Pagi itu aku bangun lebih awal karena memang aku dapat beristirahat  penuh saat malamnya. Kulihat Mas Pujo masih memeluk Meta berhadapan,  sedang dari belakang Duta tampak memepetkan tubuhnya terutama pada  bagian bokong Meta, pasti batangnya masih menancap. 
Kebiasaan  Duta selalu membenamkan kontolnya sambil tidur dan hebatnya tidak lepas,  tetap saja kencang di dalam memek. Sedang Mas Pujo pasti tangannya tak  mau jauh-jauh dari puting, aku tahu persis kelakuan kedua laki-laki itu  karena aku juga sering diperlakukannya demikian, bedanya aku tidak dapat  tidur dengan kontol masih mengganjal memekku, sedangkan Meta bisa,  mungkin karena kecapaian. 
Dalam hal seks sebenarnya aku sudah  puas sekali dipenuhi oleh Mas Pujo dan Duta tapi kehadiran Meta kadang  membuatku ingin bereksperimen terhadap respons sex yang ditimbulkan oleh  sesama jenis. Meskipun aku sudah sering main berempat, tapi biasanya  aku atau Meta hanya bersifat pasif kurang dominan, sedangkan peran utama  tetap pada kedua pria itu. 
Pernah pada suatu hari Mas Pujo  sedang tidak ada di rumah karena ada tugas ke luar kota selama seminggu  dan Duta sedang ada di rumah setelah dari Jakarta selama hampir 5 hari.  Kira-kira pada pukul 19.00, Meta datang ke rumahku. Nampaknya Meta tahu  bahwa aku sedang berduaan saja dengan Duta. Kami duduk di ruang tamu.  Seperti biasa Meta agak kurang tertarik untuk ML kalau dengan Duta. Aku  pamit ke dapur untuk membuat minuman. Aku sedang menyeduh teh, ketika  Duta tiba-tiba sudah berada di belakangku. Sebelum aku sadar apa yang  terjadi, Duta sudah mendekapku dari belakang. 
"Duta, jangan..  Jangan di sini sayang, aku kan lagi pegang air panas.. Gak boleh.. Ya  sayang.." kataku manja sambil berusaha melepaskan diri. 
"Rien..", bisiknya sambil menciumi leher dan telingaku. 
"Rien.. Aku kangen banget sama Rien. Kasihanilah aku Rien.. Aku kangen banget", bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat. 
"Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari masak udah gak sabar.." kataku sambil meronta-ronta manja dalam pelukannya. 
"Aduhh.  Mbaak jangan gitu.. Mas Duta sudah ngga kuat tuh.. Nggak kuaat kan  Mas", bisik Meta tiba-tiba juga sudah berada di belakang Duta tanpa  sehelai benang pun dengan sinar mata penuh nafsu. 
Tangan Meta  tiba-tiba meremas buah dadaku, menciumi leher dan belakang telingaku.  Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya tahu-tahu sudah meraba  vaginaku sementara pelukan Duta mengendur memberi kesempatan. Aduh,  gilaa, sentuhan Meta malah melambungkan nafsuku. Kalau tadi aku  pura-pura meronta, sekarang aku malah pasrah, menikmati remasan tangan  Meta di puting payudara dan di vaginaku. 
Aku dibaliknya menjadi  berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi wajahku. Dan akhirnya bibirku  dikulumnya habis-habisan. Lidahnya masuk ke mulutku, dan aku tidak sadar  lagi saat lidahku juga masuk ke mulutnya. Meta menurutku saat itu agak  kasar tetapi benar-benar romantis hingga aku benar-benar terhanyut.  Sensasinya luar biasa, baru kali itu aku merasakan nikmatnya sentuhan  sejenis. 
Tanpa terasa Duta dan aku pun telah telanjang bulat,  entah siapa yang melucutiku, mungkin Duta. Kalau situasinya  memungkinkan, belaian sejenis ternyata malah menjadi lebih nikmat untuk  dinikmati. Aku membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin  liar. Tangan Duta menyingkap belahan bokongku dan merogoh ke dalam  vaginaku yang sudah basah dari belakang sedang tangan Meta mengerjai  vaginaku dari depan. 
Didekapnya clitorisku dan  dipijat-pijatnya, diremasnya, dimainkannya jarinya di belahan vaginaku  dan menyentuh clitorisku. Kami tetap berdiri. Aku didorong Meta mepet  menyandar ke tubuh Duta, penisnya sudah tegang sekali, mencuat ke atas.  Tangan kananku dibimbingnya untuk memegangnya. Penis Duta memang lebih  besar daripada punya Mas Pujo. Secara refleks penisnya kupijat dan  kuremas-remas dengan gemas. 
Duta semakin menekan penisnya ke  celah bokongku untuk menerobos vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan  akhirnya masuk, masuk semuanya ke dalam vaginaku. Duta dengan sangat  bernafsu mengocok penisnya keluar masuk sementara kuangkat satu pahaku  dan Meta telah merosot ke depan selangkanganku untuk mengulum clitorisku  yang juga sudah mencuat. Benar-benar kasar gerakan Meta, tetapi gila,  aku sungguh menikmatinya. Sementara penis Duta terasa mengganjal dari  belakang dan nikmat sekali. Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan  agar mepet ke pangkal pahaku, agar mencoblos lebih dalam lagi. 
"Duta.. Meta.. Aku ngga kuat.. Aduhh.. Kalian.. Curang.." bisikku dengan nafas memburu. 
"Ooh.. Meet.." 
Cepat  kudorong pinggulku ke belakang, sehingga penis Duta bertambah dalam di  vaginaku hingga aku mengejat-ngejat menikmati orgasme. 
"Orghh.." Duta melenguh seperti kerbau disembelih pertanda akan memuntahkan spermanya. 
Lalu  tangan Meta segera mencabut dan menggenggam penis Duta yang  memuncratkan spermanya di dalam mulut Meta hingga sebagian tumpah di  lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya ampun,  aku telah disetubuhi Duta dan dioral Meta dengan posisi Duta berdiri,  sambil mepet ke tembok. Gila, aku menikmatinya, aku berakhir orgasme  dengan sangat cepat, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari 20 menit  saja. Mungkin ini karena sensasi yang kuperoleh dari permainan dengan  sesama jenis juga. 
***** 
Pagi itu setelah selesai  membersihkan diri di kamar mandi, timbul niatku untuk ganti mengerjai  Meta sekaligus memberikan kenangan perpisahan untuknya. Sambil  memisahkan pelukan Mas Pujo dengan Meta, aku yang sudah mandi dan masih  telanjang bulat menyelinap di antara tubuh mereka. 
"Biar aku yang gantiin peluk Meta Mas..", kataku pada Mas Pujo. 
Mas  Pujo bangun dan langsung ke kamar mandi. Kudekap Meta, kupegang puting  susunya yang sebelah kiri sementara tangan kananku meraba vaginanya.  Benar saja di memek Meta masih terganjal kontol Duta. Meta terbangun. 
"Aku sayang sama Mbak Rien..", kata Meta sambil mencium bibirku. 
"Kamu  luar biasa deh Met.. vegymu masih bisa pegang.. the big gun", bisikku  sambil tersenyum. Meta juga tersenyum nakal, sambil ganti membelai  payudaraku. 
"Punyaku kencang dan keset ya Mas? Mas Pujo suka bilang  gitu. Meskipun udah buat lewat anakku", tanya Meta ke Duta manja. Yang  ditanya hanya membuka matanya separuh. 
"Mbak, punya Mbak Rien juga  masih oke banget kan, nyatanya Mas Duta selalu ketagihan", kata Meta  lagi. Kami berdua tersenyum dan mempererat pelukan kami. 
Kuciumi  Meta dari kening, mata, hidung hingga mulut. Disambutnya ciumanku  dengan permainan lidahnya. Lama kami berciuman dan tanganku pun tak  henti meremas teteknya yang kenyal. Lalu kubuka bibir vaginanya.  Kemudian kususupkan tanganku ke dalam belahan memeknya di antara kontol  Duta untuk kemudian jari tengahku kutarik ke atas hingga tepat menekan  clitorisnya. Memek Meta telah banjir akibat kelenjar-kelenjar memeknya  mengeluarkan cairan karena rangsangan tanganku dan dari kontol Duta yang  mulai ditarik keluar masuk. 
"Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please.. Sshh.. Don't stop.. Aahh.." desah Meta. 
Lalu  jari telunjukku memainkan clitorisnya yang mulai menegang sementara  Duta memompanya dari belakang dan mulutku telah beralih turun ke  putingnya. Kuberanikan untuk menyodok-nyodok memeknya dengan dua jari.  Agak kasar. 
"Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Meta ngga tahann.. Sshh.." 
Meta  mulai mengacak-acak rambutku. Aku merosot ke arah selangkangan Meta,  kuangkat paha Meta yang kiri dan aku bantalkan kepalaku pada paha  satunya. Dengan posisi paha bawah menekuk begini aku dapat leluasa  menjilati clitoris Meta dari depan sedangkan Duta tetap leluasa memompa  dari belakang. 
"Ohh.. Mbak.. Mas Duta.. Aku mau keluar.." Meta  berteriak tidak tahan diperlakukan demikian. Kedua pahanya mulai  bergerak akan dijepitkan pada kepalaku sambil terus menggoyangkan  pantatnya, tiba tiba Meta menjerit histeris.. 
"Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini.. Orgghh.." Meta terus mengejat-ngejat dengan ritmis pertanda dia sudah keluar. 
Duta  terus menggenjot pantatnya semakin cepat dan keras hingga mentok ke  dasar memek Meta. Dan.. crett.. crreett.. ccrreett.. Dan keluarlah  sperma Duta dari sela-sela memek Meta saat sperma Duta keluar. Aku  langsung menyedotnya habis sampai bersih. 
Rupanya Mas Pujo  sudah selesai mandi dan begitu Duta mencabut kontolnya dari memek Meta  langsung saja Mas Pujo menggantikan posisi Duta dengan tidur miring dan  memasukkan kontolnya ke memek Meta dari belakang. 
Mas Pujo  mulai mengayunkan kontolnya, walau tampak agak kelelahan tapi Meta  berusaha mengimbangi. Setelah agak lama Mas Pujo meminta Meta untuk  berposisi menungging dengan tanpa melepaskan kontolnya. Otomatis Meta  mengangkangiku dalam posisi 69. Aku terus saja mengambil posisi  merengkuh bokong Meta dan mengganjal kepalaku dengan dua bantal agar  mulutku dapat pas di clitoris Meta. Mas Pujo langsung mendorong  pantatnya. 
Aku terkesiap ketika kurasakan lidah Meta sudah  memainkan clitorisku, sambil meremas tetekku yang dari tadi terbiarkan.  Aku pun mengangkat pantatku dan menarik pinggul Meta hingga kami  berpelukan dengan bantalan tetekku dan tetek Meta. Rasanya jiwaku  melayang apalagi saat sesekali aku dapat meraih kontol Mas Pujo untuk  kukulum dan memasukkannya lagi ke memek Meta. 
"Aduuhh..,.. Met.." erang Mas Pujo sambil terus laju memompa memek Meta, dan dua buah pelirnya memukul-mukul ubun-ubunku. 
Tiba-tiba  ditahannya pantat Meta kuat-kuat agar tidak bergoyang. Dengan menahan  pantat Meta kuat-kuat itulah Mas Pujo dapat memompa lebih kuat dan  dalam, sedangkan aku dengan susah payah harus melumat clitoris Meta.  Rupanya Mas Pujo kuat juga meskipun telah berkali-kali kemaluannya  menggocek memek Meta tadi malam tapi masih tetap saja tidak menunjukkan  adanya tanda-tanda kelelahan bahkan semakin meradang. 
Kulepas  mulutku dari clitoris Meta dan terus kutekan dengan jari tengahku sambil  kugosok naik turun seperti bermasturbasi, dan tiba-tiba Meta mengapit  kepalaku. 
"Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas.. Pujo," kudengar  erangan Meta mulai tidak karuan saat aku terus melakukan gosokan pada  clitorisnya. 
"Mbak Rien..,.. Aku mau keluar.. Ahhgg.." desahnya lagi. 
Mendengar  desahan Metam aku dan Mas Pujo seperti dikomando, semakin gencar  melakukan gosokan sambil tanganku naik turun untuk mempercepat  rangsangannya dan Mas Pujo mempercepat tempo genjotannya. Dan tak lama  kemudian.., seerrtt.., seerrtt kurasakan dua semburan lelehan putih dari  bibir memek Meta serta kedua pahanya semakin mengapit kepalaku  kuat-kuat. Lelehan warna putih pekat di tanganku kumasukan mulutku,  terasa agak manis asin. 
Setelah kedutan-kedutan memek Meta  berhenti, kulihat kontol Mas Pujo yang masih tegar kuraih, kuhisap dan  kukulum serta kujilat pada kemaluan yang membonggol itu dan hasilnya  luar biasa.., aku merasa ukurannya bertambah besar dan mulai  bekedut-kedut. Kuhisap lagi berulang kali sampai aku puas. Aku mulai  merasakan adanya cairan manis keluar dari ujung kemaluan itu. Aku terus  berusaha, mulutku mulai payah. Kugoyang-goyangkan telur kemaluan Mas  Pujo. 
"Ahh Rienn.." desah Mas Pujo. 
Creet.. crett..  Saking kuatnya semprotan dari kemaluan Mas Pujo, kurasakan ada air  maninya yang langsung masuk tertelan. Kuhisap terus sampai terasa tidak  ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan Mas Pujo. Kubersihkan  kemaluan Mas Pujo dengan menjilatinya sampai bersih. Aku puas  merasakannya. Aku bahagiaa. Sebentar kemudian kurasakan kemaluannya  mulai mengecil dan melemas. Pada saat telah kecil dan lemas tersebut,  aku merasa mulutku mampu melahap kemaluannya secara menyeluruh. 
Kuangkat  tubuh Meta tidur ke samping. Kami tidak berpakaian. Meta mulai  merapatkan matanya sambil tangannya merangkulku dan tubuhnya yang  berkeringat merapat ke tubuhku. Meskipun udara Kopeng dingin, tetapi  tubuh kami masih kepanasan berkeringat akibat permainan tadi. 
Siangnya  pada jam 10.00, kami rapat dengan dihadiri Pak Kidjan penunggu Vila dan  memutuskan bahwa pengelolaan usaha yang ada di Jawa termasuk kebun dan  villa akan menjadi tanggung jawab Meta. Meta hanya menangis ketika kami  sampaikan bahwa kami harus pindah, tapi dengan fasilitas dan keuangan  yang ia kelola, Meta akan dapat menyusul kami sewaktu-waktu. 
"Kami  tak akan pernah melupakanmu Met..," itulah kata-kata kami kepada Meta  sebelum kami akhirnya terbang ke Bumi Nyiur Melambai. 
Tamat
