Kegagalan pria dalam hubungan seks

Bookmark and Share
Seorang pria yang tidak dapat melakukan penetrasi genital dengan wanita secara baik, sangat memungkinkan karena ia menderita impotensi, ejakulasi dini, atau bahkan bukan 'laki-laki'. Kapasitas dalam penetrasi itu sendiri sering dipersoalkan untuk menentukan kemampuan dan kredibilitas eksistensi keperiaan. Ada pendapat bahwa kemampuan penetrasi yang waktunya di bawah 10 menit dianggap lemah, sementara yang bisa satu jam atau lebih dianggap super perkasa. Padahal, menurut secara normal, penetrasi ketika bersanggama pada umumnya berkisar 7-9 menit saja.

Secara normal, pria yang melakukan penetrasi, sebagai proses lanjutan aktivitas yang melibatkan emosi, pada umumnya tercipta sensasi-sensasi emosi. Artinya, ketika pria melakukan penetrasi genital dengan wanita merasakan getaran rasa yang besar dalam kenikmatan, baik fisik maupun psikis yang kemudian berujung pada rasa puas, baik itu diri sendiri ataupun pasangannya. Dan pria yang dapat memperpanjang waktu penetrasi, tentunya punya kesempatan untuk mengeksplorasi petualangan emosinya, dalam berbagai bentuk, tergantung pengetahuan dan pengalaman yang bersangkutan.

Seorang pria yang banyak membaca buku yang memuat informasi tentang teknik bercinta, mungkin akan memfantasikan berbagai teknik ketika penetrasi genital dalam fase hubungan seks. Demikian pula ketika pria yang pernah melihat berbagai adegan dalam blue film, mungkin akan meniru atau membayangkan salah satu filenya. Sedangkan seorang pria yang mempunyai wawasan atau catatan pengalaman lebih banyak, sudah pasti lebih kaya dalam mengeksplorasi emosinya.

Persoalannya adalah apa yang disebut kualitas berhubungan seks yang maksimal? Seperti yang telah disebutkan, hubungan seks adalah salah satu cara komunikasi total fisik maupun piskisdua personal (normalnya lawan jenis) melalui proses aktivitas seksual. Proses komunikasi yang melibat raga dan jiwa ini akan memberikan tekanan-tekanan emosi yang berupa perasaan-perasaan senang atau sebaliknya, nikmat, sakit, rileka, tegang, sensasi, kepausan, kekecewaan. Tentunya tujuan akhir berhubungan seks adalah yang memberikan arti positif pada kedua belah pihak.

Tetapi pada kenyataannya, tidak semua hubungan hubungan seks tersebut selalu positif. Sebanyak 80% dari 95 responden (pria dewasa) mengaku kualitas hubungan seks mereka dalam keadaan baik-baik saja, tapi yang mengejutkan, 40% dari 36 pria mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan wanita lain alias selingkuh dengan alasan jenuh, dan agar mendapatkan fantasi yang berbeda dan pasangnya pasif tidak variatif.

Memang, untuk berhubungan seks yang ideal harus diupayakan oleh kedua belah pihak, baik pria maupun wanita, karena dalam banyak kasus mesing-masing memiliki kekurangan.

Pada kaum pria, terutama pada pasangan muda, kasusnya adalah kemampuan untuk penetrasi yang masih lemah, yaitu ejakulasi dini. Pada pria-pria muda ini umumnya kondisi fisiknya kurang menunjang akibat pola hidup yang tidak sehat seperti, makan tidak teratur dan bergizi, olahraga dan istirahat tidak tercukupi. Sedangkan secara piskis, tekanan pekerjaan dan gaya hidup perkotaan membuatnya stres. Akibatnya, ia tidak siap untuk melakukan hubungan seks dengan pasangannya. Atau kalau memang siap, namun ia tidak dapat melakukan dengan secara baik.

Demikian pula pada wanita seringkali frigiditas. Ketidak senangan emosi bisa berakibat tidak nafsu dengan urusan seks. Kemungkinan kejenuhan di dalam rumah tangga, dan ketidak berhasilan memvariasikan kehidupan seks, juga berpotensi mengakibatkan kegagalan dalam hubungan seks.

Dan kegagalan hubungan seks ini, apapun penyebabnya, dan siapa pun yang berperan, tetap saja mengancam kelangsungan hubungan pasangan itu sendiri. Bisa saja, salah satu dari pasangan mencari pasangan lain alias berselingkuh, atau kekecewaan yang menumpuk akan memanaskan hubungan dan meledak menjadi perceraian. (dbs)