Awalnya aku berkenalan dengan Ricky, tentu saja bukan nama sebenarnya, lewat chatting. Setelah sepakat untuk bertemu, kami lalu berangkat dari tempat masing-masing. Aku lalu meninggalkan warnet WH di Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Kami janjian bertemu di Mall Ratu Indah lantai 4. Dari jauh aku sudah melihat ciri-ciri orang yang mirip dengan Ricky seperti foto yang ia kirimkan lewat email. Ricky, 21 tahun, memang seorang yang keren, bertubuh maskulin dengan wajah bentuk oval putih dengan dandanan rambut seadanya namun keren dengan tinggi badan 170 cm, 60 kg.
Aku lalu menyapa si cowok keren itu dengan agak ragu-ragu, apakah dia benar-benar Ricky atau bukan, "Ricky ya?" sapaku sambil melemparkan senyumku.
"Iya, oh ya Geofanny ya?" balasnya dengan menyunggingkan senyuman.
Senyumannya kian membuat dia kelihatan manis. Kami lalu bersalaman dan ngobrol-ngobrol sebentar. Dari pembicaraan kami, ternyata aku dan Ricky satu kampus di salah satu universitas negeri di Makassar, namun kamu beda fakultas.
Singkat cerita, kami jadian pacaran setelah seminggu lebih jalan bareng. Hubungan kami kian hari kian dekat, namun sejauh itu kami belum pernah melakukan hubungan seks. Karena baik aku dan Ricky bukanlah orang yang sex oriented. Kami mengutamakan yang namanya kasih sayang dan cinta, walau cinta kami adalah cinta sesama jenis, namun kami sangat merasakan apa arti cinta itu sendiri.
Kami berdua lalu ke rumah kost Ricky di salah satu rumah kost di Jl. LB. Rumah ini terkesah cukup mewah. Setelah masuk ke kamar Ricky seukuran 4 x 6 m dengan dinding bercat cream, didalam dilengkapi dengan sebuah spring-bed, kulkas, dan lain-lain. Suasana kamar pun dilengkapi dengan sebuah AC di sudut ruangan. Aku lalu duduk di atas sebuah kursi rotan, sementara Ricky mengambil air dingin dari kulkas.
"Geo, minum dulu!"
"ok, thanks", sambil mengambil air putih itu dari tangan Ricky aku membalas senyumannya yang manis dan membuatku selalu ingin menatapnya. Ricky lalu duduk di samping aku sambil memijat-mijat lenganku.
"Geo, apa rencanamu sekarang?" tanya Ricky.
"Apa ya.. Aku juga nggak tahu. Kita duaan aja disini. Gimana?" kataku sambil menatap kedua bola mata coklatnya.
Dia membalas tatapanku dengan senyuman.
"Mandi bareng yuk!" ajakku.
Ricky kembali tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda setujunya. Ricky memang seoorang yang mudah menebarkan senyum ke orang lain. Itu salah satu hal yang menarik pada dirinya. Aku merasa beruntung sekali bisa kenalan dengan dia dan lebih beruntung lagi, aku bisa mendapatkan hatinya dan menjadi pacarnya.
Aku lalu berdiri dan mengajak dia berdiri dengan memegang kedua tangannya. Sekarang kami saling berhadapan, karena tinggi kami sama, hingga pandangan kami sejajar dan aku mulai merangkul tubuh Ricky yang hangat dan mengeratkan kedua rangkulanku pada pinggangnya, sementara itu kedua tangan Ricky merangkul pada leherku. Aku mulai mendekatkan bibirku dan mulai menyentuh kulit putih bersihnya dengan bibirku.
"Akh.. Muachh"
Aku melekatkan ciuman pertamaku ke bibir Ricky. Ini memang pertama kalinya kami melakukan ciuman dan sentuhan birahi. Aku mulai menciumi dan merasakan kehangatan tubuh Ricky. Dengan rangkulan yang tetap erat, ciuman pun terus saja berlangsung. Kurasakan kalau kontol Ricky pun sudah mengganjal di perutku.
Menurut pengakuan Ricky, aku yang pertama menyentuh tubuhnya. Selama ini dia hanya sebatas teman dengan yang lain dan tidak pernah sampai ke tingkat pacaran. Sekali lagi aku merasa bangga dan beruntung, ternyata Ricky masih perjaka.
Sementara itu kami terus melakukan ciuman hangat dan penuh birahi yang membara. Aku dan Ricky sudah mulai panas dibakar api birahi masing-masing. Aku lalu melakukan adu lidah dengan Ricky. Aku memasukkan lidahku ke mulut Ricky dan disambut oleh gerakan liar lidahnya menggapai dan mengejar lidahku. Namun sesekali pula kami bermain di bibir. Aku terus saja mengulum dan mengisap bibir Ricky yang memerah.
Ricky pun mulai mengenal dan mulai belajar dari ciuman ini. Aku sengaja diam sejenak dan menunggu apa yang Ricky akan lakukan, ternyata dia agresif juga. Dia lalu menjulurkan lidahnya ke rongga mulutku dan menjelajahi seluruh ruang mulutku yang dapat digapai ujung lidahnya. Aku sendiri merasa kesulitan dalam bernafas, lidahnya terus saja menggeliat dan meliuk-liuk liar di dalam mulutku dan sesekali mengisap dan mengulum bibirku. Sejenak kemudian, Ia melepaskan ciumannya. Bibir kami basah oleh liur birahi kami.
Aku lalu mengusapkan tanganku ke bibirnya, "Enak ya sayang?" tanyaku.
"Enak banget Geo, lanjutin yuk?" ajaknya.
"Kita kan belum mandi, Ricky"
"Oh, iya. Mandi bareng yuk?"
"Ok. Setuju" sahutku. Kami lalu saling melepaskan pelukan.
Aku lalu mulai membuka kancing baju Ricky satu per satu. Setelah bajunya lepas, aku lalu mencium dan menjilati dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Ricky hanya mendesah kegelian. Aku lalu melanjutkannya ke bagian celananya. Kubuka resletingnya dan merosotkan celananya hingga tertinggal celana dalamnya saja yang berwarna merah kecoklatan. Di balik celana dalamnya itu, terbayang kontol Ricky yang sudah setengah mengeras. Aku secara refleks mendekati dan menggigit kontol Ricky yang masih berada di balik celana dalamnya. Ricky mengerang dan menggeliatkan tubuhnya sambil menyahut, "Akh.. Oughh". Tapi aku hanya menggigitnya dua kali. Aku lalu berdiri dan menyuruh Ricky melakukan hal yang sama.
Ricky lalu membuka bajuku dan menjilati puting susuku dan meremas-remas dadaku, aku mengerang keenakan, terus saja Ricky meremas dadaku lalu turun menjilati pusarku dan membuka celanaku. Hal yang sama pun dilakukannya kepadaku. Dia lalu menggigit dan sesekali merangsang dan meraba-raba kontolku yang masih terbungkus celana dalamku. Kedua tangan Ricky meraba-raba selangkanganku, aku terangsang dan menggeliat kegelian juga. Ricky lalu merosotkan celana dalamku. Akhirnya aku telanjang tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuhku. Kontan saja Ricky yang sudah dibakar berahi langsung menyerang kontolku yang masih berdiri setengah keras, Ricky langsung ingin menelan batang kontolku. Dia memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengisapnya terus sesekali menjilatinya.
"Oughh, akh.. Sudah Ricky. Kita belum bersih-bersih nih, nanti dilanjutin ya" sahutku.
Sesaat kemudian dia melepaskan kontolku dan menciuminya dengan bibirnya. Karena tak adil rasanya kalau aku sudah telanjang bulat lalu Ricky masih memakai celana dalamnya. Saat Ricky berdiri mengambil handuk, aku lalu merangkulnya dari belakang hingga tak bisa bergerak, lalu memerosotkan celana dalamnya dengan kedua tanganku ke bawah. Ricky hanya tersenyum memandangiku.
"Woow.. Ricky. Punya kamu gede juga" bisikku ke telinganya.
Kontan saja aku langsung memegang kontolnya dan mengulumnya seperti mengulum eskrim. Ricky mendesah sambil mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar. Aku terus saja mengerjai kontol Ricky yang sudah mulai tegang. Sesudah keras memerah, aku menghentikan aksiku, berdiri lalu dengan sekuat tenaga aku mengangkat tubuh Ricky dan membawanya ke kamar mandi ruangan itu.
Di dalam kamar mandi, kami pun tergoda untuk melakukan aktifitas seks sambil membersihkan badan. Waktu ricky sedang menggosok-gosok badannya dengan busa sabun, aku lalu memeluknya dan kembali menghujamkan ciuman hangat ke badannya. Sambil ciuman mulut, tubuh Ricky terdorong ke dinding kamar mandi hingga bersandar disana dn tubuhku pun menindih dan menghimpit tubuh licin Ricky antara dinding dan tubuhku. Aku menindihnya sambil terus melakukan rangsangan ke Ricky. Kontol Ricky sudah tegang dan berdiri keras, sama dengan kontol aku. Aku lalu turun menjilati badan Ricky yang masih berlumuran busa sabun.
"Ough.. Ough.. Terusin Geo. Enak!" kata Ricky dengan penuh desahan yang sangat membangkitkan gairahku.
Aku dengan liar saja terus saja menjilati badannya hingga mencapai daerah sensitifnya. Aku lalu mengulum dan menjilati kontolnya sesaat lalu mengocoknya dengan tanganku.
"Ricky, kita lanjutin di tempat tidur aja nanti ya?" ajakku.
Kami lalu membersihkan badan hingga selesai. Aku dengan penuh nafsu kembali memanjakan Ricky dengan mengangkat dan membawanya ke kamar tidur seusai mengeringkan badan.
Di atas tempat tidur aku merebahkan tubuh Ricky, dia hanya tertawa kecil sambil menyahut, "Berat ya Geo?"
"Akh.. Lumayan, tapi aku lebih merasakan kenikmatannya daripada beratnya" jawabku.
"Oh yeah? Hahaha" Ricky kembali tertawa kecil.
"Kita mulai aja ya sayang," bisikku, "Aku sudah tidak sabar nih" lanjutku.
Ricky hanya mengangguk dan sekali lagi tersenyum menatapku. Tatapan dan senyumannya kian membuatku gemas dan ingin segera menjamah tubuhnya.
Aku lalu mulai menindih tubuhnya dan mulai menikmati wajahnya dari atas. Dengan kedua tanganku di samping telinganya, aku menatap dan menikmati wajah ganteng dan manis Ricky. Kemudian setelah puas memperhatikan wajah Ricky, kemudian aku mulai menikmatinya dan merasakan langsung. Aku menciumi semua bagian mukanya dan kembali melakukan ciuman mulut, adu lidah dan saling meraba-raba tubuh seadanya yang bisa digapai tangan.
Kurasakan kedua tangannya meremas-remas pantatku dan aku terus saja menikmati ciuman mulut dengan dia. Dia pun menikmatinya dengan memberikan reaksi atas ciumanku dengan menggerakkan lidahnya kesana kemari di dalam mulutku, sesekali mengulum dan mengisap bibirku, menangkap ujung lidahku dan mengisapnya. Aku sangat nikmat sekali dengan ciuman ini. Tapi ini baru sebatas ciuman dan aku sudah merasa puas olehnya. Kami lalu melakukan posisi 69 alias oral seks. Kami melakukannya secara menyamping.
"Akh.. Ouhghh.." kenikmatan yang diberikan Ricky sangat memuaskan aku. Aku terus saja mengisap, menggigit-gigit kecil batang kontolnya dan sesekali mengulumnya seperti eskrim. Sesekali juga aku menjilati sela selangkangan pahanya yang putih bersih.
Sekian lama sesudah puas dengan posisi ini, kami lalu kembali berdiri berhadapan berlutut di atas spring-bed empuknya saling memeluk tubuh masing-masing, merasakan kehangatan dan kasih sayang serta cinta dari dalam hati.
Ricky lalu membaringkan badannya, dan aku masih dalam posisi setengah berdiri, aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Ricky selanjutnya. Dia kemudian meletakkan kedua tungkai bawah kakinya di atas kedua pundakku sambil memberikan kode bahwa aku akan menganalnya.
"Ric, kamu yakin dengan ini?" tanyaku. Setidaknya Ricky akan merasakan sakit dan aku tidak suka jika ia merasakan sakit.
"Ric, ini sakit Ric!" lanjutku meyakinkan.
"Nggak apa-apa kok Geo. Aku mau banget neh" sahutnya.
Karena ini kemauan dia sendiri, aku lalu mengangkap naik pantatnya lalu meludahi dan menggosokkan air liurku yang kental ke kontolku, yakin akan melakukannya, kemudian aku mendekatkan ujung penisku ke lubang pantatnya. Aku terlebih dahulu memasukkan jari tengah tangan kiriku ke lubang pantatnya sebagai awal pengenalan dan penyesuaian. Ricky merasa keenakan dan mendesah "Ouhgg.. Akh.. Uukhhss.."
Kemudian aku mulai memasukkan kedua jari tengah tangan kanan dan kiriku, lalu menarik kedua sisi lubang pantatnya ke arah yang berlawanan hingga lubang pantat Ricky agak melebar. Aku terangsang melihat lubang pantatnya yang agak melebar, "Sakit?" tanyaku.
"Iya, lanjutin aja Geo, jangan peduli sakitnya ya, nanti juga enak kok," jawabnya.
"Lho, kok kamu tahu? Kamu sudah pernah ya?" tanyaku lagi.
"Nggak pernah, kata orang sih begitu" jawabnyya mendesah.
Aku lalu dengan perlahan-lahan memasukkan ujung penisku ke dalam lubang yang sudah menganga lebar di depan kontolku. Kontolku sudah tidak siap memangsa dan menembus apa yang ada didepannya. Kini kepala kontolku menyentuh bibir pantatnya dan aku mulai mendorongnya masuk dan akhirnya, "Akh, ough, akh.. Ukhh.. Terusin pelan-pelan Mas" sahutnya.
Aku terus saja melambatkan masuknya penisku menembus keperjakaannya dan merasakan setiap sensasi yang daapt dirasakan dan dinikmati. Sambil memasukkan "senjataku" menembus lubang itu, aku mendongak ke langit-langit kamar namun konsentrasiku terus tertuju pada apa yang dapat kurasakan saat itu. Dan akhirnya seluruh batang penisku masuk ke lubang anus Ricky. Aku menghentikan aktifitas saat itu juga dan kembali memandangi raut wajah Ricky yang penuh pesona. Kulihat dia agak merasa kesakitan dan ia berusaha untuk menutupi itu.
"Ric, sakit kan Ric?"
"Iya, tapi nggak apa-apa kok Geo. Terusin aja ya, justru disitu sensasinya"
Aku hanya menaikkan alis mendengar tuturnya, "Benar juga sih" kataku dalam hati.
Aku mulai dengan perlahan-lahan mengayunkan pantatku atau mengocok lubang pantatnya dengan kontolku "Akh.. Akh.. Akh.. Akh" desahku membuat Ricky pun kian horny. Sambil mengentot Rick, aku mengocok penisnya yang tegang berdiri dengan tangan kananku membuat Ricky kian merasakan sensasi yang amat membuatnya merasa dalam surga dunia seks. Sementara tangan kiriku tak ketinggalan, tangan kiriku meraba-raba, mengelus-elus paha dan perut serta dada Ricky. Aku ingin membuat Ricky merasakan semua yang bisa ia rasakan dari aku.
Aku lalu berdiri lurus ke atas dan dengan kedua tanganku, aku menahan dan mengangkap bagian pantatnya ke atas untuk menjaga agar kontolku tetap berada dalam "rumah amannya" Aku ingin mengentot Ricky sambil berdiri dan dia dalam posisi terbalik. Akhirnya bisa juga aku berdiri meski dengan tubuh agak membungkuk sedikit, aku kembali mengentot Ricky secara perlahan.
Tak lama kemudian aku turunkan badan dan kembali ke posisi semula. Aku kembali mengentotnya dengan kuat, karena Ricky sudah merasa keenakan dan tidak merasa kesakitan lagi.
Akhirnya, "Oughh, akh.. Croott, croot, croot" Aku menghentakkan senjataku dan mengeluarkan peluru panasnya ke dalam tubuh Ricky.
"Akh.. Akh.." hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, aku merasa begitu jauh melayang dan merasakan sensasi seksual yang teramat sekali.
Aku sendiri saat itu lupa perasaan apa yang dialami si Ricky saat aku sudah mulai keluar sperma dan menghujamkan cairan kental ke dalam tubuhnya. Berahiku mulai reda namun Ricky belum mencapai klimaks. Aku mengeluarkan penisku dan berbaring lemas di tempat tidur. Ricky lalu berdiri dan membuka selangkanganku lalu dengan nafsu yang masih membara, dia lalu menusukkan penisnya yang masih berdiri keras dan kuat itu ke dalam anusku.
"Akh.. Oughh.. Oughh" rintihku kesakitan saat Ricky kontan saja tanpa basa-basi langsung menembus lubang pantatku. Aku tak menyangka kalau si Ricky begitu agresif soal ini.
Ricky mengentot aku dengan semangat birahinya yang masih tinggi, entot-annya luar biasa banet. Isi perutku terasa goyang semua badanku pun ikut goyang di atas spring-bed itu. Dan akhirnya, croott, croot, croott.. si Ricky menghujankan cairan hangat yang banyak ke dalam lubang pantatku.
"Oughh.. Akh.. Akh.. Ushh," desah Ricky dengan kepala mendongak ke langit-langit kamar.
Akhirnya kami selesai mencapai puncaknya, kami sangat puas sekarang. Kami lalu terasa mengantuk dan capek, kami lalu berbaring telanjang dan tertidur hingga pagi.
Tamat
Kami janjian bertemu di Mall Ratu Indah lantai 4. Dari jauh aku sudah melihat ciri-ciri orang yang mirip dengan Ricky seperti foto yang ia kirimkan lewat email. Ricky, 21 tahun, memang seorang yang keren, bertubuh maskulin dengan wajah bentuk oval putih dengan dandanan rambut seadanya namun keren dengan tinggi badan 170 cm, 60 kg.
Aku lalu menyapa si cowok keren itu dengan agak ragu-ragu, apakah dia benar-benar Ricky atau bukan, "Ricky ya?" sapaku sambil melemparkan senyumku.
"Iya, oh ya Geofanny ya?" balasnya dengan menyunggingkan senyuman.
Senyumannya kian membuat dia kelihatan manis. Kami lalu bersalaman dan ngobrol-ngobrol sebentar. Dari pembicaraan kami, ternyata aku dan Ricky satu kampus di salah satu universitas negeri di Makassar, namun kamu beda fakultas.
Singkat cerita, kami jadian pacaran setelah seminggu lebih jalan bareng. Hubungan kami kian hari kian dekat, namun sejauh itu kami belum pernah melakukan hubungan seks. Karena baik aku dan Ricky bukanlah orang yang sex oriented. Kami mengutamakan yang namanya kasih sayang dan cinta, walau cinta kami adalah cinta sesama jenis, namun kami sangat merasakan apa arti cinta itu sendiri.
Kami berdua lalu ke rumah kost Ricky di salah satu rumah kost di Jl. LB. Rumah ini terkesah cukup mewah. Setelah masuk ke kamar Ricky seukuran 4 x 6 m dengan dinding bercat cream, didalam dilengkapi dengan sebuah spring-bed, kulkas, dan lain-lain. Suasana kamar pun dilengkapi dengan sebuah AC di sudut ruangan. Aku lalu duduk di atas sebuah kursi rotan, sementara Ricky mengambil air dingin dari kulkas.
"Geo, minum dulu!"
"ok, thanks", sambil mengambil air putih itu dari tangan Ricky aku membalas senyumannya yang manis dan membuatku selalu ingin menatapnya. Ricky lalu duduk di samping aku sambil memijat-mijat lenganku.
"Geo, apa rencanamu sekarang?" tanya Ricky.
"Apa ya.. Aku juga nggak tahu. Kita duaan aja disini. Gimana?" kataku sambil menatap kedua bola mata coklatnya.
Dia membalas tatapanku dengan senyuman.
"Mandi bareng yuk!" ajakku.
Ricky kembali tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda setujunya. Ricky memang seoorang yang mudah menebarkan senyum ke orang lain. Itu salah satu hal yang menarik pada dirinya. Aku merasa beruntung sekali bisa kenalan dengan dia dan lebih beruntung lagi, aku bisa mendapatkan hatinya dan menjadi pacarnya.
Aku lalu berdiri dan mengajak dia berdiri dengan memegang kedua tangannya. Sekarang kami saling berhadapan, karena tinggi kami sama, hingga pandangan kami sejajar dan aku mulai merangkul tubuh Ricky yang hangat dan mengeratkan kedua rangkulanku pada pinggangnya, sementara itu kedua tangan Ricky merangkul pada leherku. Aku mulai mendekatkan bibirku dan mulai menyentuh kulit putih bersihnya dengan bibirku.
"Akh.. Muachh"
Aku melekatkan ciuman pertamaku ke bibir Ricky. Ini memang pertama kalinya kami melakukan ciuman dan sentuhan birahi. Aku mulai menciumi dan merasakan kehangatan tubuh Ricky. Dengan rangkulan yang tetap erat, ciuman pun terus saja berlangsung. Kurasakan kalau kontol Ricky pun sudah mengganjal di perutku.
Menurut pengakuan Ricky, aku yang pertama menyentuh tubuhnya. Selama ini dia hanya sebatas teman dengan yang lain dan tidak pernah sampai ke tingkat pacaran. Sekali lagi aku merasa bangga dan beruntung, ternyata Ricky masih perjaka.
Sementara itu kami terus melakukan ciuman hangat dan penuh birahi yang membara. Aku dan Ricky sudah mulai panas dibakar api birahi masing-masing. Aku lalu melakukan adu lidah dengan Ricky. Aku memasukkan lidahku ke mulut Ricky dan disambut oleh gerakan liar lidahnya menggapai dan mengejar lidahku. Namun sesekali pula kami bermain di bibir. Aku terus saja mengulum dan mengisap bibir Ricky yang memerah.
Ricky pun mulai mengenal dan mulai belajar dari ciuman ini. Aku sengaja diam sejenak dan menunggu apa yang Ricky akan lakukan, ternyata dia agresif juga. Dia lalu menjulurkan lidahnya ke rongga mulutku dan menjelajahi seluruh ruang mulutku yang dapat digapai ujung lidahnya. Aku sendiri merasa kesulitan dalam bernafas, lidahnya terus saja menggeliat dan meliuk-liuk liar di dalam mulutku dan sesekali mengisap dan mengulum bibirku. Sejenak kemudian, Ia melepaskan ciumannya. Bibir kami basah oleh liur birahi kami.
Aku lalu mengusapkan tanganku ke bibirnya, "Enak ya sayang?" tanyaku.
"Enak banget Geo, lanjutin yuk?" ajaknya.
"Kita kan belum mandi, Ricky"
"Oh, iya. Mandi bareng yuk?"
"Ok. Setuju" sahutku. Kami lalu saling melepaskan pelukan.
Aku lalu mulai membuka kancing baju Ricky satu per satu. Setelah bajunya lepas, aku lalu mencium dan menjilati dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Ricky hanya mendesah kegelian. Aku lalu melanjutkannya ke bagian celananya. Kubuka resletingnya dan merosotkan celananya hingga tertinggal celana dalamnya saja yang berwarna merah kecoklatan. Di balik celana dalamnya itu, terbayang kontol Ricky yang sudah setengah mengeras. Aku secara refleks mendekati dan menggigit kontol Ricky yang masih berada di balik celana dalamnya. Ricky mengerang dan menggeliatkan tubuhnya sambil menyahut, "Akh.. Oughh". Tapi aku hanya menggigitnya dua kali. Aku lalu berdiri dan menyuruh Ricky melakukan hal yang sama.
Ricky lalu membuka bajuku dan menjilati puting susuku dan meremas-remas dadaku, aku mengerang keenakan, terus saja Ricky meremas dadaku lalu turun menjilati pusarku dan membuka celanaku. Hal yang sama pun dilakukannya kepadaku. Dia lalu menggigit dan sesekali merangsang dan meraba-raba kontolku yang masih terbungkus celana dalamku. Kedua tangan Ricky meraba-raba selangkanganku, aku terangsang dan menggeliat kegelian juga. Ricky lalu merosotkan celana dalamku. Akhirnya aku telanjang tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuhku. Kontan saja Ricky yang sudah dibakar berahi langsung menyerang kontolku yang masih berdiri setengah keras, Ricky langsung ingin menelan batang kontolku. Dia memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengisapnya terus sesekali menjilatinya.
"Oughh, akh.. Sudah Ricky. Kita belum bersih-bersih nih, nanti dilanjutin ya" sahutku.
Sesaat kemudian dia melepaskan kontolku dan menciuminya dengan bibirnya. Karena tak adil rasanya kalau aku sudah telanjang bulat lalu Ricky masih memakai celana dalamnya. Saat Ricky berdiri mengambil handuk, aku lalu merangkulnya dari belakang hingga tak bisa bergerak, lalu memerosotkan celana dalamnya dengan kedua tanganku ke bawah. Ricky hanya tersenyum memandangiku.
"Woow.. Ricky. Punya kamu gede juga" bisikku ke telinganya.
Kontan saja aku langsung memegang kontolnya dan mengulumnya seperti mengulum eskrim. Ricky mendesah sambil mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar. Aku terus saja mengerjai kontol Ricky yang sudah mulai tegang. Sesudah keras memerah, aku menghentikan aksiku, berdiri lalu dengan sekuat tenaga aku mengangkat tubuh Ricky dan membawanya ke kamar mandi ruangan itu.
Di dalam kamar mandi, kami pun tergoda untuk melakukan aktifitas seks sambil membersihkan badan. Waktu ricky sedang menggosok-gosok badannya dengan busa sabun, aku lalu memeluknya dan kembali menghujamkan ciuman hangat ke badannya. Sambil ciuman mulut, tubuh Ricky terdorong ke dinding kamar mandi hingga bersandar disana dn tubuhku pun menindih dan menghimpit tubuh licin Ricky antara dinding dan tubuhku. Aku menindihnya sambil terus melakukan rangsangan ke Ricky. Kontol Ricky sudah tegang dan berdiri keras, sama dengan kontol aku. Aku lalu turun menjilati badan Ricky yang masih berlumuran busa sabun.
"Ough.. Ough.. Terusin Geo. Enak!" kata Ricky dengan penuh desahan yang sangat membangkitkan gairahku.
Aku dengan liar saja terus saja menjilati badannya hingga mencapai daerah sensitifnya. Aku lalu mengulum dan menjilati kontolnya sesaat lalu mengocoknya dengan tanganku.
"Ricky, kita lanjutin di tempat tidur aja nanti ya?" ajakku.
Kami lalu membersihkan badan hingga selesai. Aku dengan penuh nafsu kembali memanjakan Ricky dengan mengangkat dan membawanya ke kamar tidur seusai mengeringkan badan.
Di atas tempat tidur aku merebahkan tubuh Ricky, dia hanya tertawa kecil sambil menyahut, "Berat ya Geo?"
"Akh.. Lumayan, tapi aku lebih merasakan kenikmatannya daripada beratnya" jawabku.
"Oh yeah? Hahaha" Ricky kembali tertawa kecil.
"Kita mulai aja ya sayang," bisikku, "Aku sudah tidak sabar nih" lanjutku.
Ricky hanya mengangguk dan sekali lagi tersenyum menatapku. Tatapan dan senyumannya kian membuatku gemas dan ingin segera menjamah tubuhnya.
Aku lalu mulai menindih tubuhnya dan mulai menikmati wajahnya dari atas. Dengan kedua tanganku di samping telinganya, aku menatap dan menikmati wajah ganteng dan manis Ricky. Kemudian setelah puas memperhatikan wajah Ricky, kemudian aku mulai menikmatinya dan merasakan langsung. Aku menciumi semua bagian mukanya dan kembali melakukan ciuman mulut, adu lidah dan saling meraba-raba tubuh seadanya yang bisa digapai tangan.
Kurasakan kedua tangannya meremas-remas pantatku dan aku terus saja menikmati ciuman mulut dengan dia. Dia pun menikmatinya dengan memberikan reaksi atas ciumanku dengan menggerakkan lidahnya kesana kemari di dalam mulutku, sesekali mengulum dan mengisap bibirku, menangkap ujung lidahku dan mengisapnya. Aku sangat nikmat sekali dengan ciuman ini. Tapi ini baru sebatas ciuman dan aku sudah merasa puas olehnya. Kami lalu melakukan posisi 69 alias oral seks. Kami melakukannya secara menyamping.
"Akh.. Ouhghh.." kenikmatan yang diberikan Ricky sangat memuaskan aku. Aku terus saja mengisap, menggigit-gigit kecil batang kontolnya dan sesekali mengulumnya seperti eskrim. Sesekali juga aku menjilati sela selangkangan pahanya yang putih bersih.
Sekian lama sesudah puas dengan posisi ini, kami lalu kembali berdiri berhadapan berlutut di atas spring-bed empuknya saling memeluk tubuh masing-masing, merasakan kehangatan dan kasih sayang serta cinta dari dalam hati.
Ricky lalu membaringkan badannya, dan aku masih dalam posisi setengah berdiri, aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Ricky selanjutnya. Dia kemudian meletakkan kedua tungkai bawah kakinya di atas kedua pundakku sambil memberikan kode bahwa aku akan menganalnya.
"Ric, kamu yakin dengan ini?" tanyaku. Setidaknya Ricky akan merasakan sakit dan aku tidak suka jika ia merasakan sakit.
"Ric, ini sakit Ric!" lanjutku meyakinkan.
"Nggak apa-apa kok Geo. Aku mau banget neh" sahutnya.
Karena ini kemauan dia sendiri, aku lalu mengangkap naik pantatnya lalu meludahi dan menggosokkan air liurku yang kental ke kontolku, yakin akan melakukannya, kemudian aku mendekatkan ujung penisku ke lubang pantatnya. Aku terlebih dahulu memasukkan jari tengah tangan kiriku ke lubang pantatnya sebagai awal pengenalan dan penyesuaian. Ricky merasa keenakan dan mendesah "Ouhgg.. Akh.. Uukhhss.."
Kemudian aku mulai memasukkan kedua jari tengah tangan kanan dan kiriku, lalu menarik kedua sisi lubang pantatnya ke arah yang berlawanan hingga lubang pantat Ricky agak melebar. Aku terangsang melihat lubang pantatnya yang agak melebar, "Sakit?" tanyaku.
"Iya, lanjutin aja Geo, jangan peduli sakitnya ya, nanti juga enak kok," jawabnya.
"Lho, kok kamu tahu? Kamu sudah pernah ya?" tanyaku lagi.
"Nggak pernah, kata orang sih begitu" jawabnyya mendesah.
Aku lalu dengan perlahan-lahan memasukkan ujung penisku ke dalam lubang yang sudah menganga lebar di depan kontolku. Kontolku sudah tidak siap memangsa dan menembus apa yang ada didepannya. Kini kepala kontolku menyentuh bibir pantatnya dan aku mulai mendorongnya masuk dan akhirnya, "Akh, ough, akh.. Ukhh.. Terusin pelan-pelan Mas" sahutnya.
Aku terus saja melambatkan masuknya penisku menembus keperjakaannya dan merasakan setiap sensasi yang daapt dirasakan dan dinikmati. Sambil memasukkan "senjataku" menembus lubang itu, aku mendongak ke langit-langit kamar namun konsentrasiku terus tertuju pada apa yang dapat kurasakan saat itu. Dan akhirnya seluruh batang penisku masuk ke lubang anus Ricky. Aku menghentikan aktifitas saat itu juga dan kembali memandangi raut wajah Ricky yang penuh pesona. Kulihat dia agak merasa kesakitan dan ia berusaha untuk menutupi itu.
"Ric, sakit kan Ric?"
"Iya, tapi nggak apa-apa kok Geo. Terusin aja ya, justru disitu sensasinya"
Aku hanya menaikkan alis mendengar tuturnya, "Benar juga sih" kataku dalam hati.
Aku mulai dengan perlahan-lahan mengayunkan pantatku atau mengocok lubang pantatnya dengan kontolku "Akh.. Akh.. Akh.. Akh" desahku membuat Ricky pun kian horny. Sambil mengentot Rick, aku mengocok penisnya yang tegang berdiri dengan tangan kananku membuat Ricky kian merasakan sensasi yang amat membuatnya merasa dalam surga dunia seks. Sementara tangan kiriku tak ketinggalan, tangan kiriku meraba-raba, mengelus-elus paha dan perut serta dada Ricky. Aku ingin membuat Ricky merasakan semua yang bisa ia rasakan dari aku.
Aku lalu berdiri lurus ke atas dan dengan kedua tanganku, aku menahan dan mengangkap bagian pantatnya ke atas untuk menjaga agar kontolku tetap berada dalam "rumah amannya" Aku ingin mengentot Ricky sambil berdiri dan dia dalam posisi terbalik. Akhirnya bisa juga aku berdiri meski dengan tubuh agak membungkuk sedikit, aku kembali mengentot Ricky secara perlahan.
Tak lama kemudian aku turunkan badan dan kembali ke posisi semula. Aku kembali mengentotnya dengan kuat, karena Ricky sudah merasa keenakan dan tidak merasa kesakitan lagi.
Akhirnya, "Oughh, akh.. Croott, croot, croot" Aku menghentakkan senjataku dan mengeluarkan peluru panasnya ke dalam tubuh Ricky.
"Akh.. Akh.." hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, aku merasa begitu jauh melayang dan merasakan sensasi seksual yang teramat sekali.
Aku sendiri saat itu lupa perasaan apa yang dialami si Ricky saat aku sudah mulai keluar sperma dan menghujamkan cairan kental ke dalam tubuhnya. Berahiku mulai reda namun Ricky belum mencapai klimaks. Aku mengeluarkan penisku dan berbaring lemas di tempat tidur. Ricky lalu berdiri dan membuka selangkanganku lalu dengan nafsu yang masih membara, dia lalu menusukkan penisnya yang masih berdiri keras dan kuat itu ke dalam anusku.
"Akh.. Oughh.. Oughh" rintihku kesakitan saat Ricky kontan saja tanpa basa-basi langsung menembus lubang pantatku. Aku tak menyangka kalau si Ricky begitu agresif soal ini.
Ricky mengentot aku dengan semangat birahinya yang masih tinggi, entot-annya luar biasa banet. Isi perutku terasa goyang semua badanku pun ikut goyang di atas spring-bed itu. Dan akhirnya, croott, croot, croott.. si Ricky menghujankan cairan hangat yang banyak ke dalam lubang pantatku.
"Oughh.. Akh.. Akh.. Ushh," desah Ricky dengan kepala mendongak ke langit-langit kamar.
Akhirnya kami selesai mencapai puncaknya, kami sangat puas sekarang. Kami lalu terasa mengantuk dan capek, kami lalu berbaring telanjang dan tertidur hingga pagi.
Tamat