Cinta Abadi - Cerita Seks Abg

Bookmark and Share
Hai, nama saya Noni. Sekarang saya masih kuliah di salah satu Universitas di Amerika. Cerita ini bermula dari 2 tahun yang lalu ketika saya dan Sinyo baru saja mulai pacaran. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 3 SMU. Semula kita ragu untuk melanjutkan kisah asmara kita ini karena saya akan melanjutkan sekolahku ke Amerika. Tapi kita sependapat untuk menjalani dulu keadaan ini. Pada waktu kelulusan, Sinyo bermaksud melanjutkan kuliahnya ke Bandung. Selama 2 minggu di Bandung Sinyo selalu mengeluh bahwa dia rindu denganku dan memintaku untuk menyusulnya ke Bandung.

Dengan alasan mau membuat visa ke Jakarta, akhirnya saya menyusul Sinyo ke Bandung. Di kost Sinyo, saya menyewa satu kamar untuk seminggu. Hari-hari pertama dilewatkan dengan canda tawa. Sebenarnya saya dan Sinyo suka melakukan petting. Tapi kita tidak pernah sampai melampaui batas.

Entah mengapa, pada hari ke-6, saat itu keadaan kost sedang sepi, terjadilah hal yang lain dari biasanya. Sementara kita menghabiskan waktu berdua di kamar. Waktu itu kita sedang bercengkerama. Seperti biasa dia tidak bisa diam kalau sedang berbicara berdua denganku. Dia mulai mencium bibirku dengan mesra. Tangannya mulai meraba buah dadaku dengan lembut. Perlahan, kancing bajuku dibukanya satu persatu. Sambil terus melumat bibirku, dia mulai melepaskan pengait BH-ku. Kemudian tampaklah buah dadaku yang walaupun tidak terlalu besar (34) namun cukup membuat Sinyo ketagihan untuk menciuminya.

Sinyo mulai menciumi dan meremas buah dadaku. Bila sudah begini, biasanya saya tidak akan tahan lama. Kemudian saya menindih Sinyo dan mulai menggesek-gesekan kemaluanku pada kemaluannya. Walaupun kita masih sama-sama mengenakan celana jeans, gesekan-gesekan yang saya lakukan itu terasa nikmat sekali. Saya membayangkan alangkah nikmatnya bila kemaluan Sinyo dimasukkan ke dalam liang kewanitaanku.

Sebenarnya saya termasuk orang yang berpendirian kuat untuk menyerahkan kesucianku pada malam pertama. Tapi saya merasa yakin bahwa Sinyolah yang akan menjadi calon suamiku. Dan mungkin karena saya terlalu mencintai Sinyo, sehingga saya rela menyerahkan kesucianku pada Sinyo.
Kemudian saya berkata kepada Sinyo "Kamu mau tidak melakukan itu dengan saya?".
"Saya tidak mau, kamu nanti akan menyesal".
"Saya siap, dan apapun resikonya saya tidak akan menyesal".
"Kalau kau memang menginginkannya, bukalah celanamu untuk membuktikannya".

Kemudian saya membuka semua celanaku sehingga saya sekarang tampil tanpa busana di depan Sinyo. Dia tampak terkejut dengan perbuatan nekat yang saya lakukan. Tapi kemudian dia menyadari bahwa saya bersungguh-sungguh. Kemudian dia juga menanggalkan celananya dan tampaklah kemaluannya yang sudah berdiri tegak menantang. Dia mulai menciumi bibir dan buah dadaku. Seolah tanpa sadar, saya terus mendesah, sementara Sinyo semakin menciumiku dengan buas. Terasa ada cairan hangat yang mengalir keluar melalui liang kewanitaanku.

Kurang lebih 10 menit kemudian Sinyo bertanya, "Apakah kamu sudah siap?".
"Ya, lakukan saja".
Sinyo mulai mengambil posisi agar kemaluannya dapat masuk ke dalam liang surgaku dengan tepat. Sambil terus menciumiku, tangannya mulai meraba-raba, mencari lubang senggamaku. Setelah ketemu, dibimbingnya kemaluannya menuju liang kewanitaanku. Dengan hati-hati ditekannya kemaluannya. Tapi kemaluannya selalu menemukan kesulitan dalam menembus kesucianku. Di samping itu, setiap kali dia berusaha memasukkannya, saya selalu meringis karena perih.

Dia kelihatan mulai resah karena selama 10 menit belum bisa menembus pertahanan saya.
"Noni, coba kamu lebarkan kedua kakimu lebih lebar lagi".
Saya menuruti permintaan Sinyo. Saya mengangkat kedua kakiku dan membukanya lebih lebar sehingga Sinyo dapat dengan leluasa mengarahkan kemaluannya ke liang senggamaku. Sedikit demi sedikit, kepala kemaluan dia mulai dapat masuk ke dalam liang kewanitaanku. Walaupun saya merasakan perih, saya mencoba untuk tidak mengeluh kepada Sinyo. Sinyo mulai memaju-mundurkan kemaluannya, hingga pada suatu saat, Sinyo mulai menekan kemaluannya dengan kuat.

Saya terpekik terkejut karena kemaluan Sinyo sekarang telah berada di dalam liang kewanitaanku semuanya.
"Sakitkah Sayang?".
"Ehm..., tidak apa-apa, teruskan saja".
"Kalau sakit bicaralah dan saya akan menghentikan semua ini".

Sinyo mulai memaju-mundurkan kemaluannya. Semula saya masih merasakan sakit, tapi kemudian saya mulai dapat merasakan kenikmatan ayunan pinggul Sinyo. Saat itu Sinyo hanya setengah sadar. Matanya mulai terpejam, seolah menikmati gesekan demi gesekan. Kadang Sinyo mempercepat gerakannya, kadang memperlambat. Sayapun mulai mendesah tidak karuan
"Uh..., Sayang, aduh nikmat sekali..., terus, ough...".
"Noni, aku cinta kamu..., nikmat nggak Sayang?".
"Ehm..., nikmat sekali, teruskan, lebih cepat lagi...".
Sinyo mulai mempercepat permainannya, dan sayapun mendesah sambil terus menyebut namanya. Sinyo semakin mempercepat ayunannya karena dia merasa telah hampir sampai klimaks.
"Sayang, apakah kamu keberatan kalau saya mengeluarkan sperma saya di dalam kemaluanmu?".
"Tidak, lakukan saja. dua hari yang lalu tamu bulananku sudah habis, jadi saya tidak mungkin hamil".

Kemudian Sinyo mengerang halus dan dia mengalami klimaks. Sebenarnya saat itu sayapun hampir mengalami klimaks, tapi ternyata Sinyo telah mendahuluiku, sehingga saya tidak merasakan klimaks saat itu. Sinyo kemudian lemas dan berbaring di sebelahku. Dari liang kenikmatanku mengalir cairan sperma Sinyo beserta beberapa tetes darah yang menjadi satu dengan spermanya.

Seolah kemudian saya tersadar, saya mulai menangis sesegukan. Saya menyesal telah melakukan semua ini.
"Sayang, maafkan, aku telah merusak dirimu!".
"Tidak, kamu tidak bersalah. Aku hanya merasa sedih, sekarang saya sudah tidak suci lagi".
"Noni, percayalah, saya tidak akan meninggalkan kamu".
"Saya percaya denganmu Sayang. Saya sangat mencintaimu".
"Saya juga cinta kamu".

Kejadian itu sudah berlalu hampir 2 tahun yang lalu. Kemudian saya melanjutkan sekolah saya ke Amerika. Hingga sekarang hubungan kami masih terus berlanjut, dan sekarang telah direstui oleh kedua belah pihak. Saya dan Sinyo berjanji untuk saling setia, walaupun jarak yang memisahkan kita begitu jauh. Semoga hubungan kami ini dapat terus berjalan sampai menuju jenjang pernikahan nanti.


TAMAT