Saya adalah seorang model sebuah majalah porno di Singapore. Yah,  seperti yang kedengarannya, bekerja di majalah porno sebagai model tidak  membutuhkan baju yang bagus dan make-up yang tebal. Yang penting adalah  menjaga tubuh agar tetap seksi juga perawatan wajah. Aku tidak perlu ke  Singapore untuk difoto, karena di Jakarta juga terdapat studio foto  untuk mengambil gambar model-model dari Indonesia yang kemudian  dikirimkan dan diterbitkan di Singapore. 
Mungkin anda heran,  bagaimana saya dapat terjun dalam dunia seperti itu. Baiklah, akan saya  ceritakan masa lalu saya. Pada saat usia saya menginjak 16 tahun, kedua  orangtua saya meninggal dalam kecelakaan. Saya sangat terpukul dengan  kejadian itu. Pada saat itu saya sangat bingung dengan keadaan ini,  karena saya tidak tahu harus kemana. Saya tidak punya keluarga lain  selain keluarga saya sendiri, sementara saya adalah anak tunggal. 
Namun  tidak lama kemudian, teman bisnis ayah saya, anggap namanya Pak Mori,  berusia sekitar 50 tahun, datang menawarkan saya untuk tinggal di  apartemennya dan beliau berjanji akan membiayai sekolah saya sampai saya  lulus SMA. Dalam keadaan bingung, akhirnya saya menerima tawaran  beliau. Saya lalu tinggal di apartemen beliau, hanya berdua dengannya. 
Beberapa  bulan kemudian saya tinggal dengannya, tiba-tiba pada suatu malam, Pak  Mori masuk ke dalam kamar saya. Saat itu saya baru saja masuk kamar dan  belum sempat menguncinya. Saya kaget karena beliau tidak mengetuk kamar  saya dulu, dan pada saat itu saya hanya mengenakan daster kuning polos  yang tipis. Di dalamnya saya tidak mengenakan BH dan hanya mengenakan CD  saja. Sejenak Pak Mori terkesiap melihat saya, namun beliau kemudian  mendekati saya. Spontan saya memeluk bantal untuk menutupi dada saya. 
Pak  Mori lalu berkata kepada saya, "Sally, tolong Bapak, Nak, istri Bapak  sudah lama meninggal, Bapak sudah lama tidak dilayani. Bapak tidak minta  macam-macam. Bapak hanya minta agar Sally bersedia melayani Bapak." 
Wajahnya  terlihat sayu dengan keringat di dahinya. Saya tidak tega melihatnya.  Saya pikir beliau telah baik mau membiayai sekolah saya. Lagipula  keperawanan saya telah hilang sejak saya masih kecil ketika jatuh dari  sepeda. 
Pak Mori terus memandang dan menunggu jawaban saya,  sedangkan saya tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Pak Mori meraih  bantal yang saya peluk untuk menutupi dada saya dan meletakkannya di  tempat tidur. Kemudian beliau diam dan memandang saya. 
Melihat saya diam, beliau lalu berkata, "Kalau Nak Sally diam, Bapak rasa jawaban Sally 'iya'." 
Beliau masih memandangi saya. Tiba-tiba beliau meraih dan memeluk tubuh saya dan mengusap-usap punggung saya. 
"Terima kasih, Nak." beliau berkata sambil menatap hangat pada saya. 
Setelah  itu beliau mulai menciumi kening saya dan kedua pipi. Lalu menjulurkan  lidah sambil mencium telinga dan bibir saya. Kubalas ciumannya, lidahnya  bermain liar di dalam mulut saya, begitupun saya. Tangannya yang dari  tadi memeluk punggung saya mulai turun mengelus-elus pantat dan  meremasnya. Kemudian kepalanya turun ke leher saya, menciumi dada saya  yang masih tertutup daster kuning. Saya mulai terangsang. Apalagi ketika  mulutnya berhenti di puting saya yang hanya ditutupi daster kuning  polos yang tipis itu. Beliau mengulum dan menggigit puting saya itu. 
"Uuh.. aahh.. Pak.. Uh..!" saya sudah tidak kuat lagi. 
Geli  rasanya dada ini dipermainkan seperti itu oleh Pak Mori. Spontan saya  membuka 4 kancing daster yang terletak di depan itu, dan terlihatlah  kedua bukit kembar saya yang montok itu, berukuran 36B dengan puting  berwarna pink gelap dan mencuat menantang ke wajah Pak Mori. Beliau  langsung melumatnya, menggigit kecil, kemudian memasukkan semua ke dalam  mulutnya. Ternyata mulut Pak Mori lebar juga, buktinya bukit dada saya  yang 36B masuk semua ke dalam mulutnya. 
"Aduuh.. Pak, geli ah.. enaa..gh..!" saya meraung-raung keenakan. 
Pak  Mori menurunkan daster terus ke bawah dan sambil menciumi perut saya  yang rata karena sering sit-up itu. Tangan kirinya bergerak menurunkan  daster, dan tangan kanannya mengelus-elus pantat dan paha saya yang  mulus. Setelah daster turun semua, tangan kirinya mengangkat kaki kanan  saya dan melipatnya ke atas tempat tidur. Lalu beliau berjongkok dan  tangan kirinya membuka sebagian kain CD yang menutupi bukit kemaluan  saya. Seketika itu langsung terlihatlah bukit kemaluan saya yang  bulu-bulunya sedikit itu, sehingga beliau tidak perlu susah-susah  menjilati kelentit saya. 
"Oohh.. Pak.. enaakk..!" kata saya sambil memegangi kepalanya. 
Saya  tidak perduli lagi siapa dia. Pak Mori terus menjilati kelentit saya  dan memasuki satu jari tangan kanannya ke dalam vagina, dan  menggerakkannya keluar masuk. Saya betul-betul keenakkan. Saya  menggerakkan pantat turun naik mengikuti gerakan jarinya itu. Tiba-tiba  sesuatu meledak dalam diri saya. 
"Aaa..gh.. aku mau kelua.. ar..!" air kenikmatan saya membasahi jari dan mulutnya. Beliau menghisapnya habis. 
Kemudian  yang tidak disangka, beliau merobek sebagian kain celana dalam saya  yang menutupi bukit kemaluan saya dan kemudian membuka CD-nya.  Terlihatlah senjatanya yang besar ditumbuhi bulu-bulu yang sangat tebal.  Saya sudah tidak tahan lagi melihatnya. 
"Ooh.. masukkan, Pak, cepat Pak..!" kata saya sambil mengelus-elus bukit kemaluan saya yang telah basah itu. 
Ternyata Pak Mori pun sudah tidak kuat. Beliau langsung menghujamkan penisnya masuk ke dalam vagina saya. 
"Aaah.. sakiit..! Enaaggh..!" kata saya yang mulai merasa nyeri tapi sangat enak di bagian bawah itu. 
Pak  Mori menaik-turunkan penisnya dengan cepat. Ternyata melakukan sambil  berdiri enak juga. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudara saya.  Tangan saya pun tidak mau kalah dan meremas-remas kedua pantatnya. Tidak  lama saya mendapat orgasme yang kedua, dan tidak lama kemudian beliau  pun juga. Akhirnya kami tertidur berpelukan di tempat tidur. Keesokkan  harinya, kami melakukannya lagi di kamar mandi. Kami masing-masing  orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke sekolah dan beliau pun pergi  ke kantor. 
Sejak itu hidup saya berubah. Kami seperti  selayaknya suami istri di dalam apartemen kami. Ternyata untuk orang  seusianya, beliau masih sangat kuat melakukannya berjam-jam. Bahkan saya  dilarangnya mengenakan baju bila di dalam apartemennya itu. Tapi saya  selalu menggodanya dengan hanya mengenakan sehelai kain di tubuh.  Misalnya, hari ini saya hanya memakai BH saja, sedangkan bagian tubuh  yang lain polos mengoda. Lalu kemudian saya duduk di depannya dengan  membuka lebar-lebar selangkangan, sehingga kemaluan saya menantang  dirinya. Beliau selalu tidak tahan dan mengajak bermain lagi. 
Besok  harinya saya hanya mengenakan CD saja yang berwarna hitam dan bahannya  bolong-bolong, sehingga bulu kemaluan yang sedikit itu keluar dan  klitoris yang berwarna pink itu juga terlihat bila saya mengangkang,  sedangkan payudara saya bergelantungan dengan indahnya di dada. Bila  seperti itu, beliau lalu memeluk dan menggendong saya ke tempat tidur  sambil mulutnya mengulum payudara dan menarik-narik putingnya. Ini kami  lakukan hampir tiap hari seperti selayaknya pengantin baru sampai saya  lulus SMA. Namun Pak Mori ini seperti tidak pernah mati kekuatannya  untuk melakukan hubungan seks dengan seorang gadis belia seperti saya,  dan saya selalu dibuat puas olehnya. 
Suatu hari ketika saya  baru selesai mandi, seperti biasa saya keluar dari kamar tanpa  menggunakan busana, dan sambil mengeringkan rambut yang masih basah,  saya pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa saya sadari, ternyata  ada dua orang teman Pak Mori yang bertamu. Mereka berdua terlihat kaget  melihat saya yang telanjang bulat itu. Begitu pun saya. Tapi rasa kaget  saya tidak saya perlihatkan dan langsung saya pergi ke dapur  cepat-cepat. 
Malam harinya ketika hendak tidur, Pak Mori  berkata pada saya, "Sally, mau gak jadi model..?" tangannya  mengelus-elus puting saya. 
"Model..? Model seperti di majalah-majalah itu..?" tanya saya. 
"Yah,  tapi ini berbeda. Begini, teman-teman Bapak yang tadi itu berasal dari  Singapore. Yang satu namanya Pak Ramen, yang satu lagi Pak Davis. Pak  Ramen sebenarnya orang Indonesia, tapi tinggal di Singapore. Beliau  adalah editor majalahnya, sedangkan Pak Davis adalah direkturnya." 
"Jadi maksudnya majalah Singapore..?" 
"Yah  begitu. Mereka berdua setelah melihatmu menjadi tertarik dan menawarimu  menjadi model. Tapi kamu tidak perlu ke Singapore. Kamu cukup tinggal  di Indonesia, karena studio fotonya ada di Indonesia." 
"Tapi Sally malu, tadi Sally telanjang di depan mereka." 
"Em..,  begini Sally tidak perlu malu, karena.. eh.. majalah mereka adalah  majalah porno.. eh tapi itu terserah Sally, mereka hanya menawari karena  tertarik dengan Sally. Kalau Sally tidak mau, itu juga tidak apa-apa." 
Saya mengerti. Mereka telah melihat tubuh saya dan mereka tertarik. Saya bingung sekali. 
"Honornya  lumayan gede lho, Sal. Bapak tidak akan minta kok. Kalau Sally nanti  mau, honornya tetap buat Sally, karena kan Sally yang bekerja. Makanya  Bapak terserah Sally saja. Kalau mau dicoba saja." lanjutnya. 
Saya mulai tertarik. 
"Sally harus datang kemana, Pak..?" beliau tersenyum dan memberitahu alamatnya. 
Keesokkan  harinya saya datang ke studio foto itu. Tempatnya seperti rumah biasa,  cukup besar dengan pagar tinggi yang menutupi rumah tersebut. Seperti  bukan kantor atau studio foto. Lalu saya masuk dan bertanya pada  resepsionist hendak bertemu dengan Pak Davis. Seseorang mengantar saya  ke kantor Pak Davis. Pak Davis terseyum menyambut saya. Ternyata beliau  seorang pemuda berusia 30 tahunan. Tidak begitu ganteng tapi di tubuhnya  yang putih ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Terlihat dari tangan dan  dadanya yang bidang. Namun senyumnya terlihat menarik. 
"Selamat siang, Sally, silakan duduk..!" 
Saya duduk di depan mejanya. Ia pun duduk. 
"Singkat saja, jadi kamu tertarik..?" 
"Iya, Pak." 
"Jangan  memanggilku Pak. Panggil aku Abang saja. Aku sebenarnya berasal dari  Indonesia juga. Semua orang memanggilku Bang Davis." saya tersenyum. 
"Oke,  kita kembali ke pokok semula. Begini Sally, untuk menjadi model ada  beberapa syarat. Yang pertama, kami harus mengedit tubuhmu dulu." 
"Mengedit tubuhku..?" 
"Yah,  kami harus tahu bagaimana tubuhmu, apa kekurangannya dan kelebihannya.  Kekurangannya akan ditutupi, kelebihannya akan ditonjolkan. Jadi nanti  bila difoto akan baik jadinya. Mengerti..?" 
Saya mengangguk. 
"Sekarang buka seluruh pakaianmu, aku akan memanggil editor kami, Bang Ramen." Ia keluar dari ruangannya. 
Saya  merasa kikuk. Tapi akhirnya saya buka baju satu persatu sampai tinggal  BH dan CD. Tiba-tiba mesuklah Bang Ramen dan Bang Davis. 
"Lho, kok,  CD dan BH-nya tidak dibuka..? Tidak perlu malu. Pekerjaanmu nanti tidak  memerlukan baju. Kurasa, Pak Mori sudah menjelaskannya bukan..?" 
Saya  mengangguk seperti orang bodoh. Lalu membuka CD dan BH saya. Saya  memang tidak perlu malu, toh mereka pun sudah melihat saya telanjang  bulat di apartemen Pak Mori. 
Setelah telanjang bulat, saya  berdiri menantang. Mereka melihat saya tanpa berkedip. Saya tahu  'adek-adek' mereka sudah berdiri melihat saya. Tiba-tiba saya merasa  percaya diri. Ini merupakan permainan yang menyenangkan. Lagipula saya  senang menggoda Pak Mori. Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka juga?  Saya lalu melepas jepitan rambut dan terurailah rambut saya yang sangat  lebat dan indah. Saya berdiri menggoda di depan mereka sambil memainkan  sedikit rambut saya di dalam mulut. Bang Ramen mulai mendekat. Ia  mengelus tangan saya, lalu pipi. Lalu ia memutari tubuh saya dan  mengelus punggung dan pantat saya. Lalu tangannya mulai memegang  payudara saya yang 36B itu beserta puting yang mencuat ke depan itu.  Lalu ia berjongkok dan mengelus paha dan membuka selangkangan saya. Lalu  ia berdiri lagi, tiba-tiba ia mencium leher saya. 
Tangannya  meremas-remas kedua payudara saya. Saya mulai terangsang. Lalu tangan  kirinya beralih ke selangkangan saya yang sudah mulai basah itu dan  berhenti pada klitoris. Ia mengelus-elus klitoris saya. Tangan kanannya  mengelus anus saya. 
"Uuhh.. eehh.. ahh..!" tidak sengaja saya  meraung-raung, tanpa saya sadari ternyata Bang Davis telah ikutan  menghisap puting saya dan tangan kanannya memegang puting yang satu  lagi. 
Tangan kiri Bang Ramen dimasukkan ke dalam vagina saya dan  bergerak keluar masuk. Kami melakukannya sambil berdiri seperti ketika  pertama kali saya melakukannya dengan Pak Mori. Saya benar-benar  terangsang. 
Bang Ramen mencium bibir saya dan memainkan  lidahnya di mulut saya. Erangan saya tertahan di dalam mulutnya. Lalu  Bang Ramen berjongkok dan mencium klitoris dan memainkan lidahnya di  sana, namun jarinya masih bermain di vagina. Posisi Bang Ramen  digantikan oleh Bang Davis yang mencium dan melumat-lumat bibir saya.  Tiba-tiba saya merasa ada yang keluar. Walaupun erangan saya tertahan  oleh bibir Bang Davis, tapi mereka tahu bahwa saya orgasme pertama kali  dari getaran tubuh saya. 
Lalu Bang Ramen membuka celananya,  juga Bang Davis. Penis Bang Ramen sangat besar dan hitam. Bang Davis pun  juga besar tapi putih. Masih dalam posisi berdiri, Bang Ramen  memasukkan penisnya ke dalam anus saya. Rasanya sakit sekali. Saya  mengerang kesakitan, namun tiba-tiba Bang Davis memasukkan penisnya ke  vagina. Rintih saya berubah menjadi keenakan. Mereka berdua memainkan  penis mereka keluar masuk anus dan vagina saya. Rasanya enak sekali  disetubuhi dua pria sekaligus. Permainan kami cukup lama. 
Saya  sudah orgasme tiga kali ketika mereka berdua orgasme untuk pertama  kalinya. Akhirnya mereka mencabut penis mereka dan merebahkan tubuh  mereka di bangku sofa. Sedangkan saya bersenderan pada tembok dan  memejamkan mata. Saya merasa lemas sekali melayani dua pria sekaligus.  Tiba-tiba Bang Davis memegang bahu saya. 
"Kamu diterima, Sally..!" 
Saya  tadinya hampir marah karena untuk diterima saya harus melayani mereka  berdua terlebih dahulu. Tapi ketika mengingat kenikmatan yang baru saja  saya terima, saya dapat menahan amarah. 
Lalu hanya dengan  mengenakan BH saja, saya dibawa Bang Ramen ke sebuah ruangan yang berisi  semacam bar di situ. Di dalamnya terlihat banyak wanita yang tidak  menggunakan baju sama sekali. Ruangan itu ternyata jadi satu dengan  studio fotonya, sehingga model-model yang merasa haus dapat langsung  memesan minum di situ. Saya disuruh duduk di bangku bar yang tinggi dan  disuruh mengisi lembaran formulir dan lembaran kerjasama. Lalu Bang  Ramen meninggalkan saya sendiri di situ. 
Ketika saya sedang  mengisinya, seseorang mencolek saya dari belakang. Ketika saya menoleh,  terlihat seorang pemuda memandang saya sambil tersenyum. Tanpa basa basi  lagi, pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke vagina saya dan menjilat  klitoris saya. Saya kaget dan ingin menghindar. Tapi bangku bar yang  tinggi yang membuat saya kesulitan menapakkan kaki saya ke lantai,  sehingga membuat selangkangan saya yang tanpa CD itu terbuka lebar  membuat saya kesusahan untuk turun. Pemuda itu tetap menjilati  selangkangan saya. Vagina saya yang masih merasa geli akibat serangan  Bang Ramen tadi akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa keenakan. 
Tidak  lama saya orgasme lagi di tempat duduk bar itu, sehingga tempat duduk  yang terbuat dari kulit itu menjadi basah oleh cairan kenikmatan saya  itu. 
"Salam kenal, Mbak. Saya Roy, model pria di sini. Mbak namanya siapa?" tanyanya kemudian. 
"Sally" kata saya lemas. 
"Nanti kita akan selalu ketemu, dan kita pasti akan melakukannya lagi." 
Saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan mulai mengisi formulir itu lagi. 
Tidak  lama Bang Ramen datang dan mengambil formulir yang telah saya isi itu.  Ia menunjukkan honor saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama kali pada  hari pertama itu saya difoto bugil di depan banyak orang. Ternyata  inilah pekerjaan baru saya. Menyenangkan sih, asal tidak hamil saja.  Karena ketika difoto berpasangan, tidak jarang kami menyatukan alat  kelamin kami, sehingga fotonya lebih bagus dan tidak terlihat kaku. 
Kadang-kadang  saya juga main dengan Bang Ramen atau Bang Davis atau kedua-duanya.  Namun di rumah saya tetap menjadi 'istri' Pak Mori. Itulah pengalaman  saya. Foto-foto saya banyak dipampang di majalah porno di Singapore, dan  tentu saja tidak dijual bebas. Hanya golongan tertentu yang  menerimanya. 
TAMAT
