Yayuk adalah adalah sepupu Ibuku, pada usia 24 tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar dan dinikahkan dengan Heru, seorang sarjana ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota di Kalimantan. Setelah menikah Yayuk dibawa untuk tinggal di sana dan bersama mereka tinggal juga Ibu mertua Yayuk.
Setahun setelah menikah, Heru mengajak istri dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat laut yang lebih murah karena dititipi untuk membawa barang-barang berupa perabot meubel pesanan seorang atasan Heru di Jawa. Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni yang bagus sehingga terpaksa menumpang sebuah kapal barang. Kebetulan saat menjelang Lebaran itu penumpang di semua angkutan memang penuh. Di kapal yang ditumpangi Yayuk pun semua cabin awak kapal sudah habis disewakan sehingga keluarga Yayuk tidak kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.
Karena suasananya berangin dingin tidak menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Yayuk yang berpembawaan berani tanpa memberitahu keluarganya diam-diam menghadap sendiri kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten dia diminta menanyakan sendiri pada Enos, Perwira Satu yang mengatur masalah penumpang. Pergi menemui Enos di kamar kerjanya Yayuk baru di jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat ketampanan laki-laki yang simpatik ini, tapi di situ meskipun sudah merengek-rengek ternyata memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu Enos yang juga sekali melihat sudah langsung tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Yayuk, mencoba iseng menggoda karena dinilainya perempuan muda ini jinak dan mudah didekati. Waktu itu Yayuk sedang merayu untuk diperbolehkan dia dan Ibu mertuanya menggunakan kamar kerja Enos.
"Waduh gimana ya Yuk, nanti Mas nggak punya tempat kerja lagi. Tapi.. hmm.. bisa juga sih, asal nanti Yayuk sendiri tidurnya di kamar sebelah situ, gimana, bisa kan?" kata Enos yang sebetulnya sudah kasihan akan memberi cuma saja disertai iseng-iseng merayu sambil menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
"Lho itu kan kamar tidur Mas, lalu Mas sendiri tidurnya di mana?"
"Ya sama di situ juga."
"Ihhik.. berdua di situ sih malah bukannya tidur Mas.. Lagipula Ibu Yayuk nanti mau di kemanain?" jawab Yayuk tertawa malu-malu genit.
"Kan bisa aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar Mas," kata Enos semakin berani berlanjut.
"Wihh.. itu sih nekat Mass.. nanti ketauan Ibu malah rame nggak karuan," Yayuk tertawa geli sambil memukul canda pangkal lengan Enos yang mulai merapat kepadanya.
Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri berhadapan.
"Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih gampang, yang penting maunya dulu, nanti diaturnya belakangan."
"Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-taunya harga sewanya dimahalin juga?"
"Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau malah bisa Mas kasih gratis," kejar lagi Enos tapi sudah mulai menarik Yayuk merapat padanya.
Enos 30 tahun, laki-laki playboy peranakan Menado-Jawa ini memang pintar memanfaatkan ketampanannya untuk menaklukkan wanita. Yakin bahwa Yayuk bisa ditaklukkan, dia makin berani apalagi dilihatnya ada kesempatan terbuka. Begitu rapat dia pun mulai merangkul pundak Yayuk.
"Tapii.. gimana caranya Mass.." terdengar nada Yayuk bimbang tergiur tawaran Enos.
"Pokoknya tenang aja.. Bilang mau dulu nanti Mas yang jamin pasti aman.."
Kali ini bujukan Enos sudah diikuti aksinya. Yayuk yang masih menunduk malu-malu diangkat dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika Yayuk masih terdiam ragu, Enos sudah menunduk dan memberinya satu ciuman dalam menempel di bibirnya. Yayuk sempat gelagapan, tapi ajakan berciuman laki-laki berwajah tampan simpatik ini cepat saja memukaunya dan melambungkannya dalam asyik. Sehingga dia jadi terikut membalas melumat, saling bergelut lidah bertukar ludah. Yang begini jelas tambah memperlemah Yayuk karena tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dipondong Enos dibawa berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja Yayuk kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi bibirnya disumbat ketat oleh bibir Enos dan baru dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di atas tempat tidur.
"Aduhh nggak Mas, aku nggak mau..! ja.. jangan Mass, jangan sekarang..!" panik dia ingin ke luar dari kepungan Enos tapi cepat dibujuk Enos.
Yayuk memang sudah mulai terbujuk Enos tapi suasananya dianggap tidak cocok saat itu.
"Sstt, sst tenang aja.. Mas juga nggak ngajakin sekarang kok..?"
"Tapi ngapain aku dibawa ke sini!?"
"Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas deh."
Yayuk terbujuk lagi dan agak tenang, dia pun segera menerima lagi ciuman dan lumatan Enos. Kembali dia melambung dalam asyiknya berciuman, di sini Enos semakin menjadi-jadi. Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup lewat bawah rok Yayuk, mendarat di selangkangannya langsung meremasi bukit kemaluannya. Lagi-lagi Yayuk kaget ingin lepas tapi posisinya sudah dibuat terkunci lebih dulu oleh Enos yang sewaktu mengawali ciuman sudah naik berbaring di sebelahnya. Di atas mulutnya disumbat ciuman, masing-masing tangan yang sebelah ditindih dan sebelah lagi dicekal tangan Enos yang melingkari bawah lehernya, sementara sebelah kaki Enos pahanya menyusup di tengah selangkangan menjaga paha Yayuk tidak bisa merapat.
Semakin keras Yayuk berusaha, semakin ketat tekanan Enos dan semakin gencar terasa rangsangan Enos di kemaluannya. Bukan sekedar meremasi dari luar lagi tapi Enos sudah menyusupkan tangannya langsung bermain di bibir kemaluannya. Di situ jari-jarinya sudah meraba-raba celah lubangnya mulai mengiliki kelentitnya. Masih terakhir Yayuk berkutetan sebentar tapi kemudian kalah juga, malah mengikuti rangsangan jari Enos yang mulai meningkatkan birahinya terangkat naik. Apalagi ketika satu jari Enos ditelusupkan ke dalam lubang dan mulai mengorek-ngorek di dalam situ, Yayuk dari semula ingin berontak lepas, sekarang malah pasrah kepada Enos. Ini dibuktikan ketika Enos mengendorkan cekalan tangannya, Yayuk ternyata tidak ribut ingin lepas malah terdiam hanyut dengan mata terpejam menikmati asyik ciuman bergelut lidah sambil lubang kemaluannya dilocoki jari Enos.
Ini di luar dugaan Enos mendapati Yayuk yang kebetulan cepat sekali terangsang berahinya. Memang sadar sekarang bukan waktu yang tepat untuk bercinta tapi untuk langsung berhenti Enos tidak tega sebab dilihatnya Yayuk sudah terlalu hanyut jauh mendekati orgasmenya. "Hhghh ssh.." betul juga, mengerang pelan terdengar suara Yayuk meskipun tidak kentara tapi Enos tahu bahwa Yayuk sedang berorgasme saat itu. Sebentar digencarnya rangsangan membantu Yayuk sampai terasa mengendor barulah Enos berhenti. "Tuu kaan, percaya kalau Mas nggak mau jahat sama Yayuk. Ini cuma sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek cantik kayak Yayuk gini bikin Mas langsung gemes pengen cium sambil diremes-remes. Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu bisa ajak Ibunya ke sini," kata Enos dalam gaya merayu lembut simpatik untuk tetap mengambil hati Yayuk.
Caranya seperti sudah yakin bahwa Yayuk pasti akan menyetujui tawarannya tapi memang Yayuk juga seperti tersihir dengan undangan itu. Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan menemui keluarganya, cuma saja di situ dia justru mengikuti apa yang ditawarkan Enos untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di kamar kerja Enos. Tentu saja Ibu senang dengan kebaikkan Enos, padahal Yayuk sendiri setelah itu berdebaran jantungnya menunggu pengalaman baru yang akan dialaminya malam nanti.
Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah langsung diterpa ombak membuat para penumpang mulai pening. Lewat makan malam sebagian besar sudah menggeletak lunglai termasuk Ibu dan Yayuk. Melihat itu Enos memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika Yayuk juga minta, dia membisiki bahwa itu sebenarnya obat tidur dan Yayuk dicegah untuk ikut meminumnya. Betul juga menjelang tengah malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya dan ketika itu Enos yang sedari tadi kalau ke luar masuk lewat pintu tersendiri dari kamar tidurnya, kali ini pura-pura masuk dari pintu kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-benar sudah pulas, dia menarik lengan Yayuk mengajaknya ke kamar sebelah. Yayuk yang sudah terkesan dengan kejadian siang tadi sudah tidak ragu-ragu untuk bergerak bangun mengikuti ajakan Enos ke kamar tidurnya. Baru saja masuk sudah langsung diangkat Enos dibaringkan di tempat tidur.
"Tapi Mass.. aku masih takut kalau ketauan.." bisik Yayuk menguatirkan perasaannya.
"Nggak usah kuatir.. Ibumu nggak akan bangun sampai besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain bajunya ya..?" hibur Enos sambil menawarkan bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Yayuk.
Enos menutup sebentar gordyn tempat tidur yang umumnya terpasang khusus pada tempat tidur kapal, dia sendiri katanya akan ke kamar mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang dengan hanya lampu meja menyala, di tempat tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak lama Enos kembali hanya mengenakan sarung saja ketika naik menyusul Yayuk yang rupanya betul-betul patuh sudah bertelanjang polos menuruti permintaan Enos. Meskipun samar-samar tapi cukup jelas terpandang tubuh padat Yayuk, sudah langsung melonjakkan gairah nafsu Enos namun begitu dia tetap menjaga kelembutannya agar tidak berkesan kasar pada perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga Yayuk sudah langsung pasrah dengan laki-laki yang baru pertama dikenalnya ini, tapi ketampanan yang memikat serta kepintaran Enos merayu betul-betul sudah menaklukan hati Yayuk. Siang tadi keasyikan yang dialaminya sudah begitu membuatnya terkesan, sekarang berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu kembali membuatnya cepat jatuh dalam birahi karena dia memang sengaja menuju ke situ. Sambil bibir bertemu kecup mesra, diterimanya rangsangan tangan Enos yang menggerayang meraba dan meremasi tubuh kewanitaannya. Beda dengan tadi, Enos tidak lagi perlu keras terburu nafsu sebab Yayuk didapatinya sudah lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup mengipasi bara birahi Yayuk terbakar menyala.
"Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga suara supaya nggak didenger Ibumu.." begitu pesan Enos yang sekaligus membuktikan pada Yayuk bahwa sebenarnya laki-laki ini kalem dan bukan type kasar. Ini makin menenangkan Yayuk dan dalam tempo sekejap dia sudah terlupa pada suaminya yang sedang meringkuk kedinginan dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di geladak yang berangin kencang, sebab dia sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk hangat seorang lelaki tampan yang membuainya dengan kecupan mesra diiringi asyik susunya diremas-remas, dipilin-pilin geli puting susunya. Meningkat asyik lagi ketika mulut Enos selepas ciuman merambat dengan kecupan seputar leher, menurun hingga tiba di bukit susunya, di situ berganti-ganti kedua puncak bukitnya dikerjai kecapan mulut. Yayuk mulai menggelinjang meresapi geli-geli enak pentilnya dijilat-jilat dan dihisap-hisap mulut Enos yang terlatih. Tapi yang lebih membuatnya buntu kesadaran adalah ketika Enos melengkapi rangsangan dengan merambatkan sebelah tangannya ke arah selangkangan dan mengulang permainan siang tadi.
Bersambung . . . .