar kenimatan mereka masing-masing. Cukup lama mereka bermain sambil berdiri, Santi sambil memutar-mutar pinggulnya ibarat penari jaipongan, sedangkan Rio memacu batang kemaluannya ibarat piston motor yang bergerak secara konstan di dalam lembah kemaluan gadis itu. Tak henti-hentinya Santi mendesah-desah sambil menyebut nama Rio untuk memacunya lebih cepat dan lebih cepat lagi. Dan tidak beberapa lama kemudian, Santi yang memang sudah sangat bernafsu itu, semakin mendesah-desah semakin keras pertanda dia akan mencapai pendakian yang tertinggi itu.
Rio yang mengetahui gadis itu akan mendapatkan orgasmenya, semakin memacu batang kemaluannya lebih keras lagi, mengaduk-aduk isi kemaluan gadis itu sambil menggoyangkan dan memutar-mutar pantatnya, Akhirnya..
"Oh Rio.. a.. akk.. kuu.. mau.. nyampe.. sa.. ya.. ang.. Hhh.." desahnya terputus-putus.
"Iya sayang.. keluarin aja sayang.. akuu juga mao nyampe nih sayang.. aahh.. sama-sama yah sayang.. kita keluarnya barengan.. yahh.. ohh.. God.."
Sambil terus memeluk kedua buah pantat Santi yang bahenol itu, Rio terus menghujam-hujamkan batang kemaluannya. Terlihat Santi memeluk leher Rio dengan sangat kuat dan mencium bibirnya dengan sangat bernafsu sekali. Sedangkan Rio untuk melepaskan gairah kenikmatannya menekan pantat Santi lebih kuat lagi dan menekan batang kemaluannya lebih dalam dan lebih dalam lagi.
Tidak lama kemudian, "Rio.. a.. aakuu.. keluar.. oh.. hh.."
"Aa.. ku.. juga sayang.. hmm.."
"Cratt.. crut.. cratt crat.." Akhirnya keduanya menembakkan cairan gairahnya secara bersamaan, tubuh keduanya menegang dan berkelojotan saling berpelukan erat sambil mengeluarkan erang-erangan yang menggairahkan. Kemudian Rio menjatuhkan dirinya ke ranjang tidak jauh dari tempat mereka berpacu gairah tadi, disusul kemudian oleh Santi. Kemudian keduanya tertidur saling berpelukan lelah, letih dan nikmat setelah melakukan pertempuran hebat tadi.
TAMAT