Waktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Bantul aku mempunyai seorang  teman. Bisa dikatakan teman dekat. Namanya Evi. Usianya 17 tahun. Dia  keturunan Cina sehingga kulitnya kuning langsat. Tingginya sekitar 156  cm dan beratnya sekitar 48 kg. Rambutnya lurus panjang dan berwarna  kecoklatan. Dia pindahan dari kota lain waktu permulaan kelas tiga. Aku  dan dia saling menyukai. Meskipun ada perbedaan warna kulit. Kulitku  sendiri sawo matang. 
Suatu hari menjelang EBTA lokal dia minta  sesuatu yang juga ada dipikiranku. Dia minta dicium. Akhirnya kami  berdua sepakat melakukannya setelah pulang sekolah. Di salah satu kamar  mandi sekolah. Setelah keadaan sekolah sepi kami berdua segera masuk ke  kamar mandi. Kebetulan kamar mandi di sekolahku tidak membedakan antara  cowok dan cewek. 
Kami berdua berhadap-hadapan. Kami sama-sama  ragu untuk memulai. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu kami berdua  sudah berciuman. Lidah kami berdua saling menjilat. Matanya terpejam. 
Tanganku  mencoba meremas payudaranya yang berukuran 38 yang masih tertutup  pakaian seragam sekolah. Kuremas payudara kanannya. Ciuman kami  terlepas. 
"Ooohh.." Desah Evi. 
Tangannya turun ke bawah mau membuka retsluiting celanaku. Kami berdua tersenyum. Tiba-tiba. 
"Apa-apaan kalian." Bentak seseorang. 
Kami  berdua terkejut. Di pintu yang terbuka terdapat salah seorang guru BP  yang sangat ditakuti. Namanya Bu Heydi. Tanganku menghentikan remasan  pada payudara kanan Evi. Sementara tangan Evi masih di celanaku. 
"Kalian berdua ikut aku ke kantor." Kata Bu Heydi sambil berjalan keluar kamar mandi. 
Kami  berdua mengikutinya. Tangan Evi memegang tanganku. Dia kelihatan  ketakutan. Aku sendiri juga takut. Takut hal ini akan disebarluaskan. 
Kami  bertiga telah sampai di ruang BP. Dikuncinya pintu ruangan itu. Kami  berdua disuruh duduk di kursi sofa. Begitu duduk Evi dengan setengah  menangis berkata. 
"Tolong bu. Jangan bilang siapa-siapa." 
"Baiklah. Kamu jangan menangis. Aku akan tutup mulut. Tapi ada syaratnya." Kata Bu Heydi yang duduk di depan meja kerjanya. 
"Apa syaratnya, bu?" tanyaku. 
"Saya bersedia memberi uang kepada ibu." Kata Evi sebelum Bu Heydi menjawab pertanyaanku. 
"Aku nggak butuh uang." 
Bu Heydi diam sejenak. Kemudian lanjutnya. 
"Aku butuh kamu." Katanya sambil menunjukku. Kali ini suaranya agak lembut. 
"Apa yang bisa saya bantu?" 
"Aku butuh tubuhmu." 
"Maksudnya?" 
"Aku minta dilayani." 
Aku  dan juga Evi setengah kaget. Aku tidak mengira Bu Heydi mengajukan  syarat yang sangat tidak mungkin kulakukan. Aku hanya diam. Aku tahu Bu  Heydi yang berusia 47 tahun adalah seorang janda. Jadi wajar saja dia  minta dilayani. 
"Bagaimana?" Kata Bu Heydi sambil melepas  kemejanya. Sehingga dia tinggal memakai baju dalam yang putih tipis  memperlihatkan branya yang berwarna hitam. Tampak juga sebagian kulit  sawo matangnya pada tubuh dengan tinggi sekitar 156 cm dan berat sekitar  53 kg. 
"Jangan, bu. Syarat yang lain saja." Tolakku sambil tetap memegang tangan Evi. 
"Ibu nggak punya syarat lain selain itu." 
"Jangan, bu." Tolakku sekali lagi. 
"Kalau begitu, ibu akan umumkan perbuatan kalian besok." Kata Bu Heydi agak marah. 
Aku dan Evi berpandangan. Kembali Bu Heydi berkata. 
"Daripada bercinta dengan orang yang lain warna kulitnya, lebih baik dengan.." 
Belum selesai Bu Heydi selesai bicara sudah disela oleh Evi. 
"Tolong,  bu. Jangan sebut-sebut warna kulit. Aku rela. Terserah ibu mau lakukan  apa terhadapnya. Tapi. Sekali lagi. Jangan sebut-sebut warna kulit."  Kata Evi dengan nada keras dan melepaskan pegangan tanganku. 
Bu  Heydi tertawa sambil berdiri menghampiriku. Dia jongkok di depan tempat  aku duduk. Dia meremas penisku yang masih tidur. Remasan itu membuat  penisku setengah tegang. Sementara Evi berdiri. Dia berjalan mau keluar  dari ruangan itu. 
"Eh. Jangan pergi dulu." Cegah Bu Heydi sambil tetap memegang penisku. Kemudian sambungnya lagi. 
"Setelah aku menikmati tubuh pacarmu ini, kamu boleh melakukannya sepuasnya." 
Kelihatannya  Evi setuju. Dia kembali duduk. Tetapi duduk di kursi sofa yang berada  di depanku yang dibatasi oleh meja. Sementara meja itu telah digeser Bu  Heydi untuk berjongkok. 
Setelah melihat Evi duduk, kembali Bu  Heydi meremas penisku. Kali ini penisku sudah hampir tegang. Dibukanya  celanaku. Diturunkan ke bawah sedikit termasuk celana dalamku. Penisku  sudah muncul dihadapan Bu Heydi dengan keadaan tegang sepenuhnya.  Dipegangnya penisku dan langsung dimasukkan ke mulutnya.  Dikeluarmasukkan penisku yang panjangnya 15 cm. Tanganku hanya memegang  rambut hitamnya yang lurus potong pendek sebahu ciri khas BP. Mataku  setengah terpejam menikmati kuluman Bu Heydi terhadap penisku. 
Sekarang  kepala penisku dijilatinya sambil melepas baju dalam yang masih  dipakainya. Kemudian dipegangnya lagi penisku dan dimasukkan kembali ke  mulutnya. Tangannya juga membelai buah pelirku. Penisku dikeluarkan dari  mulutnya dan disentuhkan ke lehernya sementara lidahnya menjilati  pinggangku. Aku beranikan membuka ikatan bra yang dipakai Bu Heydi.  Perlahan-lahan kulepas bra itu. Sedangkan Bu Heydi menjilati buah  pelirku. 
Beberapa saat kemudian digesek-gesekkan diantara kedua  payudara Bu Heydi yang berukuran 34. Pada saat itu kulihat Evi sedang  melakukan masturbasi. Baju seragam sekolahnya setengah terbuka dan dia  meremas payudara kanannya yang masih ditutupi kaos dalam dan bra. Bu  Heydi kembali menjilati kepala penisku. Kudorong kepalanya supaya  penisku masuk ke mulutnya. Kembali penisku keluarmasuk masuk mulut Bu  Heydi. Sambil kedua tangannya membelai-belai buah pelirku. 
Setelah  puas menikmati penisku, dia berdiri menyorongkan payudara kirinya ke  mulutku. Kujilati payudara kirinya itu. Bu Heydi rupanya juga melihat  Evi bermasturbasi. Dia meninggalkanku dan menghampiri Evi yang masih  asyik dengan remasan pada payudara kanannya. 
"Boleh ibu bantu." Tawar Bu Heydi. 
Evi  menghentikan remasannya dan hanya diam. Dan tanpa persetujuan Evi  dibukanya dengan cepat seluruh pakaian seragam sekolah yang dipakai Evi  termasuk kaos dalam dan bra. Mereka berdua sama-sama setengah telanjang.  
Dibimbingnya Evi untuk berdiri untuk menempelkan kedua payudaranya ke kedua payudara Evi. 
"Ooouhh.." Mereka berdua sama-sama mendesah. 
Bu  Heydi lalu memegang kedua payudara Evi sedangkan Evi mendorong tubuh Bu  Heydi pada kedua lengannya. Aku kira Evi yang mempunyai tato bergambar  bunga mawar kecil di atas pusarnya akan menolak ajakan Bu Heydi.  Ternyata tidak. Evi bahkan melepas semua pakaian yang tersisa di  tubuhnya yang diikuti oleh Bu Heydi yang juga dengan cepat melepas semua  pakaiannya. Keduanya berdiri berhadap-hadapan dan saling tersenyum. Aku  sendiri ketika mereka melepaskan semua pakaian juga ikut melepas semua  pakaianku sambil duduk. Aku ingin menghampiri mereka yang kemudian  dihalang-halangi oleh Bu Heydi. 
"Biarkan aku menikmati tubuhnya sendirian." Kata Bu Heydi sambil berjalan ke belakang Evi. 
Dari  belakang diciumnya bibir Evi yang tangan kanannya memegang leher  belakang Bu Heydi. Tangan kiri Bu Heydi dari belakang meremas payudara  kiri Evi. Tangan kiri Evi menjepit tangan kiri Bu Heydi di bawah  ketiaknya sambil memegang tangan kanan Bu Heydi yang membelai vaginanya.  
Lalu Evi membalik badannya dan dengan membungkuk dihisapnya kedua payudara Bu Heydi bergantian. 
"Uuughh.." Desah Bu Heydi. 
Kedua  tangannya memegang pinggang Bu Heydi. Ditariknya tubuh Evi ke atas  sambil dia sendiri berjongkok di hadapan Evi. Langsung saja dibukanya  vagina Evi dengan kedua tangannya. Evi meletakkan kaki kirinya ke atas  kursi sofa untuk mempermudah terbukanya vaginanya. Bu Heydi lalu  menjilat vagina Evi dan menghisapnya. 
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi. 
Bu Heydi lalu membimbing Evi untuk duduk di kursi sofa. Gantian dia membungkuk dan menghisap kedua payudara Evi bergantian. 
"Uuughh.." Desah Evi. 
Mulutnya  turun ke bawah dan dihisapnya kembali vagina Evi dengan lidahnya. Evi  meremas rambut Bu Heydi yang semakin bernafsu dalam menghisap vagina  Evi. 
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi. 
Bu Heydi kemudian  menghentikan permainannya. Dia lalu duduk di kursi sofa dengan kaki  kanannya tetap dibawah. Dengan isyarat tangan dipanggilnya Evi yang  masih duduk sambil tangannya memegang vaginanya yang sudah basah.  Dihampirinya Bu Heydi. Jempolnya basah karena cairan yang keluar dari  vaginanya. Diarahkannya ke mulut Bu Heydi yang kemudian menghisap jempol  itu. 
Lalu Evi duduk di antara kedua kaki Bu Heydi. Dari  belakang Bu Heydi memeluk Evi sambil mencium bibir Evi. Tangan kanannya  membelai vagina Evi dan jari tengah dan telunjuknya dimasukkan ke vagina  Evi. Kepala Evi otomatis mendongak ke atas yang membuat Bu Heydi  menjilati leher Evi. Tangan kirinya meremas kedua payudara Evi  bergantian. Sedangkan tangan kanan Evi memegang tangan kanan Bu Heydi  untuk mempercepat kocokan pada vaginanya. 
"Ooohh..aahh..oouhh.." Desah Evi. 
Aku  tetap duduk melihat permainan Bu Heydi dengan Evi yang memanas. Aku  hanya bisa meremas-remas penisku sendiri yang tegang. Kelihatannya Evi  sudah mencapai orgasme. Bu Heydi mengeluarkan kedua jarinya dari vagina  Evi dan memeluknya. Aku ingin menghampiri mereka lagi. Tapi. 
"Aku ingin lagi, bu." Kata Evi pelan. 
Aku  urungkan menghampiri mereka yang telah memulai kembali permainannya  yang semakin memanas. Kulihat Evi dalam posisi kayang sedang dihisap  vaginanya oleh Bu Heydi. Evi tidak kuat dalam kayangnya sehingga dia  terjatuh ke lantai. Tetapi Bu Heydi tetap saja menghisap vagina Evi  dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kiri Evi. 
"Aaaghh..oohh..eehmm.." Desah Evi. 
Setelah  beberapa lama Evi mencapai orgasme. Tampak dia kelelahan. Tetapi oleh  Bu Heydi dirangsang kembali. Dengan cara Bu Heydi membuka vaginanya dan  menempelkan kelentitnya ke puting payudara kanan Evi. 
"Aaahh.." Mereka berdua sama-sama mendesah. 
Gairah  Evi kembali lagi. Tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri  sementara tangan kirinya membelai paha kanan Bu Heydi. Bu Heydi  melanjutkan dengan berdiri dan meletakkan kaki kirinya ke kursi sofa.  Evi yang berada tepat di bawahnya lalu memegang paha kanan Bu Heydi dan  menjilatinya. 
"Eeehmm.." Desah Bu Heydi. 
Mulutnya naik ke atas dan dibukanya vagina Bu Heydi untuk menghisap dengan lidahnya. 
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi. 
Akhirnya  Bu Heydi mencapai orgasme dan dia terjatuh tertelungkup di sofa dengan  kaki tetap di bawah. Tetapi Evi belum puas. Puting payudara kirinya di  tempelkan di lubang pantat Bu Heydi. Kemudian dari belakang dihisapnya  lagi vagina Bu Heydi dengan lidahnya. 
"Aaahh..aaghh..oohh.." Desah Bu Heydi. 
Sebagai  puncak permainan mereka, Evi membalikkan tubuh Bu Heydi dan mengangkat  kakinya ke atas kursi sofa. Mereka bermain dalam posisi 69 selama  beberapa menit. 
Aku semakin asyik saja dengan penisku. Tidak saja  meremas-remas penisku. Juga kukocok penisku. Aku tidak tahu ketika  mereka berdua telah mendatangi aku yang bersandar ke meja. Bu Heydi  mengambil kursi kayu. Sambil duduk dia memegang penisku dan memasukkan  ke mulutnya. Evi ingin menciumku. Tetapi kudaratkan bibirku ke payudara  kanannya. 
"Oooughh.." 
Kulepaskan hisapan pada payudara  kanannya. Dia merangkulkan tangan kirinya ke pundakku. Tangan kanannya  ikut memegang penisku yang keluar masuk mulut Bu Heydi. Tangan kananku  meremas pantat kirinya yang membuat kepalanya mendongak ke atas. Aku  dapat dengan leluasa menjilati lehernya dan kedua payudaranya. 
"Eeehmm..eehmm.." Desah Evi. 
Kutambah  dengan remasan tangan kiriku yang meremas pantat kanannya. Penisku  sudah tidak lagi dikeluarmasukkan. Kulepaskan diriku dari rangkulan Evi.  Evi kemudian duduk di kursi kayu. Bu Heydi mendekati Evi. Mereka berdua  berciuman kembali. Setelah kukangkangkan kaki Bu Heydi, dari bawah  kuhisap vagina Bu Heydi dengan lidahku sementara mereka tetap berciuman.  
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi disela-sela ciumannya. 
Mereka berciuman sambil tangan kanan Bu Heydi memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke vagina Evi. 
Kuremas-remas juga pantat Bu Heydi. Bu Heydi melepaskan ciumannya dan berkata. 
"Masukkan." Katanya sambil mencium Evi kembali. 
Dari belakang kumasukkan pelan-pelan penisku ke vagina Bu Heydi. 
Kulihat  tangan kanan Evi memegang paha kiri Bu Heydi. Evi juga telah berdiri  dari kursinya. Bu Heydi menjilati leher Evi sampai ke kedua payudara  Evi. Tangan kirinya memegang erat tangan kanan Evi. Penisku keluarmasuk  vagina Bu Heydi dari belakang sementara Bu Heydi dan Evi tetap berciuman  sambil menempelkan kedua payudara mereka. Kedua tangan mereka saling  meremas kedua paha. Kurasakan maniku mau keluar. 
"Maaf, bu. Mau keluar." Kataku pelan. 
"Keluarkan saja di dalam." Jawab Bu Heydi sambil mendesah disela-sela ciumannya. 
Akhirnya  kukeluarkan maniku di vagina Bu Heydi yang juga basah. Bu Heydi  kemudian mendorong tubuhku. Kukeluarkan penisku dari vagina Bu Heydi dan  aku langsung jatuh terduduk. Aku duduk bersandar ke tembok dengan  kakiku kuluruskan. Bu Heydi juga melepaskan ciumannya pada Evi. Dia  duduk di kursi sofa. 
Evi menghampiriku. Aku berjalan dengan dua  lututku juga maju mendekatinya. Kuhisap payudara kiri Evi. Sedangkan  payudara kanan Evi kuremas. 
"Oooughh..oohh.." Desah Evi. 
Bu Heydi juga berdiri dan menggesekkan kedua payudaranya ke punggungku sambil kedua tangannya membelai bagian depan tubuhku. 
Kubalikkan  tubuhku sambil berdiri. Kubimbing Bu Heydi untuk duduk di kursi sofa.  Ingin sekali kumasukkan penisku dari depan. Tapi Evi menarikku ke  belakang. Dia langsung menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya dengan  bertumpu pada kedua tangannya dan lututnya. Dia juga berkata kepadaku. 
"Masuki aku." Kata Evi yang menghentikan hisapan pada vagina Bu Heydi dengan lidahnya. 
Dari belakang pelan-pelan kumasukkan penisku. 
"Aaaghh.." Desah Evi. 
Evi melanjutkan lagi menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya. Tapi baru sebentar, Evi berkata lagi. 
"Keluarkan. Nggak enak." 
Terpaksa  kukeluarkan lagi penisku. Evi membalikkan tubuhnya dan mendorongku  untuk duduk di kursi kayu. Aku duduk di kursi kayu. Evi kemudian mencoba  duduk di pangkuanku. Dia meraba-raba ke belakang mencari penisku. Aku  tahu maksudnya. Pelan-pelan kumasukkan penisku ke vagina Evi. Kurasakan  vagina Evi yang basah. 
"Aaaghh.." Desah Evi. 
Bu Heydi juga  bangkit dari kursi sofa. Dari samping tangan kanannya membelai vagina  Evi. Payudara kirinya menempel pada payudara kanan Evi. lalu dipegangnya  payudara kiri Evi dan ditempelkan ke payudara kanannya. Kedua payudara  mereka menempel dan bergesekan seiring dengan Evi yang menaikturunkan  pantatnya supaya penisku keluar masuk. Kuangkat paha kanan Bu Heydi. Evi  menyambutnya dengan belaian tangan kiri pada paha kanan Bu Heydi. 
"Ooouhh..aahh..oouhh.." Desah Evi. 
"Ooouhh.." Desah Bu Heydi. 
Kemudian  Bu Heydi turun ke bawah. Dihisapnya vagina Evi yang masih dimasuki  penisku. Kuangkat pantat Evi dan akupun mencoba berdiri. Aku berhasil  berdiri dan kulihat kaki kiri Evi diangkat ke atas meja kecil. Penisku  dipegang oleh Bu Heydi sementara kepala penisku masih berada di vagina  Evi. Dikeluarkannya penisku sambil Bu Heydi menjilati cairan yang keluar  dari vagina Evi. 
Aku masih berdiri sambil membersihkan penisku.  Kulihat Bu Heydi terlentang di lantai dan tangannya menarik Evi untuk  melakukan posisi 69. Ketika mereka melakukan posisi itu kukeluarmasukkan  penisku ke vagina Evi. 
"Aaahh..oouhh..Jangan. Jangan." Teriak Evi berulang-ulang. 
Kukeluarkan  penisku sambil berdiri. Evi juga berdiri. Evi menghampiriku dan  dibimbingnya aku untuk telentang dilantai disamping Bu Heydi yang sudah  duduk juga dilantai. Evi tengkurap di atas tubuhku sambil mencoba supaya  penisku masuk vaginanya. Bu Heydi membantu dari belakang. Dimasukkannya  penisku ke vagina Evi sambil lidahnya menjilati pantat Evi. Kuangkat  kepalaku untuk menghisap kedua payudara Evi yang bergoyang seiring  dengan pantatnya yang dinaikturunkan. Aku hisap payudara kanannya. Bu  Heydi dari belakang menempelkan kedua payudaranya ke punggung Evi.  Tubuhnya ikut membantu mendorong tubuh Evi yang dinaikturunkan supaya  penisku keluarmasuk vagina Evi. Tangan kirinya meremas payudara kiri  Evi. 
"Aaahh..oouhh..oohh..aahh..oouhh.." Desah Evi. 
"Aku mau keluar." Kataku sambil berteriak kenikmatan. 
"Jangan keluarkan di dalam." Kata Evi sambil memundurkan tubuhnya ke belakang. 
Bu Heydi yang tahu hal itu langsung berdiri. Evi langsung melentangkan tubuhnya di lantai sambil berkata kepadaku. 
"Keluarkan di sini." Kata Evi sambil memegang kedua payudaranya. 
Kukangkangkan  kakiku yang setengah berdiri bertumpu dengan kedua lututku tepat di  atas kepala Evi. Kutumpahkan maniku di kedua payudara Evi yang langsung  dijilati Bu Heydi. 
"Eeehmm.." Desah Evi. 
Bu Heydi juga  menjilati kepala penisku. Sedangkan buah pelirku dijilati oleh Evi. Aku  lalu pindah ke samping kanan Evi. Kugesek-gesekkan penisku yang masih  keluar mani ke kedua payudara Evi bergantian. Juga ke belahan kedua  payudara Evi. Akhirnya kujatuhkan tubuhku di samping kanan Evi. Bu Heydi  masih menjilati kedua payudara Evi bergantian sambil sesekali membagi  maniku dengan lidahnya ke bibir Evi. Akhirnya Bu Heydi juga menjatuhkan  tubuhnya di samping kiri Evi. 
Setelah beristirahat sebentar dan  membersihkan tubuh di kamar mandi yang ada di dalam ruang BP, kami  bertiga pulang ke rumah masing-masing.
Tamat
