Timbul rasa ingin mencoba, tapi ragu ragu juga, kupikir kembaliuntung ruginya, sepertinya untung saja nggak ada ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk menjawab. “oke kamu berpakaian seperti biasa, kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti layaknya. “baik, tapi beri aku waktu sebentar untuk memulihkan tenagaku” pintaku.
Setelah beristirahat sebentar, kami kembali ke ruang prakteknya dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan suamiku masuk. “Pak Darma, saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda, hasilnya dalam beberapa hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana pengaruh sperma anda pada bu Darma” kata Davine ketika aku dan suamiku menghadapnya sebagai seorang dokter. “maksud dokter” kata suamiku nggak ngerti “saya ingin anda berhubungan, sekarang, di sini, setelah itu saya periksa lagi kondisi rahim istri anda setelah berhubungan”jelasnya lagi “sekarang ” di sini dok ?” suamiku bengong “ya sekarang, tentu saja tidak disini, maksud saya di kamar sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu sendiri, oke aku siapkan dulu” katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan menuju ke kamar sebelah, mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan tegang, kalau ada masalah di dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya” katanya setelah keluar dari kamar sebelah sambil mempersilahkankami masuk. Untuk kedua kalinya kumasuki kamar itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang sudah rapi. Agak canggung juga suamiku memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju kulepas celana dalamku, ternyata sperma Davine banyak tumpah di situ maka aku ke toilet untuk membersihkan memek ku dari sperma Davine, aku nggak mau suamiku curiga pada cairan di memek ku.
Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung berlutut di depannya dan langsung ku kulum kontolnya untuk membangkitkan gairah sexualnya. Davine benar, kurasakan sensasi yang berbeda dibandingkan tadi.Tidak terlalu lama membuat kontol suamiku menegang karena sudah tiga hari kami tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di ranjang lalu kuteruskan mengulum kontolnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke memek ku untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang dijanjikan Davine. Tapi tiba tiba pintu diketuk dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan aku masih memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya, ternyata dokter Davine. “maaf mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Darma harus di bawah, jangan di atas” kata Dr.
Davine dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku. Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku mengaturposisinya di antara kakiku, kupegang kontolnya dan kubimbing ke memek ku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir memek hingga kembali menegang,lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan pelan sampai semua tertanam didalam, dia diam sebentar. Sekali lagi Davine benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat kontolnya mulai mengocok memek ku.
Meski iramakocokannya tak seindah Davine, tapi kenikmatan yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk kontol mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini. Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas payudara ku dari luar sambil mengocok dengan keras.
Karena sudah tigahari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di memek ku dengan kerasnya seakan memenuhi memek ku, jauh lebih banyak dari punya Davine tadi, denyutannya begitukeras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati Dr. Davine di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul. “Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak Darma dulu sebelum memeriksa Ibu” kata Davine sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar. Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana lagi. Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan