Sleeping Beauty

Bookmark and Share
Alkisah, hiduplah sepasang raja dan ratu yang menginginkan seorang anak, namun mereka tak kunjung mendapatkannya. Masalah ini membuat raja dan ratu sangat bersedih. Hingga suatu hari, ketika ratu sedang mandi, seekor katak berenang dari air menuju daratan dan berkata kepadanya, “Permohonanmu akan dikabulkan. Kau akan memiliki seorang putri sebelum satu tahun berlalu.”

Ramalan katak itu menjadi nyata. Sang Ratu melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik hingga Raja begitu bahagia dan menyelenggarakan pesta besar. Dia tidak hanya mengundang kerabat, teman dan kenalan, tetapi juga para penyihir agar mau mendoakan anak yang baru lahir ini. Di kerajaannya, ada tiga belas orang penyihir, namun sang Raja hanya memiliki dua belas piring emas, sehingga salah satu dari mereka terpaksa harus ditingggal di rumah.
 
Pesta itu berlangsung meriah dan megah, dan ketika pesta itu berakhir, para penyihirnmenganugerahkan hadiah magis mereka untuk si bayi. Yang satu memberikan kebajikan, yang kedua memberikan kecantikan, yang ketiga kekayaan, dan begitu seterusnya dengan harapan-harapan yang paling didinginkan di dunia.


Ketika sebelas penyihir telah menyebutkan berkahnya, tiba-tiba penyihir ketiga belas muncul. Dia datang dengan penuh dengki karena tidak diundang ke pesta. Kemudian, tanpa permisi, dia berteriak lantang, "Pada saat ulang tahunnya yang kelima belas, sang putri akan menusuk jarinya dengan jarum pintal, lalu mati.” setelah itu, tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan meninggalkan ruangan.
 
Mereka semua terpana. Namun penyihir kedua belas, yang anugerah baiknya belum diucapkan, melangkah maju. Karena dia tak bisa mencegah mantra jahat itu, dia berkata, ”Dia takkan mati, hanya tertidur selama seratus tahun.”
 
Sang raja begitu sedih mendengar ramalan untuk putrinya. Dia memerintahkan semua alat pintal harus dibakar. Sementara itu, anugerah dari penyihir-penyihir yang lain, memenuhi sang putri. Dia menjadi sangat cantik, sederhana, baik hati dan bijaksana, sehingga setiap orang yang bertemu dengannya langsung menyukainya.
 
Bertahun-tahun kemudian, ketika sang putri menginjak usia lima belas tahun, raja dan ratu sedang tidak berada di istananya, dan sang Putri ditinggal di kastil sendirian. Dia berjalan-jalan mengelilingi istana, melihat ke setiap ruangan dan kamar, hingga dia sampai di sebuah menara tua. Dia memanjat tangga memutar yang sempit dan sampai di depan sebuah pintu. Kunci yang berkarat menempel di lubang pintu, ketika dia memutarnya, pintu itu terbuka. Di ruangan kecil itu, duduk  seorang perempuan tua di depan alat pintal, sibuk memintal rami.
 
"Selamat siang, Nek," kata sang Putri, "Apa yang kau lakukan disini?"
 
"Aku sedang memintal," katanya sambil menganggukkan kepala.
 
"Benda apa itu yang berderak-derak seperti suara musik tarian?” tanya gadis itu. Dia mendekati alat pintal itu dan ingin mencobanya. Namun begitu dia menyentuhnya, kutukan jahat itu terjadi dan jarinya tertusuk jarum.
 
Sang putri terjatuh dan terkubur dalam tidur panjang. Seluruh istana ikut tertidur bersamanya, sang raja dan ratu yang baru pulang dan masuk aula besar pun mulai tertidur beserta seluruh anggota istana. Kuda-kuda tertidur di istal mereka, begitu juga anjing-anjing di halaman, merpati-merpati yang bertengger di atap serta lalat di dinding. Bahkan api yang menyala diperapian pun menjadi beku, daging panggang melengkung. Dan koki yang hendak menarik rambut seorang bocah tukang cuci piring karena melupakan sesuatu, melepaskannya dan ikut tertidur. Angin membeku, dan pohon-pohon di depan kastil tak bergerak lagi.
 
Di sekeliling kastil mulai tumbuh tanaman rambat berduri, yang semakin tahun semakin tinggi, hingga akhirnya mengelilingi istana dan membentuk kubah samapi kastil itu tidak terlihat lagi, bahkan bendera kerajaan yang dipasang di atas atap pun sudah sepenuhnya tertutupi. Namun kisah tentang sang putri jelita yang tertidur tersebar ke seluruh dunia, dan dari waktu ke waktu banyak pangeran yang datang dan berusaha menembus pagar berduri menuju istana.
 
Namun semua itu sia-sia karena tanaman berduri itu saling mengait satu sama lain seperti tangan-tangan yang memilikipikiran sendiri. Setiap kali seorang pangeran terperangkap di dalamnya, mereka tak bisa keluar lagi dan mati dengan mengenaskan.
 
Setelah bertahun-tahun berlalu, seorang pangeran mendatangi negeri itu dan mendengar cerita seorang petani tua tentang tanaman berduri yang melingkupi kastil. Di dalam kastil itu, seorang putri cantik telah tertidur selama seratus tahun, begitu pula dengan raja dan ratu serta seluruh isi kastil. Banyak pangeran yang datang dan berusaha melewati pagar berduri, namun mereka terperangkap dan meninggal.
 
Anak muda itu berkata, ”Aku tidak takut. Aku akan masuk dan melihat Putri Tidur itu."
 
Petani tua itu mencegahnya, namun sang pangeran tak gentar.
 
Saat ini, seratus tahun telah berlalu, dan waktunya bagi sang putri untuk terbangun lagi. Ketika pangeran datang ke pagar tanaman berduri itu, dia tak melihat apapun kecuali bunga-bunga  yang cantik, yang saling melepaskan dirinya sendiri dan membiarkannya masuk tanpa tersakiti. Kemudian, sulur-sulur mereka kembali saling memeluk dan berkait.
 
Di halaman istana, dia melihat kuda-kuda dan anjing-anjing tertidur. Di atap, seekor merpati menyembunyikan kepalanya di sayap mereka. Dan ketika dia memasuki istana, dia melihat seekor lalat tertidur di dinding, koki di dapur masih mengulurkan tangan untuk meraih bocah laki-laki, dan pelayan masih duduk di depan ayam betina hitam yang akan dikulitinya.
 
Dia terus berjalan. Di aula besar dia melihat seluruh anggota kerajaan tertidur, raja dan ratu terbaring di singgasana mereka. Saat itulah sang pangeran melakukan kesalahan fatal, melihat kecantikan sang ratu, dia mengira wanita itu sebagai sang putri. Jadi dia mendekatinya.
 
Disentuhnya gaun tidur ratu yang tipis, benda itu langsung hancur karena saking lapuknya. Tubuh mulus sang ratu segera terlihat dengan jelas, begitu putih dan molek. Pantas saja sang pangeran sampai keliru. Pemuda itu menyeringai merasakan nafsunya yang perlahan mulai bangkit. Dielusnya paha licin sang ratu yang menyilaukan mata, ditepisnya sisa kain yang masih menutupi kemaluan wanita cantik itu.
 
”Ehm,” sang ratu mendesah pelan dalam tidurnya.
 
Tangan sang pangeran bermain disana, meraba, menyentil, menggosok-gosok,  bahkan berusaha memasukkan jari telunjuknya ke dalam vagina yang tercukur bersih itu. Dia membuka paha sang ratu agar bisa melihat benda itu lebih jelas. Dengan posisi mengangkang seperti ini, kemaluan itu terlihat lebih menggairahkan. Benda itu tampak sudah mulai basah, warnanya memerah agak kecoklatan, dengan bibir kemaluan yang sudah mulai terbuka sedikit.
 
Dengan nafsu membara, sang pangeran mengocoknya hingga kemaluan itu mengeluarkan lebih banyak cairan dan nafas sang ratu terdengar semakin cepat. Tapi meski begitu, perempuan itu masih terlelap. Selama belum dicium, dia tidak akan bangun. Sang pangeran yang mulai tidak tahan, segera membuka dan melucuti seluruh bajunya. Penisnya yang besar terasa agak sedikit ngilu saat dia keluarkan dari balik celananya yang ketat. Dalam sekejap, pangeran muda itu sudah telanjang bulat.  Tubuhnya terlihat sangat atletis, juga kekar. Dadanya bidang berotot, perutnya rata dan keras, dengan lengan dan kaki yang kuat karena sering bermain pedang dan berkuda. Dia mengelus pelan penisnya yang panjang sambil memandangi tubuh bugil sang ratu dengan takjub. Tubuh sintal itu tergolek pasrah dengan vagina yang terbuka lebar siap untuk dinikmati. 
 
Mengikuti hawa nafsunya, sang pangeran segera mengambil posisi. Dia berlutut diantara paha sang ratu dan menguak bibir kemaluan wanita cantik itu. Dibimbingnya penis yang ada di selangkangannya ke lubang kencing sang ratu. Dengan sedikit hentakan kasar, dia memaksa benda itu untuk masuk.
 
”Uhhh,” rasanya nikmat sekali saat ujungnya mulai tenggelam. Sambil terus mendorong, sang pangeran menyambar bibir tipis sang ratu dan melumatnya mesra. Sesuai dengan ramalan, kutukan yang menimpa sang ratu pun terpatahkan. Wanita cantik berdada besar itu terbangun tepat pada saat penis sang pangeran menancap penuh memenuhi liang vaginanya.
 
”Auw!” perempuan itu menjerit kaget. Dia mendorong kasar tubuh sang pangeran yang menindih berat di atas tubuhnya. ”A-APA YANG KAU LAKUKAN?!!” jeritnya keras.
 
Tapi sang pangeran tidak peduli. Dia sudah terlanjur suka dengan tubuh sang ratu. Vagina perempuan itu terasa begitu nikmat, lembut dan sempit sekali, membuat penisnya yang besar serasa dijepit dan dipijat-pijat ringan. Melenguh keenakan, pangeran itu pun menggerakkan penisnya. Dia menggenjot tubuh mulus sang ratu dengan sekuat tenaga.
 
Mendapat serangan yang brutal seperti itu, sang ratu berusaha untuk melawan. Dia meronta-ronta dan menjerit-jerit, tapi tentu saja tidak ada yang datang untuk menyelamatkannya karena seisi istana masih tertidur karena kutukan. ”Jangan! Lepaskan aku! Kau baj. . .” umpatannya terputus oleh ciuman sang pangeran.
 
”Diamlah! Kau milikku sekarang.” sambil melumat, pangeran itu juga meremas-remas payudara sang ratu yang membusung indah. Dua jarinya menjepit, memilin dan memijit-mijit puncak putingnya yang sudah tegak kemerahan, dan menarik-nariknya keras hingga benda itu semakin kelihatan tegak menantang.
 
”Ough!” sang ratu melenguh. Sebagai seorang wanita normal yang sudah 100 tahun tidak merasakan seks, merasakan gesekan penis sang pangeran yang terasa begitu nikmat di selangkangannya, membuat dia akhirnya tergoda juga. Apalagi dilihatnya sang pangeran ternyata cukup tampan hingga rasanya tak rugi menyerahkan tubuh kepadanya. Perlahan, rontaannya wanita cantik itu pun melemah, berganti dengan pelukan erat penuh kemesraan. Jeritannya yang memilukan, berganti dengan desahan dan rintihan samar yang penuh gairah.
 
Sang pangeran yang melihatnya, tersenyum lebar dan menggenjot tubuhnya makin cepat. ”Ya, begitu. Akan kuberikan kenikmatan tiada tara padamu kalau kau juga menikmatinya.” bisiknya mesra sambil kembali melumat bibir tipis sang ratu. Dia tak henti-hentinya meremas payudara lembut milik wanita cantik itu. Pinggulnya terus bergerak naik turun, penisnya tak henti-hentinya menggesek dinding vagina sang ratu yang dirasanya semakin lama semakin lentur mengepit kemaluannya.
 
”Aahhhhh... Auhhhhh... Arghhhhhh...!” sang ratu mulai mengeluarkan rintihan-rintihanyan yang erotis. Bibirnya yang tipis tampak basah dan setengah terbuka, meminta untuk dilumat sekali lagi.
 
”Enak bukan?” tanya sang pangeran sambil mengeluarkan penisnya yang sudah basah berlumuran cairan. ”Aku juga merasa nikmat. Tubuhmu enak sekali, empuk dan hangat!” dia menggesek-gesekkan ujung penisnya ke bibir vagina sang ratu, menggelitik klitoris perempuan itu hingga sang ratu menggelinjang dan merem melek keenakan. Pinggul wanita itu bergerak berputar-putar, seakan tak sabar menanti  sang pangeran untuk kembali menusukkan penisnya.
 
”Cepatlah! Tekan yang dalam! Aku menginginkannya!” wanita itu menuntut.
 
Sang pangeran tersenyum. ”Tahan, ya?” pemuda itu meluruskan lagi penisnya dan menekannya kuat-kuat.
 
”Oughhhhhhh!” sang ratu menjerit panjang, dia berusaha merapatkan pahanya ketika penis sang pangeran menembus kembali kemaluannya.
 
Tapi dengan tegas sang pangeran menolak. ”Buka! Aku ingin bergerak lebih bebas di tubuhmu!” dia  memerintahkan sang ratu untuk terus mengangkangkan pahanya. Dia senang melihat penisnya yang besar keluar masuk di lubang kemaluan wanita cantik itu.
 
”A-apakah masih lama?” tanya sang ratu dengan raut muka lelah dan rintihan yang semakin keras.
 
Sang pangeran makin mempercepat genjotannya, tangannya memegangi kedua payudara sang ratu yang terpantul-pantul indah. ”Sebentar lagi, manis. Aku sudah tak kuat menahannya lebih lama lagi. Tubuhmu terlalu nikmat!” bisiknya mesra.
 
”Aku juga mau keluar! Oouggrrhhhhhhhh...!!!” pantat sang ratu terhentak kuat dan menyemburlah cairan cintanya. Tubuhnya bergetar-getar sebentar sebelum akhirnya lemas kehabisan tenaga.
 
”Aagghhhhhh!” sang pangeran bergidik. Penisnya rasanya seperti disiram dan diremas-remas kuat. Dia pun tak tahan lagi. Berpegangan pada dada sang ratu yang membusung, pemuda itu pun memuntahkan maninya. Ia menyemprotkannya kuat-kuat ke dalam rahim sang ratu.
 
”Terima kasih, putri. Tidak rugi aku berusaha menyelamatkanmu!” bisik sang pangeran sambil mengecup dahi perempuan di depannya.
 
 ”Putri?!” sang ratu berkerut. ”Aku ratu istana ini, putri ada di menara tua di belakang istana.”
 
Sang pangeran melongo. ”J-jadi... kau bukan sang putri?”
 
Ratu menggeleng. ”Sang putri lebih cantik daripada aku.”
 
”Tapi aku tidak menyesal bersetubuh denganmu. Kau begitu nikmat!” sang pangeran mencabut penisnya. Nampak lelehan spermanya mengalir keluar dari daerah kemaluan sang ratu. ”Aku tidak keberatan untuk mengulanginya lagi.”
 
Sang ratu menggeleng. ”Tidak. Takdirmu adalah menemui sang putri. Selamatkanlah dia agar istana ini bisa hidup kembali.” 
 
Sang pangeran memandangi seisi istana yang masih membeku, lalu kembali ke tubuh mulus sang ratu yang masih telanjang di depannya. ”Setelah menyelamatkan putri, aku akan kembali menemuimu.”
 
”Aku tidak yakin,” perempuan itu meragukannya. ”Tapi aku akan tetap menunggumu.”

Sang pangeran pun pamit. Dengan cuma bercelana panjang, dia berjalan menuju ke  belakang istana. Tak lama, ia sampai di kaki sebuah tangga batu yang adalah jalan menuju ke menara tua. Di puncaknya ada sebuah pintu. Itulah pintu kamar sang putri yang dikutuk. Sang pangeran membukanya dan terpana. Berbaring di atas ranjang marmer, terlihat sang putri yang masih tertidur dengan tenang. Wajahnya begitu cantik dengan lekuk tubuh seindah biola eropa, seakan waktu tak bisa menyentuhnya. Posisi tidur perempuan sungguh menggoda, lengan kanannya terangkat ke atas dan paha kirinya terbuka. Apalagi tubuh gadis itu juga telanjang, hanya berselimutkan kain merah tipis yang gagal menyembunyikan lekuk-lekuk tubuhnya.
 
Dengan mata tak berkedip, pelan-pelan sang pangeran menghampirinya.  Ia menepuk pipi sang putri tapi tak ada reaksi. Pangeran ingat, tadi dia bisa menyadarkan ratu dengan mencium bibirnya. Pemuda itupun mencoba mencium sang putri. Dikulumnya bibir tipis yang sangat menggoda itu. Terasa lembut dan sangat nikmat.
 
”Ehmmp,” sang putri mulai bergerak. Gadis cantik itu perlahan membuka matanya dan mengerjap-ngerjap bingung. ”S-siapakah kau?” dia bertanya, suaranya mengalun selembut angin surgawi.
 
”Aku pangeran yang ditakdirkan untuk menyelamatkanmu.” pemuda itu memandang mata sang putri yang bulat dan bening, tampak sangat terpesona.
 
”Terima kasih. Tapi aku tak bisa membalas kebaikanmu.” sang putri merenggangkan tubuh sintalnya, memeriksa apakah semua bagiannya masih utuh setelah dia tertidur sekian lama. Saat itulah dia tiba-tiba menjerit. ”Auw!
 
Sang pangeran cepat merangkulnya, ”A-ada apa?” dia bertanya kuatir.
 
”Eng, k-kemaluanku... s-sakit!” ujar gadis itu sambil menunduk dengan muka kemerahan. Dia memegangi selangkangannya sambil mengernyit.
 
”Biar kulihat!” sahut sang pangeran antusias. Dia segera membuka kaki sang putri dan memeriksa vaginanya. Rupanya ada serangga kecil yang masuk ke kemaluan gadis cantik itu. ”Cuma semut kok!” sang pangeran mengambil dan membuangnya.
 
Sang putri sudah akan menutup kakinya saat dengan tiba-tiba pangeran yang baru dikenalnya ini memasukkan dua jarinya. ”Biar kuperiksa dulu, siapa tahu ada yang masuk ke dalam.” sambil berkata begitu, dia pun menguak vagina gadis itu dan mengocoknya.
 
Sang putri langsung melenguh. ”Auw! Jangan! Geli!” desisnya sambil menggelinjang. Inilah untuk pertama kalinya ada sesuatu yang masuk ke selangkangan gadis itu.
 
Begitu tahu kalau gadis itu masih perawan, sang pangeran segera mencabut jarinya. Dia ingin merobek selaput dara sang putri dengan penisnya, bukan dengan jarinya. ”Kau cantik sekali,” bisiknya mesra sambil sekali lagi melumat bibir tipis sang putri.
 
Yang dirayu cuma  tertawa kecil dan membalas ciuman itu tanpa keberatan. ”Kamu suka sekali menciumku, ya?” dia bertanya.
 
”Semua yang ada pada dirimu aku suka, putri, termasuk ini...” pemuda itu meraba payudara besar milik sang putri dan meremas-remasnya mesra.
 
”Ahhh,” putri cantik itu mendesah pelan saat tangan itu terus menyusup masuk ke balik selimut dan memilin-milin putingnya yang sudah tegak mengacung.  “Enghhhhh...” rintihnya tiap kali tangan pangeran meremas payudaranya.
 
“Uh, dadamu besar sekali. Enak banget rasanya!” bisik sang pangeran.
 
Sang putri tidak mampu menjawab, dia begitu menikmati pijitan sang pangeran pada payudaranya hingga cuma bisa merintih dan mendesah keenakan, ”Ough.. Ohhhhh... Sshhhhh.. K-kenapa bisa... s-seperti ini?! Jeritnya pelan
 
”Apanya?” sang pangeran bertanya sambil menjilati puting susu dihadapannya yang terlihat mungil kemerahan, tampak begitu menggoda.
 
”S-seharusnya... kita tidak b-boleh... m-melakukan iniii...!” sahut sang putri terbata-bata.
 
”Sst, diamlah.” sang pangeran menutup mulut gadis itu dengan ciumannya. ”Akulah laki-laki yang ditakdirkan menjadi jodohmu. Apakah kau keberatan memberikan keperawanan kepada calon suamimu ini?” dia bertanya.
 
Sang putri memandang laki-laki tampan dan gagah yang ada di hadapannya. Setelah berpikir sejenak, senyum terukir di wajah cantiknya dan dia pun mengangguk. ”Ambillah, pangeran. Tubuhku milikmu seutuhnya.” sahutnya.
 
Sang pangeran segera merangkul calon permaisurinya ini dengan penuh cinta dan menghadiahinya dengan ciuman yang amat banyak. ”Terima kasih, putri. Aku janji tidak akan membuatmu kesakitan.” sambil berkata begitu, pemuda itu menarik lengan sang putri ke belakang dan mengikatnya dengan tanam rambat yang banyak tumbuh disitu.
 
”Ah, kau mau apa?” tanya sang putri tidak mengerti.
 
“Sst, tenanglah. Nikmati saja permainan ini.” sahut sang pangeran. Tangannya kembali bermain di dada sang putri yang montok.  Dia meremas-remas dan menjilati benda bulat padat itu sambil tangannya yang lain mengocok vaginanya yang terasa sudah mulai basah.
 
Diperlakukan seperti itu, sang putri cuma bisa mendesah dan menggelinjang hebat. Keringat mulai bercucuran di tubuhnya yang sintal, sementara pinggulnya terus bergerak-gerak mengimbangi tangan sang pangeran yang menggesek-gesek daerah kewanitaannya. Perempuan itu sulit untuk duduk diam. Rintihannya makin lama terdengar semakin keras, tanda kalau dia sudah terangsang berat.
 
”Aahhhh.. pangeran, aku.. kemaluanku... Oohhhhh.. aduh, rasanya...”
 
“Sudah basah. Lihatlah!” sang pangeran menunjukkan jari-jarinya yang berlumuran cairan cinta perempuan itu. ”Kau sudah siap.” bisiknya sambil melepas ikatan sang putri.
 
“Ahhhhh.. K-kalo begitu... cepat... m-masukkan!” pinta sang putri tak sabar. Pinggulnya terus bergerak berputar-putar seperti meminta. Dia sampai ingin menangis karena saking hebatnya rangsangan yang ia terima.
 
”Sst.. sabar ya!” sang pangeran mengeluarkan penisnya dan memberikannya pada gadis itu. ”Emut dulu ini!”
 
Sang putri, tanpa perlu disuruh dua kali, segera memasukkan benda coklat panjang itu ke dalam mulutnya. Dia menghisap dan menjilati penis sang pangeran dengan penuh antusias.
 
”Cukup!” Sang pangeran menarik penisnya. Dia tidak ingin ejakulasi di mulut perempuan itu. Selanjutnya, dia memerintahkan sang putri untuk membungkuk berpegangan pada tembok.
 
“Aku akan memasukkannya dari belakang.” bisik laki-laki itu sambil memposisikan dirinya. Sepatu botnya menyelip diantara kaki sang putri untuk membuka kaki perempuan itu lebih lebar lagi. ”Tahan ya!” dia mengarahkan penisnya dan mendorong. Awalnya begitu susah karena vagina sang putri masih sangat sempit. Tapi sang pangeran tidak berputus asa, dia terus mendorong dan berusaha. Setelah beberapa kali tusukan yang gagal, dia akhirnya berhasil. Diiringi jeritan panjang sang putri, melesaklah penis laki-laki itu menembus kemaluannya.
 
”AARRGGGHHHHHHHHHHHHH!!!” wanita cantik itu mengaduh merasakan selaput daranya yang robek menyakitkan.
 
”Aku akan pelan-pelan,” bisik sang pangeran sambil mulai menggerakkan penisnya, tampak tak peduli dengan darah perawan sang putri yang merembes menetes dari sela-sela vaginanya.
 
”Auw! Auw!” sang putri terus mengaduh tiap kali penis sang pangeran menggesek luka di dinding kemaluannya. Ingin menangis saja rasanya, tapi dia takut mengecewakan laki-laki itu. Jadi dia berusaha menahannya dengan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sambil memejamkan mata.
 
Semakin lama, tusukan penis sang pangeran menjadi semakin cepat. Tampaknya, vagina sang putri sudah bisa menerima kehadiran penisnya. Lubang sempit itu sekarang terasa begitu hangat dan basah, semakin mempermudah laki-laki itu untuk melakukan penetrasi.
 
”Masih sakit?” tanya sang pangeran sambil berpegangan pada payudara sang putri yang membusung.
 
”S-sudah lumayan.” sahut perempuan cantik itu. Jeritannya kini sudah jauh berkurang, berganti dengan desisan dan rintihan pelan. Tampaknya dia sudah bisa menikmati permainan itu.
 
”Aku sudah hampir keluar.” bisik sang pangeran sambil meremas payudara sang putri kuat-kuat, dan sebelum dia sempat mencabut penisnya, menyemburlah berjuta-juta sperma memasuki lubang rahim perempuan itu. ”Uhhh... ahhhhh.. arghhhhh...!!” tubuhnya berkedut-kedut sebentar sebelum akhirnya ambruk menindih tubuh montok sang putri.
 
”Ahhh,” sang putri mendesah merasakan kemaluannya yang kini terasa begitu penuh. Meski tidak ikut orgasme, tapi dia ikut puas karena bisa melayani sang pangeran dengan baik.
 
”Terima kasih sudah memberikan perawanmu kepadamu.” bisik laki-laki itu.
 
”Kau suka?” tanya sang putri.
 
”Oh nikmat sekali. Aku mencintaimu!”
 
”Aku juga mencintaimu!”
 
Mereka berciuman dan hilanglah kutukan penyihir ketiga belas. Raja dan seluruh penghuni istana terbangun dan menatap bingung satu sama lain. Kuda-kuda berdiri dan meringkik. Anjing-anjing melompat dan menggoyang-goyangkan ekor mereka. Merpati di atap mengeluarkan kepala dari bawah sayapnya, melihat sekeliling, lalu terbang ke langit. Lalat di dinding merayap kembali, api di dapur kembali menyala, meliuk-liuk membakar daging. Koki meyentil telinga si bocah hingga dia berteriak, dan si pelayan mulai mencabuti bulu-bulu ayam. Semua makhluk yang tertidur di kastil itu terbangun.
 
Dengan penuh kebahagiaan, pangeran dan sang putri turun dari menara. Raja dan ratu menyambutnya dan mengadakan pesta untuk merayakan pernikahan mereka. Pangeran dan putri hidup berdua bahagia selamanya.
 
END