Olden Love

Bookmark and Share

Author : Jung Ha Na
Cast:   - Lee Donghae ( Super Junior )
            - Jessica Jung ( SNSD )

——————————

Jessica Jung Sooyeon seorang designer muda berbakat dari Korea Selatan. Dari tangannya yang dingin sudah tercipta banyak karya yang menjadi trencenter. Karyanya bahkan sudah banyak dipakai oleh artis-artis Hollywood.

Memiliki paras yang cantik dan tubuh yang indah membuat banyak lelaki yang mendekatinya. Namun sayang, kisah cintanya tak berjalan mulus seperti karirnya. Semua itu karena sifat dinginnya kepada lawan jenis yang menjadikannya sampai sekarang ini belum memiliki kekasih.

“Sica, bangun!” teriak seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usianya yang menginjak kepala empat kepada anak sulungnya. Dibukanya korden kamar anak gadisnya yang masih bergulat dengan bantal dan selimutnya, hingga kamar yang tadinya gelap itu menjadi terang. Namun gadis yang terkenal suka tidur itu bahkan tidak mengerakkan tubuhnya. Seolah tidak mendengar panggilan keras sang ibu yang menyeruak ke seluruh ruangan.

“Sicaaa~ pallii irrona!” mrs. Jung, ibu Jessica, mengoyangkan bahu gadis itu untuk membangunkannya.

“Emm, five minutes again, Mom.” gumam Jessica masih memejamkan matanya, sembari mencari posisi yang nyaman dan membenahi selimutnya. Sepertinya ia sama sekali tidak terganggu dengan sinar matahari yang menyinari kamarnya. Rasanya ia terlalu lelah untuk memulai aktivitas hari ini. Bukan karena ini hari senin yang biasanya orang akan malas memulai aktivitas setelah menikmati weekend. Tapi karena ia harus lembur akhir-akhir ini, bahkan ia menghabiskan weekendnya di kantornya. Ia lembur untuk mempersiapkan rancangan bajunya untuk musim dingin yang datang tinggal beberapa minggu lagi.

“Bukankah hari ini kamu ada janji pemotretan dengan Yuri?” ucap mrs. Jung mengingatkan jadwal Jessica hari ini. Shit! Jessica lupa, hari ini ia memiliki jadwal yang amat padat. Ia akhirnya menyerah, bangkit dari tidurnya dan mendudukkan dirinya, masih dengan selimut yang menyelimuti kakinya.

“Mom, kapan datang?” tanya Jessica kepada ibunya yang tiba-tiba sudah ada di apartemennnya di kawasan Gangnam. Cukup jauh memang jarak antara apartemen Jessica dan tempat tinggal orangtuannya. Menurut orangtua Jessica, Seoul terlalu bising sehingga mereka memilih tinggal di pegunungan di pinggir kota. Namun rumah mewah itu sekarang hanya dihuni tiga orang saja: mr. Jung, mrs. Jung, dan Krystal, adik Jessica.

Jessica, ia hidup terpisah dari orangtuanya. Pekerjaannya yang sering pulang malam membuatnya memutuskan untuk membeli apartemen ini. Walaupun keputusannya itu sempat ditolak oleh appanya. Appa Jessica sangat menyayangi kedua putrinya yaitu, Jessica dan adiknya Krystal. Walaupun Jessica sudah dewasa namun di mata ayahnya ia masih gadis kecil yang membutuhkan perlindungannya.

“Baru saja, sayang. Kau tidak pulang weekend ini, jadi mommy kesini.” jawab mrs. Jung.

“Aku banyak pekerjaan akhir-akhir ini.” jawab Jessica seadanya. Setiap weekend, dia biasanya selalu pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bermanja-manja dengan appa dan ommanya.

“Mandilah, sayang. Mommy sudah menyiapkan sandwich kesukaanmu.” perintah Mrs. Jung.

“Siap, sajangnim.” jawab Jessica tegas sambil memberikan hormat kepada ommanya layaknya seorang polisi. Ia mencium pipi mrs. Jung lalu masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

Selesai mandi dan memakai baju yang sudah disiapkan ommanya, yaitu gaun tanpa lengan berwarna peach dengan panjang lima senti di atas lutut. Jessica menambahkan blazer lengan panjang di gaunnya. Aneh, omma Jessica menyiapkan baju untuknya. Biasanya itu ommanya lakukan kalau mereka ada acara special baju yang akan dikenakan mr. Jung, Jessica dan Krystal akan disiapkan ommanya.

Dengan riasan yang simpel di wajahnya, penamilan Jessica nampak sempurna di musim panas ini. Ia berjalan menuju pantry mini yang ada di apartemennya, disana mrs. Jung sudah duduk di kursi tinggi, menunggunya.

“Wah, sepertinya enak.” ucap Sica saat melihat sandwiches buatan ommanya sudah tertata rapi di meja, ditariknya kursi dan mendudukkan dirinya di samping ommanya.

“Makan yang banyak, semakin hari kau semakin kurus saja.” perintah mrs. Jung.

“Eemm, arasso, Mom.” jawab Sica sambil mengunyah makanannya.

“Sica, hari ini mommy sudah mengatur makan malam untukmu dengan anak mrs. Lee .” ucap omma Sica.

“Huuuk, lagi?” Jessica terbatuk, dan menatap ommanya sedih. Ekspresi wajahnya yang tadinya ceria berubah suram.

“Mom, sudah kubilang, aku akan mencari pacar sendiri. Jadi mommy tidak perlu repot-repot menjodohkanku dengan anaknya teman-teman mommy.” keluh Jessica panjang lebar. Ini sudah yang ke delapan kali ommanya mengatur kencan buta untuknya. Namun tak seorang pun dari namja-namja itu yang cocok dengannya. Menurut jessica mereka terlalu agresif.

“Kapan?” desak mrs. Jung pada putri sulungnya. “Sica, kau ini sudah dua puluh enam tahun dan selama ini tidak ada seorang pun namja yang kau kenalkan pada mommy dan daddy.” ceramah mrs. Jung. Jessica hanya diam saja mendengarkan ommanya, percuma ia melawan toh ia akan kalah berdebat dengan ommanya. Dan kenyataanya memang benar yang ommanya ucapkan.

“Pokoknya mommy tidak mau tau. Kau harus datang. Mommy yakin kau akan menyukainya. Ia CEO di sebuah perusahaan entertaiment.” perintah omma Jessica ngotot.

“Tapi ini yang terakhir.” pinta Jessica.

“Baiklah,” setuju mrs. Jung.

***

Setelah menyelesaikan pemotretan untuk baju rancangan terbarunya musim depan dengan Kwon Yuri, sorang model papan atas sekaligus sahabatnya. Jessica memutuskan langsung menuju restoran yang sudah dipesan ommanya untuk menemui namja yang menjadi teman kencannya. Memang masih terlalu awal untuk datang karena sekarang baru jam tujuh lebih sepuluh menit malam waktu Korea Selatan. Dan mereka – jessica dan namja itu – berjanji bertemu pukul tujuh tiga puluh.

Hanya berkenalan, makan, lalu pulang, itu yang Jessica lakukan selama ini saat kencan buta. Dan itu pula yang akan ia lakukan kali ini. Jessica menikmati american latenya dan sesekali memandang keluar jendela sembari menunggu namja itu. Menatap kota Seoul yang indah di malam hari dari restoran yang berada di lantai sepuluh sebuah hotel bintang lima.

Tiba-tiba seorang namja dengan setelan jas abu-abu tua dengan kemeja biru menghampirinya. Pria itu mendehem, berusaha menyadarkan seorang yeoja yang sedang melamun menatap ke luar jendela sehingga ia tak dapat melihat wajah yeoja itu. Namun sepertinya yeoja itu tak juga menyadari kehadirannya.

“Nona Jung?” panggil pria itu.

Jessica yang merasa namanya dipanggil menoleh kepada suara yang memanggilnya. Seketika matanya sipitnya melotot tak percaya menatap namja yang ada di hadapannya. Begitupun dengan namja itu, ia menatap Jessica dengan raut wajah terkejut. Jessica tidak habis pikir, kenapa di kota Seoul yang begitu luar dengan penduduk yang begitu banyak ia harus bertemu pria itu.

“Kau…” ucap Jessica dan Donghae bersamaan. Tangan mereka saling menunjuk satu sama lain.

“Apa yang kau lakukan di sini, Jessica Jung Sooyeong.” tanya namja itu kepada Jessica.

“Harusnya aku yang tanya, Lee Donghae. Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Jessica balik. Ia kembali mengontrol emosinya dengan bersikap dingin.

“Aku sedang menemui teman kencanku.” ucap Donghae enteng. Ia langsung duduk di depan Jessica tanpa permisi. Benar-benar membuat Jessica kesal.

“Pergi kau. Aku sedang menunggu seseorang.” usir Jessica.

“Duduklah.” perintah Donghae karena gadis itu masih saja berdiri. “Sepertinya orang yang kau tunggu sudah datang.”

Jessica mengerutkan keningnya menatap Donghae, berpikir tentang apa yang diucapkan Donghae yang semoga saja tidak seperti yang ia pikirkan.

“Kau adalah nona Jung, anaknya mrs. Shin Hae Nim kan?” lanjut Donghae.

“Jadi kau anaknya Song ajumma?” tanya Jessica yang dijawab Donghae dengan anggukan.

“Aku pergi.” Jessica langsung bangkit dari duduknya dan menyambar tasnya. Setelah mengetahui kebenaran dari pikirannya tadi. Namun belum sempat ia melangkah, Donghae sudah menahannya, mengenggam pergelangan tangannya erat.

“Ayo kita bicara.” pinta Donghae halus.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Lepaskan tanganku, tuan Lee.” ucap Jessica tegas. Namun Donghae menghiraukan perintahnya. Ia malah menarik Jessica agar duduk kembali di tempatnya. Jessica kembali duduk, ia menatap Donghae tajam. Baiklah, ia menurut karena ia tidak mau orang-orang melihatnya bertengkar disana, itu akan menjatuhkan imagenya.

“Kau mau pesan apa?” tanya Donghae melihat buku menu di tangannya, menghiraukan tatapan tajam Jessica. Tapi Jessica hanya diam, ia ingin segera menyelesaikan pembicaraan ini dan segera pergi dari tempat ini.

“Baiklah, aku akan pesankan untukmu.” putus Donghae.

***

Donghae sama sekali tak menyentuh makanannya. Sedari tadi matanya tak lepas dari Jessica. Matanya seperti terhipnotis untuk memandang barbie hidup yang ada di hadapanya saat ini. Sungguh Jessica yang duduk di depannya sangat cantik, walaupun dulu ia juga cantik. Tapi Jessica yang sekarang berbeda dengan Jessica yang dulu, saat ia masih berusia belasan tahun. Jessica yang ia temui ini nampak lebih dewasa, anggun dan sexy, menurutnya.

Saat mengingat kenangan yang lalu, Donghae dapat memaklumi jika Jessica masih marah padanya. Wajar bila Jessica marah. Dulu setelah lulus dari senior high school, ia tiba-tiba pergi ke luar negeri tanpa memberitahu Jessica yang saat itu menjadi yeojachingu-nya. Donghae mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Amerika. Jessica yang masih ada di tingkat dua senior high school tidak tahu apa-apa tentang itu. Sampai teman Donghae, Eunhyuk sunbae datang kepadanya dan menyerahkan surat yang dititipkan Donghae untuk Jessica. Donghae tidak dapat berpamitan kepada Jessica karena ia tak ingin melihat yeojanya itu menangis karenanya. Karena ia hanya ingin memberikannya kebahagiaan, bukan air mata. Begitulah alasan Donghae dalam suratnya.

***

Jessica acuh tak acuh dengan tatapan Donghae. Ia berusaha makan dengan tetap tenang dan anggun. Walaupun sebenarnya ia gugup juga ditatap secara intens seperti itu. Bohong kalau ia bilang ia sudah tak mencintai Donghae. Dari dulu sampai sekarang, hanya namja itu yang ada di hatinya. Entah kenapa ia tak dapat melupakan Donghae. Ia sempat berjanji pada dirinya sendiri akan membenci Donghae seumur hidupnya. Namun sekarang, ketika namja itu ada di hadapannya, seketika rasa benci dan marah itu lenyap begitu saja. Bahagia, itulah yang ia rasakan saat ini. Ingin rasanya ia memeluk Donghae dan mencurahkan rindunya selama ini. Ia mengurungkan niatnya itu demi harga diri yang ia junjung tinggi.

“Bicaralah,” ucap Jessica memecah keheningan diantara mereka sekaligus menyadarkan Donghae.

“Maafkan aku.” mohon Donghae. Ia menatap dalam manik mata Jessica.

“Sudahlah, itu masa lalu.”

“Aku masih mencintaimu, Sica. Aku tak pernah melupakanmu. Ataupun menjalin hubungan dengan wanita lain. Aku tau kau juga masih mancintaiku.” ungkap Donghae meyakinkan Jessica.

Jessica balas menatap Donghae dalam, mencari kebohongan disana. Nihil, ia tak menemukannya. Hanya ketulusan yang ia temukan dari setiap ucapan Donghae. “Entahlah, Hae. Ini terlalu menyakitkan.” jawab Sica pada akhirnya.

***

Sejak pertemuan itu, Jessica dan Donghae menjadi semakin dekat dan sering bertemu. Donghae selalu menyempatkan dirinya untuk pergi ke butik Jessica dan mengajaknya makan siang. Atau hanya sekedar mengantarnya pulang, meskipun Jessica sering kali menolaknya. Namun Donghae tidak mau menyerah untuk mendapatkan gadisnya itu kembali. Tak jarang Jessica mendapati buket bunga mawar di meja kerjanya. Yang tentu saja dikirim oleh Donghae. Donghae tahu Jessica sangat suka mawar.

Lambat laun Jessica mulai luluh oleh semua perbuatan Donghae. Sungguh ia tak kuasa untuk menolak semua cinta dan perhatian yang di berikan pria itu. Donghae sangat tahu bagaimana memperlakukan dirinya.

Hingga pada suatu hari, Donghae datang menjemput Jessica yang masih di kantor. Jam sudah menunjukkan pukul 10.45 malam waktu Korea. Hujan deras pun tak kunjung reda sedari tadi sore. Malah semakin deras karena angin yang mulai berhembus kenjang. Jessica dan Donghae hanya diam sepanjang perjalan. Tak seorang pun diantara mereka yang memulai percakapan hingga mereka sampai di depan apartemen Jessica.

“Sudah sampai.” ucap Donghae saat mendapati Jessica tengah tertidur pulas. Pantas saja dari tadi dia diam saja, pikir Donghae. Jessica yang terlihat dingin dan angkuh dari luar sebenarnya adalah seorang gadis yang hangat dan cerewet bila kita sudah dekat dengannya. Donghae memperhatikan Jessica yang sedang tertidur bagaikan malaikat. Sungguh sangat cantik, apalagi bibir tipisnya yang berwana pink merona, membuat Donghae tak tahan ingin menciumnya. Donghae mendekatkan wajahnya ke wajah Jessica, mempersempit jarak diantara mereka, ia hendak menciumnya. Namun tiba-tiba suara petir yang menggelegar menyadarkannya dari perbuatan bodoh itu. Ia segera menarik wajahnya dari Jessica, seolah tidak terjadi apa-apa. Jessica sontak terbangun saat mendengar suara petir yang sangat keras.

“Sudah sampai?” tanya Jessica langsung, melihat Donghae yang hanya diam saja di balik kursi kemudi. Aneh, kenapa Donghae tak membangunkanku? “Oppa, apa kau mau mampir?” ajak Sica. Sekarang Jessica sudah biasa memanggil Donghae dengan sebutan Oppa, seperti dulu saat mereka bersama. Donghae nampak berpikir.

“Hujan masih deras dan angin sangat kencang, bahaya bila mengemudi di saat seperti ini.” lanjut Jessica, memberi penjelasan kenapa ia menawarkan Donghae untuk singgah ke apartemennya.

“Baiklah.” ucap Donghae. Ini pertama kalinya Jessica menawarinya mampir ke apartemennya.

***

“Ini,” Jessica menyerahkan handuk kepada Donghae yang langsung duduk di sofa kulit warna hitam di apartemen Jessica. Bajunya basah, karena di mobil Donghae tak ada payung sehingga mereka terpaksa hujan-hujanan dari parkiran menuju aparteman Jessica. Itu karena di apartemen Jessica, mobil yang bukan penghuni apartemen tidak boleh parkir di basecame.

Donghae tertegun menatap Jessica yang dibalut kemeja putih tipis dan rok mininya yang berwarna hijau tosca. Bajunya yang basah membuatnya pas di setiap lekuk tubuh Jessica. Jessica mendudukkan dirinya di samping Donghae. Dan sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Donghae memperhatikan setiap gerak-gerik Jessica. Tiba-tiba ia memeluk Jessica yang langsung membuat gadis itu kaget.

“O-oppa...” ucap Jessica terbata. Ia kaget karena Donghae tiba-tiba memeluknya. Tidak biasanya pria itu seperti ini. Sejak pertemuan mereka kembali, mereka jarang melakukan skinskip, bahkan berpegangan tangan pun jarang, tapi sekarang Donghae tiba-tiba memeluknya.

“Kembalilah padaku, Sica. Aku sangat mencintaimu. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi.” ucap Dongahe serius. Jessica masih diam hingga Donghae melepaskan pelukannya. Donghae menatap Jessica dalam, menunggu jawaban gadis itu.

Sejenak terjadi keheningan diantara mereka. Sampai Jessica yang tiba-tiba mendaratkan bibirnya di bibir Donghae sebagai jawaban kalau ia bersedia kembali kepada namja itu. Donghae membalas ciuman Jessica. Dengan lembut ia melumat bibir tipis Jessica. Jessica mengalungkan kedua tangannya di leher Donghae untuk memperdalam ciuman mereka.

Ciuman penuh perasaan itu berubah panas ketika tangan Donghae menyentuh dada Jessica. Donghae menarik tubuh Jessica ke pangkuannya. Diremasnya dada Jessica pelan namun mampu membuat yeoja itu mendesah. Donghae melepas ciuman mereka, bibirnya beralih menciumi leher jenjang Jessica. Tangannya sibuk membuka kemeja Jessica. Ditanggalkannya kemeja gadis itu dan membuangnya asal, hingga tersuguh pemandangan yang langka untuknya. Sesaat ia terpesona dengan payudara Jessica yang sudah tegang ingin menyembul keluar di balik bra hitam yang menutupinya. Ia menatap Jessica seolah meminta persetujuan untuk melanjutkan aktivitasnya, Jessica mengangguk memberi jawaban. Donghae langsung melepas bra itu, lalu mencium payudara kanan Jessica, sedangkan payudara kirinya diremasnya sedikit kasar. Membuat desahan-desahan Jessica keluar. Tangannya mengelus rambuat Donghae, sesekali menekannya agar pria itu menghisap putingnya lebih dalam.

Jessica mulai membuka setiap kancing kemeja Donghae hingga terlepas semua. Singlet Donghae yang basah terlihat sangat sexy di mata Jessica. Dia meraba dada donghae yang berotot.

Donghae yang sudah tak tahan langsung menggendong tubuh Jessica, membawanya ke dalam kamar gadis itu atas petunjuk Jessica. Ia menurunkan Jessica di tepi ranjang, bukan menidurkannya. Kembali diciumnya Jessica dengan kasar, lidahnya masuk ke dalam, mengajak lidah Jessica untuk saling bergulat. Bunyi kecapan yang diciptakan bibir mereka menyainggi suara hujan yang turun. Tangan Donghae dengan terampil menurunkan resleting rok Jessica. Spontan rok itu turun dari paha indah Jessica. Underwear Jessica yang berwarna senada dengan branya terlihat. Saat Donghae akan menurunkan underwear itu, tidak ada penolakan dari Jessica. Tanpa ragu Donghae menurunkanya dan tubuh Jessica yang naked sekarang terpampang jelas di hadapannya.

Donghae juga menurunkan celana panjang dan cd yang dikenakannya, hingga tubuh mereka berdua sama-sama naked. Dengan perlahan Donghae mendorong tubuh Jessica tanpa malepas ciuman mereka. Tubuh mereka jatuh di atas ranjang king size Jessica, menimbulkan bunyi decitan yang cukup keras.

Ia menindih Jessica yang ada di bawahnya. Jessica bisa merasakan kontol  besar Donghae yang bergesekan dengan pahanya, membuatnya geli. Tak tahan, Jessica pun meraihnya, dan meremasnya. Donghae mengerang atas perlakuan Jessica. Namun tak melepaskan hisapannya di puting Jessica yang kini sudah mulai mengeras. Tangan Jessica yang lentik dan lembut menyentuh kulit penis Donghae, menimbulkan sensasi tersendiri bagi pria itu.

Donghae kembali merangsang Jessica dengan sentuhan-sentuhannya di tubuh indah gadis itu. Mengelus perut datar Jessica sampai turun ke vaginanya.

“Aaaahh.” desah Jessica saat Donghae mengelus lubang memeknya.

Mulut Donghae yang semula mencium payudaranya, sekarang ikut turun menciumi vaginanya. Dihisapnya aroma khas di sana sebentar. Lidah itu lalu menjilati vagina Jessica yang sudah basah. Sementara tangan Donghae tanpa henti meremas-remas payudara ranum milik Jessica. Membuat Jessica melayang karena nikmat yang luar biasa rasanya. Ia hanya dapat menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya. Desahan-desahan sexynya tak henti-hentinya keluar.

Donghae memasukkan lidahnya ke dalam lubang memek Jessica. Jessica menjerit ringan karenanya. Lidah Donghae mengobok-obok lubang sempit itu, sesekali menggigit klitorisnya. Sampai vagina Jessica berkedut-kedut pertanda akan segera mencapai puncak. Tubuh mulus Jessica mengejang hebat saat mengeluarkan cairan cintanya.

Bukannya beralih, Donghae malah menjilati setiap tetes cairan Jessica tanpa rasa jijik, hingga bersih. Setelah bersih, Donghae beralih menciumi Jessica yang nampak lelah setelah orgasme pertamanya. Tubuh gadis itu sedikit berkeringat, membuatnya tambah sexy, menurut Donghae.

“Saranghae.” bisik Donghae tepat di telingga Jessica. Jessica hanya tersenyum menanggapinya.

Donghae memegang kontolnya yang sudah sangat tegang. Dan mulai mengarahkannya ke lubang memek Jessica. Dengan pelan dan pasti, benda besar itu maju dan menyeruak masuk.

“Ooohhhhhh...” jerit Jessica. Ia merasakan sakit yang luar biasa di kemaluannya.

Baru setengah penis Donghae yang masuk, tapi seperti ada sesuatu yang menghalanginya. Donghae tetap mendorongnya, dan kali ini lebih keras hingga ia menembus selaput darah Jessica.

“Aaaahhh... appooo!” pekik Jessica. Tangannya mencengkram seprei kuat-kuat untuk melampiskan rasa sakitnya. Donghae menghentikan dorongnya karena teriakan Jessica itu.

“Gwencana?” tanya Donghae.

“Appo...” jawab Jessica dengan mata berkaca-kaca.

“Sabar, sayang. Ini akan terasa nikmat.” ucap Donghae sambil menciumi seluruh wajah Jessica. Jessica hanya bisa memejamkan matanya saat Donghae mulai memompa penisnya. Tak peduli meski saat itu vagina Jessica berdarah.

Tapi seiring waktu, perlahan-lahan rasa sakit itu mulai menghilang. Berganti dengan rasa nikmat yang baru pertama kali ia rasakan. Sungguh sangat nikmat. Sampai-sampai Jessica melingkarkan kedua kakinya di pinggang Donghae. Meminta laki-laki itu untuk bergerak lebih cepat dan liar. Pinggangnya ia gerakkan berlawanan arah dengan Donghae agar kontol pria itu masuk lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Ooohhhh.. Oooohh.. Aaaahh.. Aahh.. Oooppa! Fasssteeeer...” pinta Jessica. Desahan-desahannya membuat Donghae semakin bergairah mengenjot penisnya.

“Ooohhhh.. Sicaaa! Kau nikmat sekali, sayang...” sanjung Donghae pada kekasihnya.

“Aaaahhh.. Oohhhh.. Aahhh..” racau Jessica. Desahannya bahkan mengalahkan suara hujan di luar sana.

“Panggil namaku, Sica!” perintah Donghae.

“Haee.. oppa! Aaahhh.. Aaaaahh..” Jessica menuruti perintah Donghae. Disela-sela desahan erotisnya, ia memanggil nama namjanya tersebut. Yang sukses membuat Donghae lebih cepat menggerakkan juniornya.

“Oppaaa.. akuuu.. Aaaaaahhhhhhhhhhh..!!” desah Jessica panjang saat ia mencapai orgasmenya. Saat itu juga, Donghae merasakan penisnya seperti disedot oleh vagina Jessica yang berkedut-kedut kencang. Hingga tanpa sadar, ia menghentikan gerakannya, menikmati pijatan vagina Jessica di kontolnya. Jessica langsung lemas seketika, mencapai dua kali orgasme membuatnya lelah.

Donghae membalikkan tubuh Jessica tanpa melepas penisnya yang masih bersarang di sana. Ia mengangkat pinggang Jessica hingga posisi gadis itu sekarang menungging membelakanginya. Jessica hanya diam saja dengan perlakuan Donghae, ia terlalu lelah untuk menolak. Donghae kembali menyodok-nyodok vagina Jessica, tapi kali ini dari belakang. Sekarang penisnya dapat keluar masuk lubang Jessica lebih dalam hingga ke ujung rahim gadis itu.

Jessica kembali terangsang oleh perlakuan Donghae. Rasa lelahnya seolah pergi bersama racauan-racauan nikmat yang keluar dari bibir sexynya. Apalagi saat Donghae yang tak tahan melihat payudaranya yang bergelantungan bergoyang kesana kemari, langsung meremasnya.

“Oooooohhh.. Aaahh..” Jessica sedikit menjerit ketika Donghae meremas-meremas kedua payudaranya. Sungguh sensasi yang Donghae berikan saat ini terlampau nikmati. Donghae yang semakin cepat menyodokkan penisnya membuatnya tak tahan untuk tidak terus mendesah. Kini keringat sudah membanjiri tubuh mereka. Menandakan permainan panjang yang sudah mereka lalui.

“Sica, aku keluaarrgghhhhh...” jerit Donghae saat sepermanya muncrat di dalam rahim Jessica, dan bersamaan dengan itu pula, cairan Jessica kembali keluar. Yang membuat keduanya lemas seketika. Donghae langsung ambruk menindih Jessica dari belakang.

“Gommawo~ chagi~yya.” ucap Donghae sambil menciumi bahu Jessica. Ia sangat senang karena ia lah yang pertama memetik keperawanan Jessica.

***

Donghae dan Jessica berpelukan di balik selimut yang menutupi tubuh polos mereka. Jessica menyadarkan kepalanya di dada bidang Donghae. Sedangkan Donghae memeluk tubuh mungil kekasihnya. Menciumi kepala Jessica dan mengirup wangi rambutnya. Tangan Jessica yang tak bisa diam mengelus-elus perut sixpack sang kekasih.

“Sica, geli..” ucap Donghae halus. Bukannya berhenti, Jessica yang jahil malah menciuminya. Donghae yang gemas, membalas Jessica dengan menggerak-gerakkan penisnya.

“Aaahhh... Ooohhppa, hentikan!” pinta Jessica merasakan kontol besar Donghae yang masih ada di dalam vaginanya mulai bergerak-gerak.

“Kau yang mulai.” jawab Donghae tanpa menghentikan gerakannya.

“Aaahh.. baiklah. Aku mohon, Tuan Lee yang terhormat, berhentilah...” rengek Jessica. Ia takut kembali terangsang, karena sekarang memeknya masih terasa nyeri untuk melakukannya lagi. Donghae akhirnya menghentikan aktivitasnya, namun tetap menyatukan tubuh mereka.

“Oppa, kenapa waktu kau kembali tidak langsung menemuiku?” tanya Jessica mengungkit masa lalu.

“Aku pikir kau sudah melupakanku, Sica. Saat melihatmu muncul di majalah, kau begitu mempesona, cantik, berbakat, dan memiliki karir yang cemerlang. Pasti banyak namja yang mendekatimu.” ujar Donghae.

“Kau pengecut, Oppa. Menyerah sebelum berperang.” cibir Jessica sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat Donghae.

“Hei, aku belum selesai.” jelas Donghae. “Kau tahu, suatu hari omma datang ke rumahku dan menyuruhku untuk menghadiri kencan buta dengan anak temannya. Waktu itu aku menolak permintaan omma, karena aku mencintai yeoja lain. Namun ketika omma memperlihatkan foto yeoja itu, aku langsung setuju. Aku pikir aku dan yeoja itu memang berjodoh.” jelas Donghae panjang lebar.

“Apa yeoja itu aku?” tebak Jessica.

“Siapa lagi…” jawab Donghae.

“Yaii.. Jadi waktu itu kau tahu kalau itu aku, tapi kau pura-pura terkejut?” tanya Jessica sembari memukul-mukul dada Donghae.

“Itu satu-satunya cara untuk mendekatimu kembali, Sica-baby.”

Jessica menatap Donghae lembut. Ia mengecup singkat bibir pria itu. “Saranghae, Lee Donghae.” ungkap Jessica.

“Aku lebih mencintaimu, Jessica Jung Sooyeon.” balas Donghae, dan mencium kening Jessica dalam-dalam.

END